SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Saturday, March 24, 2012

Protect Me!!! 7


Cek cek..
Maaf ya lama banget, MUSIM UJIAN!!! Arghhh, sibuuukkkk
:)

Happy reading aja deh :)


"Hmmm" Aku kembali menemukan kesadaranku, pusing. Aku mencoba memegang kepalaku, tapi tidak bisa. Ada tangan yang menahan tanganku, aku menoleh, Kak Lio. Dia sedang melamun menghadap jendela, sekarang sudah malam, karena gerakanku dia tersadar.

"Hm? Hei?" Dia membelai rambutku dan tersenyum

"Kenapa kakak disini? Ini kamar gue kan?" tanyaku linglung, Kak Lio mengernyit lalu tersenyum.

"Iyalah, emang gue yang punya cat kamar warna pink?" melihatku masih bingung dia menambahkan "Lo inget tadi siang di mana? Sama siapa? Ngapain?"

Lalu aku mengingat semuanya "Oh" Kak Lio hanya mengangguk. Tadi siang sepertinya aku akan diantar Kak Dimas pulang, tapi tiba-tiba semua gelap. "Tadi gue kenapa? Pingsan?"

Kak Lio mengangguk lagi, aneh, biasanya dia akan cerewet dan menasehatiku agar tidak terlalu memikirkan masalah ini. "Kakak kenapa sih? Kok diem aja?"

"Nunggu lo marah"

"Hah? Marah? Kenapa?" Aku bingung, masih lemas. Bukannya tadi siang yang salah si Vei?

"Lo nggak marah soal tadi siang? Vei dateng ke rumah terus bikin ribut" Tanyanya, aku memang marah, tapi pada Vei, bukan Kak Lio.

"Kenapa harus marah?"

"Lo kan harus marah sama gue, kalo lo nggak sama gue, kalo gue nurutin Dimas buat nggak ketemu lo dulu. Mungkin nggak begini ceritanya"

"Kakak kenapa sih? Yang nyuruh kakak Pergi siapa? Aku butuh kakak banget! Siapa yang nolong aku kalo bukan kakak?"

Dia tersenyum senang "Bagus deh kalo gitu, sekarang lo mau apa? Minum? Makan? Mandi?"

"Gue mau minum, mandi, terus makan. Suapinnn"

"Hahaha,, siap!" Dia lalu mengambilkan gelas yang berisi air putih dan membantuku minum. Padahal aku bisa sendiri.

"Udah, gue mau mandi. Kakak keluar deh" Dia menurut, langsung keluar dari kamarku.

30 menit kemudian...

Tokk tokk

"Cepetan pake bajunya" Seperti biasa Kak Lio hapal kapan aku selesai mandi. Agak menakutkan memang, tapi aku suka. Kak Lio terlalu mengerti aku.

"Iyaaaaa" aku segera memakai baju. Celana pendek selutut dan kaos, lalu turun. Di bawah ada Ibu, hari ini jadwal Kak Dimas dan Ayah Futsal. Jadi mereka tidak ada di rumah. Sempat-sempatnya ya Kak Dimas futsal? Aku kan tadi pingsan? Seharusnya dia merawatku dong!

"Ibu masak apa?" Tanyaku

"Masak semur, kamu suka kan?" Sepertinya Ibu tidak tahu kalau aku pingsan. Tadi siang Ibu belum pulang dan mungkin Kak Dimas dan Kak Lio tidak akan memberi tahu Ibu apa yang terjadi. Kalau sampai bilang,  mereka bisa dipanggang.

"Sukaa doong! Kak Lio mana sih Bu?" Kak Lio tidak berada di dapur dan suaranya tidak terdengar.

"Di depan, tadi ada telepon" Telepon? Aku langsung was-was, jangan-jangan itu Vei? Aku kan belum bertanya, bagaimana Kak Lio bisa menghadapi Vei? Tiba-tiba Kak Lio muncul, sesaat kulihat wajahnya kesal, tapi mungkin aku salah. Sekarang senyum menghiasi wajahnya.

"Lo mau makan?" Aku masih terus melihatnya, dia balas menatapku. Aku bertanya 'kenapa' lewat tatapanku. Kak Lio hanya tersenyum. "Wah, enak nih Bu" Kak Lio memuji masakan Ibu yang sudah terhidang di meja. Menolak menjawabku, lalu duduk di sampingku, berseberangan dengan Ibu.

"Iya doong, cepetan makan!" Ibu Mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, lalu memberikannya padaku, tapi Kak Lio menyela.

"Kasih aku aja Bu, Dinda lagi kumat manjanya" Ibu tersenyum simpul, lalu menyerahkan piring ke Kak Lio. kenapa sih? Kan biasa aja. Kak Lio biasa mengantarku kemana saja, menjemputku, menemaniku makan, memasakkan makan malam kalau Ayah Ibu tidak ada, menyuapiku, menghiburku, melindungiku. Biasa kan? Bukannya itu memang tugas Kak Lio? Iya kan?

Kak Lio mengambilkan semur ayam, lalu mulai menyuapiku. Dia tidak makan, hanya menyuapiku. Seperti biasa, kebutuhanku didahulukan. Kak Lio menyuapkan nasinya sedikit-sedikit, sekali lagi, Kak Lio terlalu mengerti aku. Aku jadi tersenyum sendiri, dia lebih dari Kakak untukku, itu yang baru kusadari kemarin, saat Vei datang dan berteriak-teriak pada kami. Kak Lio untukku, cuma aku.

"Ah, Ibu ngiri deh. Ayah mana ya? Ibu juga mau disuapin nih!" Aku yang sedang mengunyah langsung terbatuk! Ukh! Ibu nihh? Kak Lio langsung mengambilkanku air putih. Aku meminumnya cepat-cepat.

"Ibuu ihh! Ngeledek" Aku cemberut, Kak Lio hanya tersenyum-senyum. Sialan!

"Abiiis, ibu aja kalah mesra sama kalian" kata Ibu sebelum menyuapkan nasi.

"Yaudah deh, aku nggak mau makan lagi" Kak Lio dan Ibu berpandangan lalu sama-sama tersenyum. Ishhh!

"Makan doong!" Kak Lio mendekatkan sendok pada mulutku. Aku menggeleng. Kak Lio pantang menyerah, dia semakin mendekatkan sendoknya. Aku menggeleng dan menutup mulutku dengan tangan.

Kak Lio mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Lo nggak mau makan? Gimana kalo gantinya gue nggak cerita soal tadi siang?" Aku langsung melepaskan tanganku, cemberut, tapi mulai makan lagi.

♥♥♥
Makan malam sudah berakhir, Ayah dan Kak Dimas juga sudah pulang. Sekarang Aku, Kak Dimas, dan Kak Lio berbicara di taman. Aku butuh penjelasan. Mereka pasrah karena aku mengancam akan melapor pada Ibu.

"Kenapa Kak Dimas sama Kak Lio main rahasia-rahasiaan? Emang gue anak kecil?" Mereka malah tersenyum, menahan tawa.

"Menurut lo gimana?" Tanya Kak Dimas Balik.

"Nggak lah! Gue udah SMA, udah gede, dewasa!" Hahahaha, mereka malah tertawa-tawa.

"Hahahha, gue tanya dulu deh. 1. Siapa yang nggak pernah kemana-mana sendiri? 2. Siapa yang susah banget diatur? 3. Siapa yang suka histeris takut gelap? 4. Siapa yang suka ngambek kalo makanannya nggak cocok? 5. Siapa yang Marah gara-gara ada yang telat jemput? 6. Siapa ya.."

"Stop! Stop! Iya itu gue, terus kenapa? Emang itu ukuran seseorang dewasa apa nggak?" Aku jadi kesal!

"Iyalah, orang dewasa itu bisa mengurus hidupnya sendiri, bukannya dilayanin kayak lo, tuan putri" sahut Kak Dimas

"Udah deh! Jangan bahas itu! Sekarang gue mau tahu cerita lengkapnya!"

"Tuhh kan! Itu salah satu sifat orang nggak dewasa. Menghindar dari masalah" Aku hanya memelototi Kak Dimas "Iya.. iyaa, Biar Lio yang cerita" Kak Dimas hanya duduk disamping Kak Lio, aku mengalihkan pandangan pada Kak Lio.

"Iya, Bita itu adiknya Vei, adik tiri" aku mengangguk mengerti dan menunggu Kak Lio melanjutkan penjelasannya "Ayahnya Vei nikah sama Ibunya Bita, setahun lalu. Vei tahu lo sahabatan sama Bita karena dia liat gue jemput lo dan ketemu Bita pertamakali." Aku ingat saat itu, Bita mengatakan kalau Kak Lio itu malaikat. "Vei waktu itu udah mulai deketin gue lagi, maksa-maksa. Tambah gencar setelah tau lo sahabatan sama Bita, dia ngancem gue. Lo inget malem-malem kita makan dirumah lo? Ada yang telepon? Itu dia. Dan lo inget nggak pas gue tanya lo keluar rumah apa nggak pas lo sakit? Abis itu gue ditelepon? Itu Vei juga"

"Apa hubungannya?" tanyaku tiba-tiba

"Eh?" Kak Lio terlihat salah tingkah dan menggaruk kepalanya. Kak Dimas terlihat menahan tawa.

"Apa hubungannya gue sahabatnya Bita, sama Vei yang ngancem Kakak? Kan Gue udah nggak satu sekolah sama Kakak. Gue bingung deh Kak dari dulu tuh kenapa sih Vei cemburu banget sama gue"

"Hahahaha,,," Tawa Kak Dimas pecah "Apa lo mesti tanya? Lo nggak bisa liat ya kalo Lio itu.."

"Diem nggak lo!" Ancam Kak Lio, Kak Dimas membuat tanda V dengan jarinya, tapi tetap tertawa. "Gue nggak bakal jawab bagian itu, sekarang lo tanya apa lagi?"

Aku akan mengajukan protes, tapi tidak jadi. "Kenapa Kak Lio sama Kak Dimas gak bilang kalo Vei yang ngelakuin itu semua?"

"Itu jawaban gampang banget, lo pikir apa yang bakal lo lakuin kalo Bita diancam terus gue diancam juga? Lo pasti ngelakuin hal yang aneh-aneh kan?" Aku hanya mengangguk lemah, semuanya benar.

"Tapi masak cuma itu sih? Gue nggak percaya, kalian kan bisa jagain gue. Nggak perlu takutlah sama Vei"

"Lo kok hari ini pinter banget sih?" Aku langsung melotot pada Kak Lio, aku kan selalu pintar. J  "Vei juga ngancem gue, kalo gue kasih tau lo, deket-deket sama lo, atau bocorin soal Bita, lo bakal dicelakain. Lo lihat hasilnya kan? Lo dikunciin di gudang. Makannya Dimas nyuruh lo jauhin gue”

“Terus kenapa Bita takut banget sama Vei?”

“Lo tau Vei kan? Dia itu nekat banget. Bita pernah ngambil kalungnya dan dia tau itu. Vei ngancem bakal masukin narkoba ke kamar Bita dan laporin ke orangtua mereka. Terus kalo Bita ngasih tau lo, Bita bakal dilaporin ke polisi karena pencurian” Aku ternganga, Vei segitunya ya? Ini semua gara-gara dia terobsesi dengan Kak Lio? Luar biasa.

“Terus foto-foto itu? Itu beneran Kak? Gimana tuh ceritanya?”

“Bita udah nggak tahan sama Vei dan nggak tahan hianatin lo terus, Bita telepon gue malem-malem, ngasih tau kalo ada 5 preman yang disewa Vei buat nyelakain lo. Gue bikin rencana sama Bita, gue yang ngadepin preman dan dia bakal bawa lo menjauh”

“Jadi...” Aku berdeham “Jadi Bita nggak salah Kak? Terus Vei sekarang dimana?”

“Dia salah, karena dia adik tiri Vei. Ditambah lagi dia pake acara nyolong kalungnya Vei. Coba kalo nggak? Nggak bakal begini ceritanya. Tapi diluar itu dia nggak salah” Ucap Kak Lio final. Aku langsung merasa bersalah, ternyata Bita menyelamatkanku hari itu. Kak Lio membelai rambutku, menenangkanku. “Kalo si Vei sih udah gue teleponin Rumah sakit jiwa tadi siang, kelihatannya dia ada gangguan mental” Tambah Kak Lio santai. Vei di RSJ?

“Udah nggak usah dipikirin, besok minta maaf aja sama Bita, dia sayang banget sama lo”

“Eheem ehmm eheemm eheem” Kak Dimas langsung berdehem palsu.

“Apa sih Kak Dimas nih? Kakak juga salah tuh nggak mau ngasih tau soal Bita, kan aku nggak salah paham begini” Protesku

“Udah deh, masalah yang satu udah selesai kan? Nah, sekarang selesaiin tuh masalah satunya” Ucap kak Dimas sambil bangkit dan berjalan ke dalam.

“Masalah apa sih?”

“Hati Din hati...” Kak Dimas berhenti di pintu dan berbalik

“Hatinya siapa?”

“Lio tuh” Kak Dimas langsung masuk ke dalam

“Hah?” Aku berbalik ke arah Kak Lio “Apa sih kak?” Kak Lio salah tingkah sambil mengacak rambutnya.

“Arghhhh, gue ucapin sekali aja ya? Gue sayang lo”

“Hah?”

4 comments:

Unknown said...

alhamdulillah, akhirnyaaaaa.. :D
aku udah nungguin !! :D

lio suka kan sama Dinda?
*semogaaaaa*

Unknown said...

Hehehe,, Maaf ya lama :)

Gimana ya? Kasih tau nggak yaa?
:p

Kelakuannya Lio gimana menurutmu?

Unknown said...

iya gpp kak :D
*asal jangan kelamaan aja yg part 8 nyaa *

aaaa,, tpi feeling aku kyaknya lio suka deh :D *sok tu*

Kak Lio?
gilaaa perhatian bgt! rela nurutin Vei cumam bwt lindungin Dinda, *mau deh jadi Dindaa !!*

Unknown said...

Hehehe,, besok aku muali ngetik deh, apa malem ini yaaa?? *evil smirk

Aaaaaa,,,,,
Ada dehhh,, simpulkan sendiri :)

Nggak ah, Aku nggak mau yang bekas, Aku mau punyaku sendiri :p