SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Thursday, February 2, 2012

JMS: Would you be my girl?

Teman-teman semua aku buat cerpen. Bukan cerpen juga sih cerpan deh (cerita panjang)
Ini bukan lanjutan JDE alias si JUM versiku, tapi ini cuma cerita lepas tentang Matahari Senja, Jingga Matahari, dan Matahari Jingga yang aku buat. Jadi judulnya JMS (Jingga Matahari Senja) gimana ya jelasinnya? Aku bingung sendiri. Pokoknya di sini keadaan Ata sama Ari baik-baik aja, sehat. Di sini karakter Ata jadi jahil dan Ari... yah begitu deh
Baca dulu deh, nanti pasti ngerti apa yang aku maksud
Selamat membaca!!
JMS: Would you be my girl?

Kriiingggggggg
Seperti biasa, Tari selalu membuka mata tepat saat jam bekernya berdering setiap pagi. Dia tidak pernah terlambat bangun kecuali beberapa bulan yang lalu. Beberapa bulan lalu dia terlambat bangun karena semalaman memikirkan seseorang yang mengganggu hidupnya. Sebenarnya sama sih seperti hari-hari belakangan ini, seseorang itu juga mengganggunya tapi dia tidak kuasa menolak, karena sepertinya dia mulai menyukainya. J
Tari bangkit dari tempat tidur lalu bergegas ke kamar mandi, hari ini bukan hari senin dan dia tidak sedang ingin pergi apel pagi. Ini hari minggu! Tapi hari ini berbeda dengan yang biasanya karena dia sedang kesal pada seseorang itu, siapa lagi kalau bukan Ari?? Sumpah kelakuan Ari kemarin itu bikin dia sebel dan pengen nyekek, tapi juga pengen meluk. Hari ini dia akan mendatangi rumah Ari untuk meminta maaf. Meminta maaf? Itu karena peristiwa kemarin!
Flashback on
“Tar! Ikut deh sama gue!” Ajak Ari dengan santai, tapi juga tidak ingin dibantah. Ajakan itu terasa sangat wajar dan biasa-biasa aja, tapi waktunya tuh nggak tepat banget.
“Kakak apaan sih?” Tanya Tari berbisik karena ini bukan waktu yang tepat. Tari sedang menempuh kewajibannya yaitu mengikuti jam belajar dan ini pelajarannya Bu Pur! mau dibunuh Bu Pur apa?? Kelas yang menjadi sunyi saat Ari masuk, sekarang bertambah sunyi karena percakapan mereka ditambah lagi tatapan tajam dan menusuk dari si pengampu kelas, Bu Pur.
“Ayo ikut gue!” ajak Ari sekali lagi, di malah cuek saja dengan keadaan kelas. Bu Pur mau ngamuk kayak apa juga dia nggak bakal perduli.
“ARI!!” Suara menggelegar Bu Pur terdengar, Ari membalikkan badannya dan tersenyum sangat manis pada Bu Pur.
“Eh ibu. Masih ngajar Bu? Saya kirain udah keluar” Jawabannya pun dengan sukses membuat teman-teman sekelas Tari melongo. Hah?? Dasar Ari gila, dia nggak liat apa? Saat Ari masuk Bu Pur masih asyik menerangkan gugus-gugus atom pada murid-muridnya dengan semangat. Berharap murid-muridnya dapat mengerti dan mendapat nilai yang memuaskan. Dan Ari bilang dia nggak LIHAT? Memang cari gara-gara dia!
“Kamu!!!!! Kenapa kamu di sini? Bagaimana kelas kamu?” tanya Bu Pur mengabaikan jawaban Ari yang ngawur tadi.
“Oh, tadi saya sudah diizinkan kok Bu sama Bu Sam. Jadi permisi ya Bu, saya mau ngajak Tari pergi” Jawabnya lalu merapikan barang-barang Tari tanpa menunggu persetujuan yang punya lalu menarik Tari berdiri. Khas Ari.
“Siapa yang memperbolehkan kamu mengajak Tari keluar?” Suara Bu Pur semakin keras dan tajam, membuat Tari dan seisi kelas ciut. “Tari kalau kamu keluar, saya panggil orang tuamu besok ke sekolah” Tentu saja Tari takut dengan ancaman itu, bakal disate mamanya nih.
“Lho tadi kan saya udah diizinin sama Bu Sam, itu juga berlaku buat Tari lho bu. Ibu nih, jangan bikin saya telat dong!” suara Ari masih saja setenang air kolam, Wajah Bu Pur semakin keruh dan suasana kelas pun semakin kelam, kemudian terdengarlah bel tanda pulang. Ari berdecak kesal, buat apa tadi dia membolos jam pelajaran Bu Sam tapi akhirnya harus pulang saat memang waktunya pulang?? Mending tadi dia godain Bu Sam dulu.
Sebagai informasi, Ari keluar kelas Bu Sam TANPA IZIN= MEMBOLOS
“Udah deh bu! Sekarang udah jamnya pulang kan? Yaudah saya sama Tari pamit ya bu” Ari langsung berjalan keluar kelas dengan menggandeng Tari yang hanya bisa pasrah.
“Kakak mau kemana sih?” tanya Tari sambil mencoba melepas genggaman kuat Ari. Mereka menuju parkiran motor, tempat Ari memarkirkan si hitam. Siswa-siswa lain juga sudah mulai berhamburan keluar kelas.
“Ada deh! Nih tas lo, gue berasa cewek pakai tas oranye lo ini” Jawab Ari sambil melepaskan tas Tari dari pundaknya.
“Gue nggak mau!” Jawab Tari ngotot dan melepas genggaman tangan Ari. Berhasil!
“Siapa yang nyuruh lo nolak?”
“Pokoknya gue nggak mau, Kakak selalu aja seenaknya sendiri. Kakak hampir aja ngebuat nyokap gue dipanggil Bu Pur. Pergi aja sendiri!” Tari kemudian berlari sekuat tenaga menjauh dari Ari, tapi seperti biasa Ari dapat menyusulnya. Dia mencekal pergelangan tangan Tari dan menarik kepelukannya. Ari berbisik ke telinga Tari.
“Lo mau gue bikin kehebohan lagi sayang?” Tari pun langsung mengerti apa saja yang bisa terjadi karena ulah Ari dan itu berarti memang Apa Saja!! tentu saja Tari menggeleng, walaupun hubungannya dengan Ari baik-baik saja akhir-akhir ini, tapi dia masih suka ngeri melihat kelakuan yang diakibatkan oleh Ari. Walaupun Ata dan Ari sudah baik-baik saja, tapi dia masih bisa melihat bahwa sering sekali kedua saudara kembar ini melakukan hal mengerikan untuk saling menjahili.
“Bagus! Sekarang lo ikut gue!” perintahnya sambil menarik tangan Tari sekali lagi.
Ata yang melihatnya dari kejauhan tersenyum kecil, tiba-tiba dia memikirkan sebuah ide yang akan membuat Ari kesal. Dia juga menuju ke arah teman-teman se gengnya. “Gue pinjem motor lo ya, gue mau pergi sebentar” Katanya pada Tama. Tama adalah teman barunya di SMA Airlangga, tapi dia sudah menganggapnya sebagai sahabat. Ata merasa Tama adalah sahabat yang baik, begitu pula Tama terhadap Ata.
“Oke, nih kuncinya” kata Tama menyerahkan kunci Honda CBR-nya tanpa bertanya.
Thanks” Ata bergegas menuju motor Tama lalu menyusul motor Ari yang sudah duluan.
Di jalan, Tari terus saja menggerutu tanpa suara. Dia senang sih diajak pergi sama Ari, tapi di sisi lain Tari masih sebal dengan perlakuan Ari padanya tadi. Dia merasa sangat marah karena walaupun Ari sudah lebih baik dan lebih sabar, tapi tetap saja sifat seenaknya sendiri dan nggak mau dibantahnya masih aja nggak mau ilang. Dia merasa harus melakukan sesuatu untuk balas dendam! Tiba-tiba saja sebuah ide melintas di kepalanya. Ting!
“Aduuuhhh, Kak! Perut gue sakit!!” keluh Tari tiba-tiba, wajahnya disetel berkerut-kerut menahan rasa sakit. Ari ingin memeriksa keadaan Tari, jadi dia menghentikan motornya dan turun untuk memeriksa Tari.
“Kenapa lo?” Tanyanya datar, padahal sih dia merasa kawatir juga pada Tari.
“Perut gue, Aduuuhhh” Ucap Tari sambil memegangi perutnya. Mukanya meringis-ringis jelek.
“Kenapa sih?” Ari jadi bingung sendiri, dia takut Tari kenapa-kenapa
“Sebenernya hari ini hari pertama gue itu”Ucap Tari ragu, antara meneruskan rencananya atau malah maju pantang mundur.
“Apa?” Ari yang tidak tahu maksud Tari jadi bingung
“Ituuuu” Tari jadi gemas sendiri sambil menunjuk perutnya, masa dia harus sebut merk sih? Walaupun ini idenya sendiri, tapi sebenarnya dia malu juga.
“Oh, lo menstruasi hari pertama” Jiahh disebutin!!! Emang dasar Ari nggak peka.
“Iya, beliin gue obat biar perut gue nggak sakit”
“Ogah! Masa pentolan sekolah beli begituan?”
“Aduuuhh, sakiitttt! Aduuhhhh!” Tari malah makin semangat berteriak, beberapa orang-orang yang lewat jadi memperhatikan mereka karena aksi tersebut. Bodo deh! Malu-maluin kek, gue nggak peduli! Ucap Tari dalam hati. (Ketularan Ari nih)
“Iya iya gue beliin!” kebetulan tempat mereka berhenti letaknya tidak jauh dari minimarket
Ari berjalan cepat menuju minimarket, kenapa hari ini rencananya nggak ada yang bener sih?? Perasaaan dia tadi berangkat sekolah berdoa kok! Pamit sama Mama lewat telepon, normal-normal saja. Tapi kenapa rencananya hari ini banyak banget rintangannya. Saat dia sedang memilih-milih rasa obat apa yang cocok untuk Tari, tanpa disadarinya Tari turun dari motor dan kabur.
Tiit Tiit
“Halo, ji” Sapa Ari pada Oji yang ada di seberang
“Bos, di sini udah ready nih!” lapor Oji pada bosnya
“Sip! Gue dalam perjalanan. Cakep nggak lo bikinnya?” tanya Ari sambil mengambil obat penghilang rasa sakit untuk menstruasi dan membawanya ke kasir. Ari mendapat tatapan bertanya-tanya dari mbak kasirnya yang dibalas Ari dengan tatapan garang.
“Dua ribu lima ratus , ada tambahan apa lagi?” kata mbak kasir dengan senyum diramah-ramahkan. Yang hanya dijawab Ari dengan menunjuk deretan rokok di belakang meja kasir, dia mau warna merah.
“Cakep lah bos! Siapa dulu Ojiiii” katanya dengan nada bangga, kemudian terdengar seruannya pada seseorang “Eh Dho kayaknya jangan warna pink deh, ini pertemuan dua matahari, warna oranye dong broo”
“Bagus” Jawab Ari sambil membayar obat dan rokoknya, lalu mematikan sambungan teleponnya. Dia berjalan keluar minimarket sambil berusaha menyalakan rokok yang tadi dibelinya, saat sedang mencari-cari lighter dia melihat motor hitamnya sudah tidak berpenumpang. Mukanya langsung merah menahan amarah. Dengan cepat dia membuang rokoknya yang bahkan belum sempat dinyalakannya ke tanah. Ari langsung menstarter motornya dan mencari-cari keberadaan Tari di dekat-dekat minimarket tapi nihil. Lenyap!
“Sialan! Dibilangin suruh diem aja nggak nurut. Lihat aja sayang, lo emang suka main-main? Oke gue ladenin” Ari merasa sangat kesal, dia kembali ke minimarket yang tadi dan membeli sesuatu.
҉҉҉҉҉҉҉҉҉
Sementara itu di tempat Tari sekarang berada dia merasa lebih takut dari saat sebelumnya saat dia bersama Ari. Ini bencana!! Batinnya
Karena sekarang dia sedang berada diboncengan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Ari tapi juga merupakan seseorang yang bakal ngebuat Ari semakin marah padanya.
Ini memang salahnya, karena terlalu lemah! Tadi saat dia kabur dari Ari dan tidak ketahuan dia merasa itu adalah sebuah prestasi, kalau dulu dia kabur bersama Angga, sekarang dia bisa kabur sendiri. Tari berlari kencang dan dengan cepat mencapai perempatan, tapi baru saja dia bisa bernapas lega dia dikejutkan oleh honda CBR yang tiba-tiba berhenti dihadapannya. Pas Banget!
Ata!
Setelah mengalami proses yang cukup cepat tapi pelik, yaitu main seret-seretan di jalan ramai, Ata menang! Tentu saja karena di sini tenaga berbicara. Tanpa mereka sadari motor hitam Ari melintas dua kali di jalan itu, tapi anehnya Ari juga tidak dapat melihat mereka. Sebuah ancaman pun terlontar untuk menggiring korban ke posisi yang diinginkan
“Lo mau naik apa gue kasih tau Ari? Kalo lo naik, lo aman sama gue, atau lo emang mau gue umpanin ke Ari?”
Tari kalah! Telak!
Tari tidak langsung diantar pulang oleh Ata karena Ata tahu bahwa Ari akan ke rumah Tari, jadi dia mengulur waktu kira-kira setengah jam untuk sampai ke rumah Tari. Tapi ternyata percuma karena Ari masih di rumah Tari. Motornya terparkir manis di depan pagar rumah Tari.
“Makasih Kak” Kata Tari langsung turun dan dia ingin sekali segera mengusir Ata pergi, tapi sepertinya tidak bisa karena Ata ikut turun bahkan langsung masuk ke halaman rumah Tari.
“Hai bro!” sapanya pada matahari lainnya, belahan dirinya. Sisinya yang lain. Keping hatinya yang baru saja bersatu kembali.
“Hai!” sapa Ari tenang, tapi Tari melihat akan ada ledakan setelah saudara kembarnya itu pulang.
“Gue nganterin calon kakak ipar nih, tadi gue nemu di jalan” katanya santai sambil tersenyum manis.
“Oh! Thanks ya, lo perhatian banget” ucap Ari tersenyum manis juga
“Iya sama-sama, gue balik deh. Lanjutin urusan kalian. Daa!” Ata berbalik kemudian berbisik pada Tari yang ada di belakangnya tadi, “Awas kakak ipar, dia kalo ngamuk tahu kan?” lalu dia pergi dengan motornya
Suasana saat Ata meninggalkan mereka jadi mencekam, mama Tari yang datang membawa minuman untuk Ari tidak menyadari hal itu malah mengajak ngobrol santai.
“Ini nak Ari, diminum dulu” kata mama Tari sambil menyuguhkan es teh untuk Ari, pas banget untuk mendinginkan bara yang meletup-letup di hati Ari. Ari langsung meminum es tehnya sampai tandas. “Lho Tari, kenapa kamu bengong di situ? Sini masuk! Nak Ari sudah datang kok kamu malah diam?”
“Nggak apa-apa kok tan, saya kesini cuma mau memberikan ini untuk Tari, semoga bermanfaat.” Ari menaruh bungkusan yang berupa dua tas plastik berlogo sebuah minimarket di atas meja teras.
“Itu apa?” tanya mama Tari
“Biasa tante, kesukaan cewek. Saya berharap Tari mau pake, soalnya saya tulus banget ngasihnya. Saya permisi dulu tante, mungkin Tari lagi capek. Assalamualaikum”
“Walaikumussalam”
Tari kaget. Dia bebas? Dia diebaskan? Dia nggak dimarahin?Mimpi apa nih?
Tanpa menatap Tari, Ari berlalu kemudian menyalakan motornya menjauh dari rumah Tari. Mama Tari juga sudah masuk ke dalam rumah untuk meneruskan jahitannya yang belum selesai tadi karena interupsi dari Ari.
Tari melihat plastik yang teronggok di meja teras, dengan penasaran dibukanya, wajahnya pun berubah jadi merah padam.
Isinya: Pembalut aneka merk dari yang pink sampai yang oranye, obat sakit menstruasi tablet 5 strip, obat menstruasi cair botol 8.
Ari pikir dia mau jualan apa belinya sebanyak ini?????? Dia juga baru selesai bulanan beberapa hari yang lalu!!! Arghhhhhh!!! Senjata makan tuan! Apalagi kata-katanya tadi? Tulus ngasihinnya?
Tari mencoba menghubungi ponsel Ari karena ingin minta maaf.
Nonaktif!!!!
Ahhhh,, marah beneran deh tuh Ari
҉҉҉҉҉҉҉҉҉
Sampai malam hari nomor ponsel Ari tidak bisa dihubungi. Biasanya saat Ari marah dia akan mendatangi dan menjahilinya. Saat Angga menculiknya dari motor Ari saja Tari dikejar habis-habisan di kantin. Kenapa sekarang malah menghilang? Saat Tari sedang serius berusaha menghubungi Ari, seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Tokk..Tokk
“Ada temen kamu tuh di depan” Kata mama saat membuka pintu kamar Tari
“Siapa ma?”
“Nggak tahu, baru pertama kesini” saat melihat Tari masih bergeming mama menegurnya “Cepetan! Kasihan teman kamu nunggu”
“Iya maaa” dengan penasaran Tari segera menuju teras dan dia kaget melihat siapa yang datang
“Kak Oji?” Kenapa tiba-tiba Kak Oji menyatroni rumahnya? Apa suruhan Ari? Oji yang disapa hanya tersenyum bersahaja
“Kok kak Oji disini? Disuruh Kak Ari ya?” Tanya Tari curiga
“Si bos nggak nyuruh gue! Gue dengan sukarela dateng kesini! Ini tanggung jawab moral”
Oji!!!! Ngomongnya kayak orang bener aja si Oji! Tanggung jawab moral apaan? Tari tentu saja mengabaikan perkataan Oji yang memang pantas diabaikan J
“Tanggung jawab moral apaan? Emang kakak punya moral?” Tanyanya langsung
“Eits, ni cewek! Cakep-cakep mulutnya belum pernah sekolah ya?” Oji langsung memasang tampang melas dan super kalemnya. Oji mengubah cara duduknya dengan pose serius dan wajah yang berusaha divbuat serius juga. Tapi sayangnya gagal! Masih keliatan bercandanya. J
“Cewek matahari! Langsung aja nih. Tau nggak lo si bos sekarang sedih bener? Gue aja sampe kasian banget, kaya anak ayam kehilangan induknya. Bingung!” Untung saja Ari tidak mendengarnya, masak Ari disebut anak ayam? Oji apa dong? Telur ayam?
“Sedih apa bingung?” Tari menggaruk kepalanya karena pernyataan membingungkan dari Oji.
“Kenapa lo nggak mau ikut bos tadi sore?” tanyanya mengalihkan topik, wajahnya kelihatan sangat sedih dan terluka. (Berlebihan)
“Hah? Kok malah bahas ini? Ini nggak ada urusannya sama kakak!” balas Tari
“Itu urusan gue!”
“Nggak!”
“Iya”
“Nggak!”
“Iya”
“Kalian kenapa sih?” Tanya mama Tari yang tiba-tiba datang membawa teh hangat untuk Oji
“Tidak apa-apa tante, saya hanya sedang berlatih teater dengan Tari” Ucap Oji sangat formal. Mana mama Tari percaya? Sejak kapan Tari ikut teater?? tapi sudahlah, mereka sudah besar. Walaupun kelakuan mereka seperti anak TK rebutan permen. Melihat penampilan dan wajah Oji yang lugu mama Tari percaya saja. Masa anak sepolos dia bohong?
*ketipu si mama*
“Yaudah, tapi jangan keras-keras ya! Soalnya adiknya Tari sudah tidur” Kata mama Tari percaya
“Sip Tante! Terimakasih untuk tehnya” Sikap Oji yang sok sopan dan sok imut, Tari jadi ingin muntah. Mama Tari kemudian masuk rumah lagi, gaya Oji belum berubah
“Baik mari kita lanjutkan! Lo itu udah ngebuat bos gue sakit hati! Lo tahu nggak kalo gue sama Ridho udah nyiapin dinner spesial buat lo? Lo tau nggak gue udah nyiapin katering paling mahal yang pernah gue sewa buat makan malam itu? Lo tau nggak kalo bos tuh niat banget mau makan malem sama lo? Kenapa lo malah kabur? Bos Ari hatinya sakiiiiiiiiiiiiiiitttttttt banget! Kaya ditusuk-tusuk jarum! Dia menderita gara-gara lo, tau?” Oji berbicara dengan sekali napas
“Kak Oji nggak boong kan sama gue?” Tari merasa Oji bohong, tapi wajah Oji sepertinya meyakinkan. Tari kembali mnemikirkan kejadian tadi sore. Jadi maksud Ari tadi itu ini. Kalau benar berarti Tari sudah membuat Ari sangat kesal, Tari merasa sangat bersalah kalu itu benar. Pasti Ari segitu kesalnya karena sampai menonaktifkan ponselnya.
“Menurut lo tampang gue ada tampang boongnya?” tanyanya dengan wajah dibuat super serius. Kalau Tari mengikuti kata hatinya dia akan bilang tampang Oji boong semua, tapi karena keadaan sedang gawat dan Tari yakin Oji mengatakan yang sebenarnya jadinya dia menggeleng.
“Naah!”
“Terus sekarang Kak Ari dimana?” Tanya Tari
“Rahasia, lo nggak boleh tau!”
“Terus kakak ngapain ke rumah gue kalo nggak mau ngasih tau?”
“Gue kan Cuma mau ngasih tau!” katanya lalu menyeruput teh hangat buatan mama Tari “Udah gue balik dulu. Bye cewek matahari”
Tari hanya bisa bengong melihat kelakun Oji
҉҉҉҉҉҉҉҉҉
“Gimana nih Fi?? Gue merasa bersalah banget nih!” Tari memutuskan untuk curhat pada Fio tentang kegundahan hatinya
“Lo juga sih! Kenapa pake acara kabur-kaburan coba?”
“Gue kan nggak tau! Lagian gue kesel banget sama kelakuan dia sama Bu Pur”
“Iya juga sih. Kak Ari tuh kebal banget sama Bu Pur, padahal kan Bu Pur galak gitu sama dia. Gue aja kalo nggak gara-gara dia wali kelas kita gue nggak mau ketemu sering-sering”
“Stop! Kita lagi ngomongin Kak Ari sama Gue, bukan Bu Pur!!!”
“Iya iya! Minta maaf sono”
“Gue juga tau Fi tapi gimana?? Gue aja nggak bisa hubungin dia!”
“Iya ya. Yaudah deh lo sabar aja nunggu besok”
“Sabar gimana? Ini tuh kelakuan Kak Ari yang paling aneh. Biasanya kalo dia marah kan langsung bikin masalah, tapi ini malah ngilang”
“Lo datengin deh rumahnya”
“Gitu ya?”
“Iya lah! Daripada malah senin nanti lo abis??”
“Yaaahh. Sama lo deh Fi”
“Enak aja! Cukup sekali gue kesana. Lagian ini kan masalah lo sama dia”
“Yaaahh, Fiii”
“Udah ah, gue nggak bisa bantu banyak. Gue mau lanjutin nonton DVD, bye
Tuuut tuuuut
Fio langsung memutus sambungan teleponnya,
“Argghh! Gimana niiih? Gue harus gimana?” Tari kesal dengan dirinya sendiri
“Ini juga salahnya Kak Ari! Kalau aja dia nggak nutup-nutupin mau pergi kemana pasti gue mau!”
“Iya! Kalau kak Ari bilang dulu kan pasti gue nggak kabur! Ini salah Kak Ari!” dengan gumaman-gumamannya itulah Tari akhirnya bisa tidur.
Flashback off
Sekarang Tari sudah bertekat akan berangkat pagi untuk meminta maaf pada Ari
Dia akan ke rumah Ari!
҉҉҉҉҉҉҉҉҉
Masuk nggak....Masuk nggak...Masuk nggak..
Tari sudah berada di depan gerbang rumah Ari, tapi dia masih ragu apa dia berani masuk apa nggak.
“Ah Tar! Kenapa lo nggak mikir dulu sih?” Tari memukul-mukul kepalanya karena bertindak tanpa berpikir dulu
“Ahhh! Bodo deh! Udah sampe sini juga” Tari memencet bel rumah megah itu
Ting Tong
Pintu gerbang terbuka dan tampaklah Ari yang pucat dan terlihat lemas.
“Kak Ari?” Tiba-tiba tubuh Ari jatuh kie pelukan Tari.
“Aw, Kak? Kak Ari bangun!” ditepuk-tepuknya pipi Ari yang berada di bahunya. Tari yang tentu saja merasa beban tubuh Ari terlalu berat berusaha menyeret tubuh Ari masuk ke dalam rumah. Suhu tubuh Ari cukup tinggi, sepertinya Ari demam. Tari menidurkan Ari ke sofa panjang terdekat di ruang tamu. Ditepuk-tepuknya pipi Ari sekali lagi, tapi tetap tidak terbangun.
Sepertinya dia harus merawatnya. Pertama, Dia mencari baskom yang dengan mudah ditemukannya di dapur, kemudian dia mencari handuk untuk mengompres, tapi rumah ini kan besar jadi dia tidak tahu dimana letak lemari penyimpan handuk, dan yang terakhir adalah air hangat-hangat kuku yang didapatkannya dengan mencampurkan air panas dari dispenser dan air keran. Tari mengganti handuknya dengan sapu tangan yang selalu dibawanya kemana-mana, dia mulai mengompres Ari.
“Kakak! Maafin gue ya jadi begini” Kata Tari sambil memeras saputangan, lalu menaruhnya di dahi Ari
“Kakak! Sebenarnya gue pengen banget makan malam sama kakak. Maafin ya kak!” katanya sambil mengelus leher Ari, memeriksa suhu tubuhnya.
“Tari?” Tari berbalik lalu kaget.
“Kak Ari?” Dia bingung yang tadi dirawatnya kan Ari tapi siapa yang ada di depannya, itu Ari “Kak Ari? Kok Kak Ari jadi dua?” Tapi menengok sekali lagi pada keduanya. Dia tahu pasti salah satunya adalah Ata, tapi yang mana? Kali ini keduanya sulit untuk dibedakan karena gaya pakaian mereka mirip dan Ari 1 yang tadi dirawatnya sedang pingsan dan pucat, jadi bagaimana cara membedakannya?
“Mana yang kak Ari?” tanyanya bingung
“Gue! Kenapa lo disitu?” Kata Ari 2 langsung menarik Tari yang duduk di lantai
“Kak Ari?? Diaa??” Tari masih blank
“Dia Ata! Kenapa sih hari-hari ini lo bikin gue kesel?”
“Kak Ata?? Kok? Kok kak Ata ada di sini sih?” Tari masih kebingungan
“Lo kok bego banget sih? Ini gue Ari! Ata lagi nginep di rumah gue karena mama mau jengukin nenek di malang, Ata sakit lagi. Jadi dia nginep di sini. Itu hukuman karena kemaren udah bikin gue kesal.” Ari mengingat-ingat kejadian saat Ata mengantar Tari pulang. Mau langsung marah juga salah, nggak dimarahin juga salah. Kejadian kemarin malah membuatnya susah tidur tadi malam. Sementara Tari hanya bisa membulatkan mulutnya tanda mengerti, dia tidak berani bertanya macam-macam sekarang.
“Sekarang gue tanyain kenapa lo di sini?” Ari menggandeng Tari menuju taman belakang rumahnya.
“G,,Gue,,, Gue mau minta maaf sama kakak” Fiuuhhh! Akhirnya kata-kata itu keluar juga
“Minta maaf kenapa? Emang lo salah apa?” tanya Ari pura-pura tidak mengerti. Dia sangat tahu apa yang ada di balik datangnya matahari yang pernah di klaim sebagai miliknya.
“Gue dikasih tau kak Oji kalau kakak nyiapin dinner buat kita berdua”
“Hah?? Sialan si Oji” Ari hanya bisa mengacak-acak rambutnya tanda salah tingkah. Dia ternyata salah menduga, dia menyangka kalau Tari minta maaf karena sudah kabur dan pulang bersama Ata. Kemarin dia memang menyiapkan sesuatu yang bahkan belum pernah dibayangkannya. Dia jadi malu sendiri.
“Gue dimaafin nggak nih?” Tanyanya takut-takut, lalu dia melihat sesuatu yang dibawa Ari. Kumpulan foto!
“Itu apa kak?” Ari nmenyerahkan foto-foto itu pada Tari. Foto pertama adalah sebuah taman dengan air mancur dan kolam dengan lilin-lilin yang mengapung diatasnya, di belakangnya ada sebuah meja dengan dua kursi bertaplak oranye, dan yang paling terlihat jelas keindahannya adalah semburat warna jingga saat matahari akan tenggelam di sebelah barat yang menjadi background-nya, Cantik sekali! Foto kedua adalah foto kak Ridho dan Kak oji sebelum set tadi tertata. Foto-foto selanjutnya adalah foto persiapan Oji dan Ridho dalam pembuatan tempat tadi.
“Bagus banget Kak tempatnya” Seru Tari pada Ari
“Kemarin gue mau ngajakin lo kesitu, liat sunset bareng, tapi lo malah kabur!”
“Yaampun! Maafin gue kak! Sumpah! Gue lagi kesel aja sama lo! Gue nyesel banget kalo ternyata kakak udah nyiapin ini buat gue” kata Tari sambil menunjuk foto ditangannya
“Hah! udah deh! Udah kelewat juga! Kemarin lo udah buat gue kesel sekarang lo malah nggak bisa bedain gue sama Ata” Ari kemudian berjalan menjauh
“Kak Ari!” Tari, entah dengan keberanian darimana dia memeluk Ari dari belakang
“Maafin aku kak! Maaf ya! Kalo aja kemarin aku bisa sabar! Maaf juga udah buat kakak kecewa! Maafin gue udah salah ngenalin kakak! Gue banyak salahnya deh akhir-akhir ini” Ucap Tari sambil menyembunyikan wajahnya di punggung Ari. Ari masih aja bergeming, membuat Tari mengeratkan pelukannya
“Kakak bilang sesuatu doong” Tari merengek? Baru sekali dia mendengar Tari yang seperti itu. Lalu membalikkan badannya
“Gue maafin!” langsung membuat Tari tersenyum, tapi senyumnya langsung hilang begitu Ari mengucapkan kata selanjutnya “Tapi ada banyak syarat, lo udah buat gue marah dan kecewa!”
“Banyak?? Kan gue salahnya cuma tiga!” protesnya. *Itu juga banyak kali Tar, lebih dari dua*
“Lo berani protes sama gue?” tanyanya santai tapi matanya mengatakan kalau dia sedang tidak berada pada suasana hati yang santai.
“Nggak” kata Tari sambil menggeleng
“Good girl!” Ari langsung memeluknya.
“Tapi ada hal yang wajib lo turutin buat hari ini” Tari ingin melihat wajah Ari berusaha melepas pelukannya, tapi tidak bisa. Ari memeluknya semakin kuat.
“Gue sayang sama lo Would you be my girl?” Bisik Ari akhirnya. Tari deg deg an sekaligus girang. Dia ditembak Ari? Akhirnyaaaa!
“Apa gue boleh nolak?”
“Nggak! Lo harus selalu nurut apa kata gue”
“Yaudah! Apa boleh buat Gue mau!” Ari semakin menenggelamkan Tari dalam pelukannya “Gue juga sayang sama lo!” lanjut Tari
“Lo adalah penyelamat hidup gue! Makasih karena lo itu ada! Makasih karena nama lo jingga matahari. Dan makasih karena lo mau jadi milik gue” Ari mengecup puncak kepala Tari
Sementara Ata masih terbujur lemah dan semakin demam sambil menggigil di sofa.
THE END

No comments: