SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Tuesday, February 7, 2012

JMS: First Anniversary

Ini cerita tentang Jingga Matahari, Matahari Jingga, sama Matahari Senja versiku yang terbaru. Gara-gara stress mikirin nggak terbitu-terbit jadi menghayal lagi tentang cerita-cerita 3 Matahari. Bukan maksudnya mau nyontek JINGGA DAN SENJA, ATAU, JINGGA DALAM ELEGI. Cuma mau ngobatin kangen sama JINGGA MATAHARI DAN MATAHARI SENJA

NOVEL KAK ESTI KINASIH IS THE BEST!!!!!!

Ini adalah hari istimewa untuk Tari, hari ini hari jumat yang cerah dan menyenangkan. Besok Kak Ari mau kasih apa ya kira-kira? Tanyanya dalam hati. Atau mau ngerayain dimana? Tambahnya. Ya, Tari sedang membayangkan anniversary sebulan mereka. Saking asyiknya melamun, Tari tidak sadar kalau Fio sudah menepuk-nepuk bahuku.
“Tariiiii” Teriak Fio di telinga Tari. Tari terlonjak kaget
“Apaan sih Fi?” tanya Tari sebal, dia kan sedang membayangkan makan malam romantis dengan Ari.
“Itu, HP lo bunyi terus tuh” Tunjuk Fio pada Tari kemudian melanjutkan makan gorengan bersama Nyoman, sementara Tari mengangkat teleponnya.
“Halo Kak?” Sapa Tari bersemangat, ternyata itu telepon dari Ari.
“Lo masih di sekolah?” Tanya Ari di seberang
“Iyalaaahhh, emang kakak nggak di sekolah?” Tanya Tari heran, karena tadi pagi Ari seperti biasa menjemputnya sekolah.
“Ohhh, tadi gue balik, gue sakit” Tari tidak percaya dengan pendengarannya, Ari sakit??
“Kakak sakit?” Tanya Tari sekali lagi untuk memastikan dia tidak salah dengar
“Gue flu sayang” Tari langsung menutup mukanya, malu. Memang sejak mereka jadian Ari kadang-kadang menggunakan sapaan sayang untuknya. Tapi sampai sekarang Tari belum terbiasa, jadi Ari harus sedikit menekan dan mengancam Tari untuk bilang sayang.
“Uhmmm,,,” Tari hanya bisa menggumam salah tingkah, padahal Ari tidak ada di situ.
“Kok malah Uhm? Jenguk doong" Ucap Ari manja, ternyata dia bisa manja juga pada Tari.
"Ehhh,,, ehhh'' Tari kelabakan mendengar permintaan Ari.
"Lo nggak mau??" Ari langsung menembak
"Bukaaaaaannn, bukan bukan" tari semakin kelabakan karena Ari mulai terdengar kesal.
"Kalo gitu lo harus ke rumah gue" tut tut tut
Argghhhh dasar cowok tukang maksa! Batin Tari
Melihat muka mendung Tari, Fio langsung tahu pasti Ari yang menelepon. Fio tahu nasib Tari saat berpacaran dengan Ari, sama aja seperti saat merka masih musuhan, tapi lebih halus. Tari dan Ari memang pasangan yang cocok, tapi juga bertolak belakang secara bersamaan. Ari masih suka memaksakan kehendaknya, khas pentolan sekolah. Dan Tari masih suka melawan seperti dulu. Dua hari yang lalu saja Tari dan Ari terlibat pertengkaran di kelas X, gara-gara Ari seperti biasa mencoret-coret buku tugas Kimia Tari dengan spidol dan stabilo berbagai warna. Tari langsung berteriak-teriak histeris, dia baru saja dari toilet saat melihat bukunya dibawa Ari dan Ari sudah ‘melukisnya’. Teman-teman sekelas bahkan murid kelas-kelas sebelah, langsung gempar dan menonton pertengkaran mereka. Saat Ari datang saja suasana kelas langsung mencekam, sekarang ditambah pertengkaran mereka.
“Kenapa?” Tanya Fio penasaran, Tari menatap Fio dan teman-temannya yang penasaran
“Haaaah!!! Streees gue begini terus” Ucap Tari lalu mengambil gorengan dari plastik htam di depannya.
“Kenapa?”
“Kenapa?”
“Kenapa?” Tanya Nyoman, Tari, dan teman-temannya bersamaan. Tari langsung merengut sebal pada teman-temanya. Mereka masih saja penasaran pada Ari, ditambah lagi sekarang status Tari sebagai pacar Ari memungkinkan mereka mendapat informasi lebih banyak.
“Kak Ari sakit”
“Haaaah??” Semua mata di depan Tari menatap tidak percaya. Tari sudah bisa membayangkan, intinya pertanyaan mereka adalah bagaimana-seorang-yang-seperti-Ari-bisa-sakit. Tari langsung menghela napas panjang.
“Kalian ini, emang nggak boleh pacar gue sakit???” Bentak Tari spontan, dia langsung menutup muka malu saat tersadar apa yang baru saja dikatakan.
“Cieeeeee, Tari. Iya gue tau dia pacar lo, tapi santai aja dong” Ucap Nyoman menyindir.
Tari langsung keluar kelas karena malu, Fio kemudian menyusulnya. Seperti biasa Tari pergi ke gudang, tempat dimana dia dan Fio sering bersembunyi agar tidak diganggu Ari. Fio datang kemudian menutup pintu.
“Gue maaaluuuuu” Ucap Tari
“Hihihihi” Fio hanya tertawa cekikikan
“Jangan ketawa aja! Gue harus gimanaa?” rengek Tari pada Fio
“Hahahahha, Gimana apanya? Aneh deh ya masuk kelas seperti biasa aja, tumben lo malu” Ledek Fio sambil duduk di sebelah Tari.
“Isssshhh, bukan itu!! Tadi Kak Ari nyuruh gue ke rumahnya” Muka Tari sudah pasrah kini semakin menunduk
“Ehhhh??” Fio langsung menghadap Tari “Maksudnya gimana? Kok lo nggak cerita?” Fio langsung histeris.
“Kak Ari sakit terus gue di suruh jenguk di rumahnya... Fiiiiiii” Tari menarik-narik lengan seragam Foi.
“Hah? Gue juga nggak tau. Emang kenapa kalo kerumahnya” Tanya Foi heran, Tari kan pernah ke rumah Ari.
“Ini tuh pertamakalinya gue ke rumah Kak Ari setelah gue pacaran sama dia, gue takut kenapa-kenapa” Ucap Tari akhirnya. Fio hanya manggut-manggut, mengingat Ari memang berpotensi melakukian hal-hal aneh terhadap Tari.
“Tapi kan dia lagi sakit Tar”
“Lhah?? Siapa tau dia boong” Tari menarik napas dalam.
“Hemm,,, Yah, lo kan nggak tau. Siapa tau Kak Ari beneran sakit” Kata Fio menenangkan
“Iya, gue juga khawatir sama Kak Ari, jarang banget dia sakit, tapi gue juga takut ke rumahnya” Tari kemudian menatap Fio penuh harap
“Nggak!!” Tari terus saja menatap Fio “Nggak! Gila aja lo. Gue nyerah Tar, jangan-jangan di sana ada Kak Oji lagi?” Tari langsung mendesah kecewa
“Yaaah Fiiiii, Nggak ada Kak Oji kok, Swear!!” Akhir-akhir ini Tari memang bisa melihat gelagat Oji yang kurang baik.
“Nggaaaaaakkkkkkkkkk” Fio berteriak histeris, Dia ngeri kalau harus berhadapan dengan Oji lagi. Oji jadi sering bertingkah aneh pada Fio, sepertinya dia naksir Fio!!! Seperti kemarin saat di kantin Oji duduk di hadapan Tari dan Fio yang sedang menikmati soto ayam mereka, Oji diam saja di sana. Tapi sumpah mengganggu banget. Oji hanya diam saja tanpa berkata-kata, tapi dia nggak berhenti-berhenti ngeliatin Fio. Fio yang diliatin seperti itu terang saja salting. Bukannya bisa makan kenyang, tapi dia malah jadi gugup. Fio menjatuhkan sendoknya dan mengumpat pelan. Tari yang melihat itu langsung marah pada Oji.
"Kakak kenapa sih?" Hardik Tari pada Oji
"Apa sih?" Tanyanya balik, kesenangannya melihat Fio salting diganggu oleh pacar Bosnya
"Kakak kenapa liatin Fio begitu? Kayak mau nerkam mangsa aja"
"Begini Ibu Bos, gue ada misi penting. Misi hati gue buat dinda Fio tersayang" Ucap Oji sok diplomatis sambil mencubit dagu Fio, Oji masih saja melihat muka Fio yang sekarang semerah kepiting rebus. Melihat itu Tari tambah naik darah.
"Pergi nggak lo. Gue sambit pake botol kecap nih" Ancam Tari sambil mengangkat botol kecap besar yang tadi dibawanya ke meja.
"Temen lo kok rese sih? Kita lagi pacaran diganggu mulu ya Fi? Gue cabut ya sayang" Oji kembali mencubit dagu Fio
"Tuhhh cowoookk!!!" Tari semakin emosi dan bangkit dari duduknya
"Nggak apa-apa Tar" cegah Fio sambil menarik Tari duduk lagi, sahabatnya ini mulai tidak bisa mengendalikan tindakannya saat marah.
"Nggak apa-apa? Lo naksir diaaa???" Tari langsung mencecar Fio. Fio langsung menggeleng kuat-kuat dan mengibaskan tangannya.
"Gue nggak suka, tapi kalo lo ngelawan terus nanti lo malah ada masalah sama Kak Oji juga Kak Ari" Setelah Tari tenang, dia segera menuju Ari yang sedang bersama Oji, dan Ridho di lapangan futsal.
Melihat kedatangan Tari, Ari langsung menghentikan permainannya.
"Ada apa?" tanyanya santai, Ari hanya memakai kaos warna putih dan celana abu-abu
Kemudian Tari mengadukannya pada Ari, Saat itu Oji dan Ridho juga ada di sana. Ari hanya manggut-manggut paham dan berkata
"Nggak apa-apa, gue dukung Oji. Semua sah dalam cinta dan perang"
"Apa??"
Tari langsung speechless
♥♥♥
Kriinggg,,,
Bel pulang baru saja berbunyi, Tari segera mengemasi buku-bukunya. Dia masih ragu apa yang harus dilakukannya sekarang, ke rumah Ari atau langsung pulang saja.
“Gimana nih Fi?? Gue pulang aja kali yaa??” Ucap Tari pada Fio
“Terserah lo deh, soalnya gue nggak bisa bantu banyak. Sama Kak Oji aja gue mati kutu, apalagi ini sama babonnya”
“Fiooooo, jangan ngatain Kak Ari! Walaupun kadang galak gitu dia pacar gue” Ucap Tari kesal. Fio jadi ikut kesal, niat dia mau bantuin kok sekarang dia malah dimarahin.
“Iya iyaaa,, udah Kak Ari yang paling cakep. Gimana nih jadinya lo? Kalo lo mau balik bareng gue aja, kalo ke rumah Kak Ari gue nggak bisa nganter”
“Gue pulang deh, paling Kak Ari sakitnya nggak parah” Fio mulai berjalan keluar kelas. Tari buru-buru menyusulnya. Baru satu langkah keluar dari kelas Fio langsung dikejutkan dengan tarikan di tangannya. Oji????
“Cewek, godain kita doong” Ucapnya pada pada Fio. Oji genit! Fio langsung saja mengkeret seperti saat Tari menghadapi Ari dulu. Tari mengabaikan mereka.
“Kalian mau apa?”
“Lo nggak bisa lari, Ari suruh gue jemput lo” Kata Ridho langsung
“Kak Oji juga ikut?” Tanya Tari
“Oh, gue mau nganterin ayang Fio aja, ogah gue semobil sama singa” Ucap Oji memancing amarah Tari, sepertinya Oji harus dihukum.
“Oke! Gue mau” Oji dan Ridho langsung lega, ternyata tidak sulit untuk membujuk pacar Bos mereka.
“Tapi gue mau dianter Kak Oji”
“Yaaaah,,, Nggak bisaaaaa, gue sama Fio! TITIK!” Oji ngotot seperti anak kecil yang pengen permen.
“Kalo gitu gue nggak mau pergi sama kalian” Ucap Tari final.
“Udah deh Ji, iklasin aja. Besok-besok lo bisa nganter” Ridho menenangkan Oji yang wajahnya sudah cemberut. Fio berpamitan pada Tari diiringi tatapan tidak rela dari Oji.
“Udah deh Kak OJi, nanti kalo lo udah insaf baru gue izinin lo pergi sama Fio” Hibur Tari saat Oji dan dirinya pergi ke parkiran tempat mobil Ridho diparkir. Mereka akan menggunakan mobil Ridho dan Ridho akan menggunakan motor Ari yang tadi digunakan untuk mengantar Ari pulang. Ari sudah mewanti-wanti kalau Tari harus diantar menggunakan mobil agar kejadian saat dia dibonceng Ridho tidak terulang lagi.
“Iya?? Oke gue bakal insaf” Kata Oji bersemangat “beneran abis itu gue boleh pergi sama Fio? Eh tapi gue insaf dari apa”
“Penyakit gila, hahahaha. Udah ah Kak ayo!!”
♥♥♥
Sesampainya Tari di depan rumah Ari, Oji langsung pamit.
“Gue balik ya, salam buat Bos” Ucap Oji berpamitan
“Ehhhh,, Kok Kak Oji nggak masuk?” Tanya Tari kaget, dia mengira Oji akan ikut menemaninya di rumah Ari.
“Nggaklah, gue nggak mau ganggu” Ucapnya semakin membuat Tari dag dig dug “Gue cabuttt” Pamit Oji sekali lagi
“Ehhhhhhh” Tari hanya menatap kosong pada mobil Ridho.
Tari lalu mencoba menelepon Ari, terdengar sayup-sayup ringtone caravansary terdengar dari luar. Ari pasti di rumah, Tari juga memencet bel. Kurang dari satu menit Ari keluar dari rumahnya dengan menggunakan jaket hitam yang tudungnya dinaikkan ke kepala Ari dan celana pendek selutut.
“Hei” sapa Tari
“Hatchhiii. Hei, masuk” Ajak Ari dengan suara sengau, Tari melihat kalau Ari benar-benar sakit. Mereka masuk ke rumah dan melihat ruang TV yang sangat berantakan. Disana bantal sofa terjatuh ke lantai, diganti dengan bantal tidur dan guling. Ada selimut coklat yang terhampat di atas sofa juga, bungkus makanan dan minuman ringan berserakan di atas meja.
“Kakak sakit apa?” Tanya Tari duduk di sofa berbeda.
“Flu, uhuk ughhh” Tari buru-buru mengambilkan air putih dari dapur dan menyerahkannya pada Ari
“Kok bisa flu?” Tari menepuk pelan punggung Ari.
“Kemarin gue main futsal sama anak-anak kehujanan” Tari tahu kemarin Ari bilang mau pergi futsal, tapi dia baru tahu kalau kemarin kehujanan.
“Udah tau ujan, masih juga main futsal” gerutu Tari “Yaudah, Kakak udah minum obat?” Ari hanya mengangguk. Tari duduk di samping Ari. Tari melihat wajah merah Ari, kemudian dia memegang tangan Ari, dingin. Tangannya beralih ke leher Ari, panas. Sekarang memang sedang musim sakit, Mama Tari juga baru sembuh dari flu.
“Kakak sekarang mau apa?” Tanya Tari lembut
“Temenin gue tidur” Ajakan Ari yang membuat Tari kaget
“Haaahhh?” Tari berteriak, Maksudnya apa nih? Sakit-sakit malah ngaco ngomongnya
“Apasih Tar? Gue mau tidur di sini, jagain gue!” Ucap Ari langsung merebahkan diri di sofa, lalu menarik tangan Tari untuk digenggam. Saat sakit Ari lebih manja.
“Ohhh, kenapa kakak nggak ke tempat mama kakak?”
“Tadi Mama udah kesini, terus ngajakin gue nginap di rumah tante, tapi gue tolak” Jawab Ari sambil merem.
“Kenapa ditolak? Kan kakak bisa istirahat lebih nyaman disana” Tari membetulkan letak selimut Ari.
“Kan gue mau dijenguk sama lo” suara lirih ari sedikir teredam bantal karena Ari tidur menyamping membelakangi Tari.
“Ehhh?” Tari jadi malu sendiri, beberapa menit mereka terdiam. Ari sudah terlelap, mungkin karena efek obat dan ada Tari di situ, dia jadi lebih tenang. Sudah 30 menit Tari terdiam seperti itu, tiba-tiba ringtone HP Ari (Caravansary) terdengar. Tari buru-buru mengambilnya dengan tangan yang bebas dan mengangkatnya.
“Halo” Sapa seseorang disana. Suara laki-laki
“Halo” Jawab Tari gugup, bodoh seharusnya tadi gue matiin aja nih, kenapa malah gue angkat. Kata Tari dalam hati sambil menepuk-nepuk HP Ari ke kepalanya.
“Ini HP Ari kan?” Tanya suara di seberang, Aduh Tari bingungb harus menjawab bagaimana. Siapa pula si penelepon,nomornya tidak terdaftar. Tari merasakan gerakan tubuh Ari, Ari terbangun. Tari buru-buru menyerahkan HP nya pada Ari.
“Halo” sapa Ari masih menggenggam tangan Tari, wajah Ari datar-datar saja saat menjawab, dan jawabannya pun singkat. Ari kemudian menyerahkan HP pada Tari, Tati tidak bertanya siapa yang menelepon karena itu bukan teritorinya. Ari kembali ke posisi semula, tidur membelakangi Tari.
“Itu Papa” Tari kaget, lalu manggut-manggut. Menurut cerita Ari, dia dan mamanya terpisah karena Papa Ari memutuskan pindah dan memulai hidup yang baru. Ari yang saat litu merasa kosong dan kesepian ingin kembali menghidupkan Ata yang dirasa hilang. Membuat onar adalah salah satu caranya, lalu saat Tari muncul Ari ingin kembali menjadi dirinya sendiri. Tari tahu hubungan Ayah dan anak ini tidak baik dan Tari bukan orang yang tepat untuk menasehati Ari karena sekarang Tari hanya pacar. Yang Tari bisa lakukan adalah memberi dukungan pada Ari untuk terus berbuat baik dan selalu berpikir positif.
“Kakak nggak apa-apa?” Tanya Tari, menerima sesuatu yang mengecewakan itu sulit dan Ari sedang mengalaminya.
“Nggak apa-apa, gue mau makan” Ucap Ari tiba-tiba. Sekarang sudah pukul 3 sore. Tari tadi sudah menelepon Mama untuk mengatakan dia akan pulang terlambat.
“Kakak mau makan apa?” Tanya Tari sambil membantu Ari berdiri lalu melepas tangannya yang dari satu jam lalu, tangan Tari sudah basah dengan keringat.
“Gue mau nugget aja, yang praktis.”
“Lagi sakit kenapa makanannya nggak sehat sih?” Tari protes, mana ada orang sakit mau begituan? Paling nggak kan bubur, soalnya pasti lidahnya masih pahit.
“Gue mau itu, biar cepet” Tari menurut saja, 10 menit dia sudah selesai menggoreng nugget, tapi Tari juga membuat bubur, walaupun instan.
“Ini” Tari meletakkan nugget dan bubur di meja, sendok dan air putihnya pun sudah disiapkan.
“Suapin”
“Kok Kak Ari jadi manja sih?” Tanya Tari heran.
“Kan gue sakit” Ucap Ari polos. Tapi menghela napas, tapi menuruti apa yang diminta Ari. Pada suapan ke lima Ari berkata lagi.
“Tar, gue mau ke kamar mandi”
Tari mengerutkan kening “Terus??” Tanya Tari
“Anterin gue” Apaaaa?? Apa-apaan Ari hari ini? Mentang-mentang sakit malah seenaknya sendiri. Tari menyabarkan diri, dia menggandeng Ari menuju toilet dekat dapur. Sebenarnya nggak deket-deket banget sih, kira-kira 5 meter dan jalannya gelap karena lampu ruang dekat dapur itu mati.
“Nyalain saklarnya” Perintah Ari, udah sakit masih aja sifat merintahnya nggak ilang-ilang. Tari menyalakan saklar di dekat dapur dan Tari terkejut. Tari melihat banyak sekali kelopak mawar merah bertebaran dan entah darimana ada kelopak-kelopak mawar yang berjatuhan dari lantai atas.
“WOW” Tari takjub lalu memandang Ari “Ini apa?” Tanyanya
Happy anniversary , Sayang” Ucap Ari lembut lalu mengecup kening Tari lembut juga.
“Kakak?” Tari terdiam lalu berpikir sebentar “Bukannya anniversary sebulan kita tuh besok ya?” Tanya Tari merusak suasana, Tari nggak peka nih.
“Hari ini Tari” Ucap Ari sabar, sekarang dia udah nggak begitu parah flu nya karena sudah minum obat.
“Besok Kak” Tari tetap ngotot
“Iya deh iyaaa.. terserah, tapi gue mau ngerayainnya sekarang. Ada hadiahnya tuh” Ucap Ari menunjuk ke tengah hujan kelopak mawar disana ada bingkai yang berdiri ditopang sebuah kursi. Tari mendekat dan menemukan kalau bingkai itu puzzle foto mereka berdua saat pergi ke pantai beberapa minggu lalu. Tari sedang tersenyum ke arah kamera sambil merapikan anak rambutnya yang tertiup angin pantai, disampingnya Ari merangkulnya sambil tertawa bahagia. Background mereka terhampar berkilauan, pasir pantai. Bagussss!!!!!
“Kakak???” Tari speechless melihatnya “Kakak nyusun ini sendiri?” Tari masih takjub melihat puzzle mereka berdua. Ukurannya cukup besar, lebih dari setengah tinggi badan Tari.
“Iya lah, gue ngebut kemarin. Abis ujan-ujan main futsal gue langsung nyelesain ini puzzle” Jadi kemarin Ari begadang demi ini? Demi dirinya? Tari tidak menyangka kalau Ari bisa semanis ini. Jadi Ari sakit juga karena dirinya. Tari sudah tidak berharap akan mendapat kejutan atau Ari ingat hari jadian sebulan mereka. Tari meletakkan bingkai puzzle lalu memeluk Ari.
“Ngiriii gue bos, Mauu doong” Tari langsung mendongak melihat Oji dan Ridho sedang menaburkan kelopak bunga mawar dari plastik besar bening.
“Kok Kak Oji di sini sih” tanya Tari heran, kapan sih mereka datang?
“Pas lo goreng nugget tadi mereka masuk" Jelas Ari sambil mengelus rambut Tari.
"Yaampuunn,, Kakaaak, Kenapa Kakak bikin ini semua???" menatap kelopak mawar yang masih saja ditabur Oji dan Ridho dari atas. "Kita bisa makan malam biasa kan? Nggak perlu repot beginii! Kakak kan masih sakit" Tari memegang kening Ari, demamnya turun.
"Karena gue sakit, makannya gue ngadainnya di rumah, sebenernya gue udah ngerencanain buat bawa lo ke suatu tempat, tapi karena gue sakit dirayainnya di rumah aja" Yaampunnnn, Ari masih saja memikirkan Tari saat dia sakit
"Kakak, gue nggak tahu harus bilang apa, yang penting satu hal. Gue sayang lo'' Ucap Tari tegas. Ari memeluknya kemudian berkata
"Makasih karena lo sayang gue, tapi gue lebih sayang sama lo. Sekarang baru satu bulan, semoga kita bisa melewati bulan-bulan berikutnya"
:)
Tari begitu tersentuh oleh tindakan Ari padanya, ternyata harapannya menjadi kenyataan.
Bisa merayakan jadian satu bulannya dengan Ari. Tapi ini lebih romantis dari apa yang Tari bayangkan, Ari yang sakit ternyata masih menyempatkan menyiapkan acara perayaan. Walaupun hari ini tidak mudah dilalui, tapi Tari mendapatkan kebahagiaan pada akhirnya....
:)
SELAMAT JADIAN SATU BULAAAN!!!

3 comments:

al faatihah nurfilaily said...

akeeeh men ooooo??
ngko ae nek nuu..hohoo..:p

Anonymous said...

akeh apaaneee??

Anonymous said...

ada lagi gak ceritanya??