SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Sunday, May 6, 2012

Resensi: Filosofi Kopi


Judul : Filosofi Kopi
Pengarang: Dewi Lestari (Dee)
Penerbit: PT. Bentang Pustaka
Terbit: Januari 2012
Jumlah Halaman: 140


Filosofi Kopi menyuguhkan karya sastra yang mengagumkan, kata-kata yang dirangkai Dee, walaupun baku, tapi tidak terasa membosankan. Melalui cerita-ceritanya yang terasa jujur dan tidak terkesan menggurui, Dee membuat kita bisa belajar tentang banyak hal dalam hidup. Delapanbelas cerita dan prosa yang dibukukan ini berisi tentang cerita dan prosa Dee selama sepuluh tahun. Kenapa disebut cerita dan prosa? Jawabannya adalah karena di dalamnya ada cerita yang terlalu pendek untuk disebut cerpen, ada cerita yang terlalu panjang untuk disebut cerpen, ada cerpen kepuisi- puisian atau puisi setengah prosa seperti yang dikatakan Dee dalam cuap-cuap penulis. Kedelapan belas cerita tersebut antara lain: Filosofi Kopi (1996), Mencari Herman (2004), Surat yang Tak Pernah Sampai (2001), Salju Gurun (1998), Kunci Hati (1998), Selagi Kau Lelap (2000), Sikat Gigi (1999), Jembatan Zaman (1998), Kuda Liar (1998), Sepotong Kue Kuning (1999), Diam (2000), Cuaca (1998), Lara Lana (2005), Lilin Merah (1998), Cetak Biru (1998), Buddha Bar (2005), dan Rico de Coro (1995). Genre yang diangkat Dee dalam bukunya kali ini beragam, mulai dari romance (Surat yang Tak Pernah Sampai, Selagi Kau Lelap, Sikat Gigi, Mencari Herman, Sepotong Kue Kuning, dan Lara Lana) sampai fantasi romance (Rico de Coro).
Salah satu cerita yang saya suka adalah Selagi Kau Lelap (2000), halaman 52,  yang mengambil sudut pandang seorang lelaki yang mencintai seorang perempuan secara diam-diam dan membayangkan perempuan itu sedang tertidur menghadap ke kiri. Laki-laki itu merasa iri terhadap benda mati dan hewan kecil yang berada di sekitar si perempuan. Bajunya, gulingnya, bantalnya dan akhirnya berharap si perempuan akan bermimpi bersamanya. Penceritaan yang akan membuat pembacanya benar-benar menyaksikan si perempuan tertidur dan benar-benar berharap bahwa keinginan dari si laki-laki akan terkabul. Dee membawa kita memperhatikan hal-hal yang kadang tidak terpikirkan seperti iri terhadap benda mati yang kadang lebih dekat daripada manusia sendiri.
Di lain sisi, ada beberapa cerita dalam buku ini yang menurut saya kurang bisa dimengerti sehingga harus dibaca berkali-kali agar bisa dipahami. Seperti Cetak Biru (1998), Cuaca (1998), Jembatan Zaman (1998), dan Diam (2000). Menurut saya dalam keempat karya sastra tersebut memiliki kata-kata yang terlalu samar atau kias, sehingga saya kurang bisa menangkap maknanya saat pertamakali membaca.
Contoh: .....Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan makin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan, atau menghanguskan (Cuaca- 1998)
Jika dilihat dan dibaca ulang, maka baru bisa dipahami kalau maksud dari cuaca adalah perasaan kita dan kita sering berbohong kalau kita baik-baik saja. Maksud dari kejujuran yang menghangatkan dan kejujuran yang menghanguskan adalah keadaan nantinya saat kejujuran sudah dipojokkan, bisa saja kejujuran itu mendukung kita, atau malah menghancurkan kita nantinya.
Jadi kesimpulannya, Filosofi kopi akan mengantarkan kita kie suatu gerbang baru pemikiran kita. Maksudnya Filosofi kopi akan membuat kita berpikir dengan cara baru, dari sudut pandang yang berbeda, yang kadang tidak perlu dipahami logika, tapi diresapi oleh hati.

Sebuah karya unik, menghibur, sekaligus mencerahkan: Filosofi Kopi

No comments: