SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Thursday, March 8, 2012

Grab You One More Time :)


Kriiiiinggg Kriiingggg

Ah siapa sih yang menggangu tidurku? Apa dia tidak tahu kalau aku tidak bisa tidur semalaman? Tidur cukup untuk cewek itu harga mati. Dan orang ini mau menawarnya?

Kriiiinnggg

Argghhhh, aku membuka mata dan langsung menutupnya lagi, silau. Ponsel sialan itu masih saja berdering, aku meraba-raba kasur dan berlanjut ke nakas. Ketemu!

"Halo" sapaku pada siapapun orang tidak sopan di seberang.

"Ehh, babe! baru bangun lo?" Cia? Alamat aku tidak bisa tidur lagi kalau dia yang menelepon. Alamat buruk!

"Ada apa?" aku malas basa-basi, aku hanya ingin tidur

"Tolong jemput Ceska doong" Nada suaranya berubah 180 derajat. Dasar cewek tukang merayu. Aku mulai membuka mata dan membiasakan diri dengan cahaya pukul 10 pagi. "Gue mau fitting dress tunangan gue"

Alah bilang aja kalo mau pacaran celetukku dalam hati, sepupuku ini memang sedang bahagia dengan calon tunangannya, Malvin. Dokter yang akan mengambil spesialisasi jantung di Jakarta. Mereka sebenarnya baru mengenal 6 bulan yang lalu, Malvin sih sudah cinta mati sama Cia sejak SMA.

"Dra? Dra Dra Dra Dra?" Aku tersadar dari lamunanku, sedikit iri pada sepupuku, mendapat calon tunangan seperti Malvin di umur kami yang menginjak 21 tahun. Tapi aku tetap sayang banget sama Cia.

"Gue baru bangun, tadi malem begadang baru bisa tidur jam 4.00. Kalian kan bisa jemput Ceska dulu baru fitting" Aku menyingkap selimut dan menurunkan temperatur AC.

"Hehehhe, gue mau ke kafe dulu" Ahhh, tuh kan?? Mereka mau pacaran dulu. Aku mendengus "Please!! Susah banget sekarang gue ketemu Malvin, masa seminggu cuma ketemu tiga kali? Sisanya cuma telpon, BBM, sama YM? Malvin sibuk banget, ditambah lagi sekarang Malvin nggak tinggal di rumah gue" Dasar Cia! PLEASE DEH! tu sama saja KETEMU SETIAP HARI!

"Oke" aku sudah lelah berdebat dengan sepupuku ini

"Hah? Yeeee, muah muah" Aku langsung memutar mata "Jangan lupa ya, jemput Ceska jam 12 teng, seperti biasa dia nggak suka nunggu lama" Aku hanya mengangguk-angguk "Thanks ya say, gue nggak tau bakal gimana kalo lo nggak ada"
"Stop! Jangan mulai lagi deh" Sepupuku ini memang sedikit sensitif dan ekspresif. Saat dilamar Malvin 6 bulan lalu saja dia datang padaku dan menangis histeris karena bahagia. Aku sendiri bukan tipe cewek yang seperti itu, aku bisa mengontrol emosiku.

"Hahahaha, iya deh. Eh udah dulu deh Malvin udah dateng. Thanks"

"Salam buat Malvin"

"Iya, bye muahhh"

♥♥♥
Sekolah Ceska boleh dibilang sekolah elit. Om Ervan memang selalu menginginkan yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya. Jadi tidak heran kalau Ceska sekolah di International school, gila masih SD juga!

"Hei" Tubuhku menegang mendengar siapa yang menyapa, aku mengenal suaranya, tapi berharap bukan dia.

"Landra kan?" tanyanya padaku, aku memutar tubuhku dan memandangnya. Aduh, kenapa dia lagi?

"Hei" sapaku canggung, please deh di sepanjang belahan bumi ini kenapa aku harus bertemu dia di sini? Sekarang? "Landra?" Tanyaku, Jangan merasa aneh, namaku dan namanya memang sama di bagian belakang. Namaku Meilandra Agni Kusuma, sementara dia Kelandra Adi Wijaya. Seperti anak kembar kan? Kami pun sama-sama dipanggil Landra, dulu saat kelas 10 aku menikmatinya, tapi sekarang aku ingin mengganti namaku. Dia mantan pacarku!!

"Apa kabar?" Tanyanya. Aku langsung menyesal telah mengiyakan Cia.

"Baik, Kamu ngapain di sini?" Tanyaku, mau tidak mau penasaran. Kenapa dia berada di lingkungan sekolah dasar, menjemput adiknya?

"Aku lagi jemput adek. Kelas 3" Aku manggut-manggut, memang dulu saat aku pacaran dia mempunyai adik perempuan, ternyata adiknya sekolah di sini. Kebetulan sekali! "Kalau kamu ngapain? Kamu nggak punya adik kan?"

Dia masih ingat? Ah, lupakan. "Aku jemput sepupuku, Ceska"

"Siapa? Ceska adiknya Cia? Jadi kamu sepupunya Cia?" aku mengerutkan kening tidak suka, hanya mengangguk. "Cia yang itu? Kok aku nggak pernah tau sih? Padahal kan kita kenal lama" Kenapa sih dia ngeselin banget? Pertama ketemu malah bahas Cia? Dasar cowok nggak peka! Apa jangan-jangan dia naksir Cia?

"Kenapa aku harus cerita?" Tanyaku ketus

"Kok ketus sih? Dia itu sering nunggu bareng aku di sini, eh Aku laper nih makan yuk" Tanpa menunggu persetujuanku dia menggandeng tanganku menuju restoran di seberang sekolah.

"Kamu mau makan apa? Kamu belum makan kan? Yaudah aku pesenin nasi goreng seafood sama jus stroberi ya? Mbak aku mau bakso aja deh sama jus alpukat" Dia berkata pada pelayan dengan santai. Dia masih tau makanan favoritku, tapi bukannya aku senang, tapi aku malah takut. Takut terperangkap virus Landra lagi.

Setelah pelayan pergi aku langsung menumpahkan amarahku. "Kamu nggak berubah, masih seenaknya"

"Apa?" Wajahnya kebingungan

"Siapa bilang aku mau makan nasi goreng? Siapa bilang aku mau jus stroberi?" Suaraku kubuat sedatar mungkin

"Itu kesukaan kamu kan? Kamu kenapa?"

"Nggak apa-apa, kita makan aja" Kataku saat melihat pesanan kami sudah datang. Aku merasa jadi orang bodoh karena mempermasalahkan hal yang tidak penting.

"Kamu kemana aja sih? Kok nggak pernah nongol? Acara reuni juga nggak pernah dateng, padahal aku cariin kamu lho" Uhuk uhkk uhk Aku tersedak, dengan cepat dia mengambilkanku jus.

"Thanks" kataku saat sudah tenang. Aku harus makan hati-hati karena mungkin perkataannya yang ngawur itu bisa membuatku tersedak lagi.

"Kamu nggak berubah ya, masih suka ceroboh kalo makan" Tuh kan? "Eh pertanyaanku belum dijawab?"

"Aku kuliah di Bali, sekarang balik karena liburan" Dia mengangguk dan makan baksonya dengan lahap. Kami terdiam, diam yang canggung dan membuatku tidak nyaman.

"Dadaa!" teriakan Ceska menyelamatkanku. Aku melambai padanya, menunggu dia menyebrang dibantu satpam. Dia bersama gadis cantik dan imut, adik Landra mungkin?

"Sayang kamu mau makan?" tanyaku begitu Ceska sampai. Sementara kulihat adik Landra langsung memeluk kakaknya.

"Noo! I just want to drink, so thirsty Dada" Adik kecil Landra juga mengangguk bersemangat "Bilqis juga mau, Dada" Tambahnya

"Dada?" Landra tiba-tiba bertanya.Aku langsung menoleh dan merasakan wajahku memerah. Dada, pasti terdengar janggal dan agak vulgar.

"Dulu dia nggak bisa bilang R, tapi dia selalu denger Cia manggil aku Dra. Ceska malah memanggilku Dada, padahal maksudnya Dradra" Aku menggigit bibir saat melihat senyum gelinya. Aku berjanji setelah ini akan mengajari Ceska cara memanggilku dengan benar.

"Yaudah, kalian mau minum apa?" Tanya Landra mengalihkan pembicaraan, sepertinya dia tau aku sudah sangat malu.

"Stroberi" jawab adik kecil Landra penuh semangat "Alpukat" kata Ceska

"Mereka kayak kita ya Dra" Hah?

♥♥♥

Aku kembali mengingat-ingat kejadian yang kemarin terjadi kemudian memutar kejadian yang lebih lama, bertahun-tahun yang lalu.

Saat itu aku mengenal Landra di acara MOS SMA, 6 tahun lalu. Saat itu kami satu kelompok dan rumah kami berdekatan jadi aku lebih mudah mengerjakan tugas dengan Landra dibanding anggota kelompok yang lain. Berangkat dan pulang sekolah pun kami bersama. Sebulan kemudian kami jadian, cinta dan pacar pertamaku. Aku menjalani hidup bahagiaku bersamanya. Jalan, nonton, makan, apel malam minggu, belajar bersama. Aku tidak pernah mengenalkan Cia padanya, karena saat itu Cia dan keluarganya sedang ada di Singapura. Mereka menetap di sana sampai Cia lulus SMA. Kami juga mengalami masa-masa sulit seperti bertengkar, cemburu, miskomunikasi, jenuh. Tapi akhirnya kami dapat melaluinya, aku merasa sangat lengkap, aku sangat bergantung padanya. Menginjak SMA kelas 3 dia mengakhiri hubungan kami, aku melihatnya bersama perempuan lain, dia selingkuh. Bahkan aku tidak bisa berbicara dengannya lagi setelah dia minta putus dariku keesokan harinya, sampai sekarang. Jadi aku seharusnya sangat membencinya, tapi kenapa setelah kemarin bertemu aku tidak menemukan kebencian itu? Malah sebaliknya yang kurasakan. Aku benci diriku yang seperti itu. Aku masih sangat mencintainya.

"Dra? Woi?" Aku tersentak dari lamunanku, Bad habit: suka melamun. Aku memandang Cia sambil menaikkan alis. "Gue tanya, lo mau makan apa? Kasian tuh waitress nya nungguin"

Aku mulai membuka mulut "Dia pesan tempura" aku langsung menoleh kaget melihat Landra ada di sini.

"Apa?" aku masih kaget

"Dia pesan tempura aja mbak, terus sama ocha dingin, saya juga sama" aku masih saja kaget dan bingung. "Hai semuanya" dia tersenyum, aku kaget. Aku memandang Malvin, dia mengangkat bahu. Aku memandang Cia, dia hanya tersenyum tenang lalu membalas sapaannya. Malvin menyalaminya dan menanyakan kabar, sepertinya mereka akrab.

"Kenalin, ini kakak temen adek gue. Namanya Landra. Gue yang ngajak dia, katanya dia males di rumah"

"Gue tau" Jawabku singkat

"Hah? Kalian udah saling kenal?" Tanyanya kaget, pasti dia nanti akan bertanya macam-macam setelah pulang.

"Gue teman SMA Landra" Katanya

"Wow, kebetulan banget ya? Bahkan nama kalian mirip. Meilandra, Kelandra" Malvin ikut-ikutan berkomentar. Aku ingin membekap mulutnya.

"Kok lo nggak pernah cerita sih Dra?" Tanyanya padaku

"Gue lupa" aku merasa SANGAT tidak nyaman. Kenapa Landra ada di sini? "Gue mau ke toilet" Aku beranjak dari dudukku

Aku berjalan tergesa-gesa menuju toilet, membuka bilik kosong dan duduk di atas toilet. Kenapa dia harus kembali ke hidupku? Tapi yang lebih penting, seharusnya aku bisa bersikap biasa kan? Aku keluar menghadap cermin, menarik napas beberapa kali lalu memperbaiki make up ku yang sebenarnya masih baik-baik saja. Aku mengatur napasku lagi dan keluar dari toilet. Aku hampir saja berteriak saat ada yang menarik tanganku, tapi kemudian aku dapat melihat Landra di hadapanku. Aku menatapnya sebal. Aliran listrik seperti menyengatku saat tangannya menarik tanganku. Aku jadi gelisah.

"Kamu kenapa sih?"

"Kamu kenapa sih?" Kami bicara bersamaan dengan kalimat yang sama, tapi dengan intonasi berbeda. Aku dengan intonasi malas dan dia dengan intonasi memaksa. Lalu kami sama-sama terdiam.

"Aku biasa aja, kamu tuh kenapa sih? Aku gangguin kamu dengan datang kesini?" tuh dia tau, kenapa masih nanya.

"Aku nggak nyaman sama kamu" jawabku langsung. Mencoba melepas genggaamannya di tanganku, tidak berhasil.

"Kenapa nggak nyaman? Aku nggak jahat kan sama kamu?"

"Jahat banget! Kamu udah ninggalin aku yang cinta mati sama kamu! Kamu berkhianat" aku menyentakkan tangannya dam kembali ke meja kami yang sudah di isi pesanan. Akhirnya kata-kata tadi keluar juga, aku sangat membencinya, datang seenaknya, pergi seenaknya. Dia yang selingkuh, terus dia yang minta putus? Memang aku siapa? Mainan untuknya? Saat aku sudah duduk dia menyusul.

"Sorry" bisiknya padaku, aku hanya diam.

Setelah makan dengan suasana mencekam tadi, Cia mengajak kami ke Skittles. Klub langgananku dan Cia sebelum ada Malvin.

"Babe, lo mau minum?" Teriak Cia disampingku. Kami sedang menggerakkan tubuh sesuai musik yang berdentum, Malvin dan Landra mengawasi dari bar. Aku tidak peduli, Aku hanya ingin bersenang-senang.

"Nggak, gue belum haus. Lo ambil sendiri, gue oke kok" Teriakku balik, dia mengangguk mengerti dan meninggalkanku untuk mengambil minum. Aku terus saja mengikuti dentuman musik sampai tiba-tiba seseorang memegang pinggangku, aku langsung berbalik terkejut.

"Siapa lo?" Teriakku

"Santai aja babe, gue cuma pengen nge dance sama lo kok" Dia menyeringai, shit! Bau alkohol. Aku mencoba menjauhkannya, tapi tidak bisa. Dia masih terlalu kuat, walaupun sudah mabuk. Tangannya mulai merayap ke atas dan mengeratkan pelukannya. Aku refleks berteriak, tapi tentu saja tidak ada yang mendengarku.

Sreet! Bug!!

Laki-laki tadi tiba-tiba jatuh tersungkur karena pukulan seseorang, Landra! Aku mundur ketakutan sambil menutup mulut. Landra langsung menarikku mendekat dan membawaku keluar dari klub. Sepertinya dia ingin pulang.

"Dra? Aku nggak apa-apa, kita balik aja yuk, nggak enak sama Cia" ajakku setelah tenang, tapi tangannya mencengkeramku, membuatku tetap di tempat.

"Kita pulang aja, kalo kesana lagi aku nggak jamin tuh cowok selamat"

♥♥♥
Ting tong
Suara bel apartemenku berbunyi, aku masih saja bergelung dengan selimutku. Beberapa saat kemudian ibu mengetuk pintuku. Ibu memang sedang menginap di apartemenku, katanya dia kangen. Aku memang sudah tidak tinggal dengan Ayah Ibu karena menurutku aku sudah dewasa dan tidak perlu tinggal terus dengan Ayah Ibu, aku ingin mandiri. Tapi tetap saja saat aku libur kuliah seperti ini, mereka akan sering menginap di apartemenku.

"Hei?" aku membuka mata, ternyata bukan Ibu, tapi Cia. Aku mengangguk. "Anak cewek jam 8 belum bangun? Cewek macam apa lo?" ledeknya, aku memutar bola mata.

"Sok tua banget sih? Ngapain subuh-subuh ke apartemen gue?"

"Subuh? Lo nggak pernah solat ya? Subuh itu udah beberapa jam yang lalu neng"

"Sok alim lo! Gue subuh tadi udah bangun, solat subuh terus tidur lagi"
"Lo ada apa sih sama Landra?" tanyanya langsung. Tuh kan? Aku tadi sudah berprasangka buruk.

"Nggak ada apa-apa" elakku

"Gue nggak buta! Pasti ada apa-apa. Orang Malvin yang orang baru aja tau ada yang aneh sama lo"
Aku menghela napas "Mau gue jawab jujur apa boong?" tawarku sambil berusaha duduk. Dia melotot

"Jujur lah! Emang kenapa harus bohong?" aku mencoba mengulur waktu

"Kalo jujur bawain gue es krim seember, kalo lo mau gue boong bawaain gue sarapan dari dapur"

"Sialan lo! Itu rugi semua di gue! Jujur deh, nanti gue beliin es krim, sekalian satu kontainer. Cepetan!!" aku lalu mulai menceritakan semuanya, dari kami jadian sampai putus dan sampai kemarin kami bertemu lagi.

"Oh, tapi menurut gue si Landra juga nggak salah kok. Pasti ada alasanya, yakin deh?" aku memandang Cia tajam, Nggak salah????

"Gue hampir mati rasanya Ci"

"Lo merasakan itu karena terbawa emosi, coba lo pikir dulu deh. Pasti ada yang terlewat"

"Gue baik-baik aja Ci waktu itu, tapi terus gue liat dia megang tangan tuh cewek, dicium. Eh terus besoknya gue diputusin. Gimana nggak nyesek tuh? Gue terlalu bergantung sama dia sih, kemana-mana harus sama dia. Tapi kan kami pacaran, itu wajar!"

"Kayaknya nggak wajar deh, lo terlalu bergantung sama dia"
Aku hanya bisa terdiam dan memutuskan sesuatu. Aku akan menghindar!

Sejak peristiwa itu aku berusaha menghindari Landra, setiap Cia mengajakku makan pasti aku akan bertanya, "Ada Landra nggak?" kalau Cia menjawab ragu-ragu maka aku akan menolaknya. Aku juga tidak mengangkat telpon dari nomor tidak dikenal, padahal telpon itu berdering setiap hari. Tapi aku tidak peduli, aku takut kalau itu Landra. Dan sepertinya begitu.
♥♥♥
Walaupun aku sangat berusaha untuk menghindar, dia akan selalu ada di sini. Di sisiku.

Hari-hariku berikutnya kulewati dengan TERLALU  BANYAK  LANDRA  DI  SEKITARKU.

Dia selalu ada di saat yang tepat, sehingga membuatku bingung antara menerima bantuannya padahal aku sangat ingin menghindarinya atau menolak bantuannya padahal aku butuh. Seperti saat kemarin aku akan pergi ke mall, tiba-tiba ada razia polisi di jalan dan aku ternyata tidak membawa STNK. Entah darimana Landra datang dan menawariku bantuan dengan menelpon Cia. Cia kemudian membawakanku STNK dan membebaskan mobilku. Aku hanya memberikan ucapan terimakasih singkat padanya. Kejadian selanjutnya saat aku membawa mobilku lagi untuk jalan-jalan, tapi memang dasar ranjau Jakarta, ban mobilku bocor dan aku lupa membawa ban serepnya. Lagi-lagi dia datang dan karena mobil kami sama, dia menawarkan ban serepnya untukku. Untung dia cepat datang karena tempat ban mobilku bocor itu sangat gelap dan sepi, apalagi hari sudah malam.

"Kamu kenapa ada terus sih? Kemarin di kantor polisi ada, sekarang di sini ada juga" Tanyaku saat dia sedang mengganti ban mobilku.

"Kenapa?" Tanyanya sambil mengelap keringat, tampan."Kamu nggak suka? Kalo gitu aku pergi deh"

"Eh jangaan! Aku nggak bisa ganti sendiri" Cegahku, dia langsung tersenyum geli.

"Makannya belajar doong! Gampang kok, tapi mending kamu nggak bisa sih"

"Kenapa?" Dahiku berkerut

"Biar aku bisa terus gantiin ban kamu yang bocor" shit! Darimana dia belajar ngegombal begitu? Sejak itu aku mulai menjauhinya lagi, aku tidak mau sakit hati lagi. Dulu aku masih SMA, tapi sekarang aku sudah cukup dewasa dan tau apa yang terbaik. Walaupun aku masih mencintainya, tapi kan tidak ada jaminan kalau dia tidak akan kembali seperti dulu? Sekarang aku semakin tidak mau diajak pergi Cia. Menolak menjemput Ceska bagaimanapun Cia membujuk dan memohon. Sampai Cia kesal,

"Lo kenapa sih? Gue bete nih sama lo!!" Aku tetap menolak

Aku hanya ingin dia lenyap sekali lagi, jadi kalau satu-satunya cara adalah menolak Cia, aku akan melakukannya.
♥♥♥

Dan pagi ini adalah pagi penuh kejutan karena lagi lagi aku bertemu dia.  Dari dua hari yang lalu aku menginap di rumah orangtuaku karena setiap hari apartemenku kedatangan bunga mawar putih tanpa nama, tapi sepertinya aku tahu siapa yang mengirimnya. Pagi ini saat aku membuka pintu untuk jogging, dia ada di sana, di beranda rumahku.

"Ngapain kamu di sini?" Dia mengangkat wajahnya, aku kaget, wajahnya kusut sekali, seperti orang belum tidur semalaman.

"Kamu kenapa sih?" Kenapa dia tanya padaku? Seharusnya kan aku yang bertanya padanya. Melihatku mengernyit heran dia menambahkan. "Bisa nggak sih kamu sekali aja bersikap manis? Please jangan menghindar lagi. Aku kan bisa aja capek terus ngejar kamu"

"Hah? Kamu kenapa sih? Aku nggak bersikap manis sama kamu karena kamu nggak pantes dapet sikap manis" Aku lelah bertengkar dengannya, aku lelah menghindarinya. Mau mengakuinya atau tidak, aku masih mencintainya. Kelandraku.

"Aku telpon nggak pernah diangkat, SMS nggak pernah dibalas, aku kirim mawar putih kamu malah pulang kesini, diajak Cia nggak mau, mau kamu apa sih? Apa sih yang harus aku lakukan buat dapet perhatian kamu lagi?" Dia meracau tidak jelas. Ternyata memang dia yang melakukan semuanya, aku harus menulikan telinga karena aku tidak mau disakiti lagi.

"Kamu putar waktu saat kita SMA lagi dan jangan kenal sama aku!" Aku berbalik, tapi tangannya mencekalku.

"Ikut aku!" katanya tiba-tiba dan langsung menggeretku. Aku mencoba berontak, tapi dia langsung mengangkatku, menggendongku, dan membawaku masuk mobilnya. Aku mencoba berteriak dan melawan, tapi aku langsung terdiam ketika dia menciumku. Ciumannya lembut, membujuk, mempengaruhi, dan menguasaiku. Aku ingin menjauh, tapi aku sangat menginginkannya dan merasa kecewa saat dia melepaskannya. Senyumnya lebar.

"Manis" Wajahku langsung bersemu merah "Kamu percaya deh sama aku, kita perlu bicara!" Lalu dia menjalankan mobilnya. Aku tertidur dalam perjalanan -kemanapun tempatnya- ini. Dan begitu terbangun aku mendapati diriku berada di tempat yang sangat kubenci. Puncak!
Kulihat jok pengemudi di sampingku, kosong? Kuncinya juga tidak ada. Aku langsung keluar dari mobil dan mencarinya. Napasku memburu karena takut dengan tempat ini. Aku harus menemukannya, aku harus pulang. Tanpa sadar aku masuk semakin jauh ke kebun teh dan ketika tersadar aku menjerit. Aku tersesat! Dulu aku pernah mengalaminya saat kecil dan semenjak itu aku benci tempat ini. Aku mulai menangis frustrasi, merasa sendirian. Beberapa jam kemudian keadaannya masih sama, aku semakin takut tidak bisa menemukan jalan pulang, lalu semuanya gelap. Aku pingsan dan begitu terbangun lagi dipelukan seseorang.

"Shhh, maafin aku" Dia tau apa yang kutakutkan membelai rambutku. Aku merasa tenang.

"Kamu tadi kemana? Kamu sengaja mau balas dendam?" tanyaku teredam dadanya. Dia tertawa, kenapa dia tertawa? Apa tidak tahu penderitaanku berjam-jam tersesat?

"Balas dendam apa? Aku merasa kita perlu bicara dan ini tempat yang tepat. Jangan menghindar lagi, please!" Tubuhku menegang "Aku sekarang kuliah di Australia, Kamu kuliah di Bali, semester 6. Tapi aku merasa kita sama kayak anak TK yang lagi marahan. Aku ingin memulainya lagi" aku berusaha melepaskan pelukannya, tapi dia tetap mengurungku.

"Kamu udah ninggalin aku tadi, hampir ngebuat aku mati, tapi kamu malah bicara nggak jelas?"

"Aku tadi di samping mobil, tapi kamu yang ilang. Aku cariin kamu berjam-jam dan begitu aku ketemu kamu kamu udah pingsan" Dia menghela napas, kemudian melanjutkan "Nggak usah langsung pacar, teman dulu nggak apa-apa" Aku terdiam, dia langsung melepaskan pelukannya dan mengajakku pulang. Dia tidak menunggu jawabanku. Lalu kami pulang ke Jakarta lagi dalam diam. Kali ini aku tidak tidur, tidak bisa. Saat kami sudah hampir sampai apartemenku aku berkata,

"Sebelum aku bisa memulai sesuatu sama kamu, aku mau tau alasan kamu mutusin aku dulu" dia menghentikan mobil di pinggir jalan sebelum memasuki area apartemenku.

Dia mulai bercerita "Kamu tahu aku sayang banget sama kamu?" aku mengangguk "aku ninggalin kamu karena kamu udah terlalu bergantung sama aku, padahal aku rencananya mau kuliah di Australia. Aku nggak bakal sanggup ninggalin kamu sendiri di sini, tapi aku juga ingin sekali kuliah di sana. Aku berpikir panjang dan cuma nemu satu cara. Aku ninggalin kamu pas kita mau kelas 3 SMA, aku pikir mungkin kamu lebih semangat lagi buat ujian karena benci aku dan ternyata iya, kamu dapet nilai UN tertinggi kedua setelah aku. Dan lihat, kamu ada di sini, bahagia sama pilihanmu, walaupun tanpa aku" aku hanya bisa geleng-geleng kepala

"Jadi, Aku mau mulai dari awal lagi sama kamu. Kamu mau?" Tanyanya lembut penuh pengharapan. Tapi aku tidak bisa melihatnya aku sangat marah dan langsung keluar dari mobil. Aku tidak peduli aku kehujanan, aku hanya ingin pergi dari orang yang menyakitiku. Dangkal sekali sih alasannya? Dengan alasan kecil seperti itu dia meninggalkanku? Membuatku menderita bertahun-tahun?

"Dra? Hei Dra? Kamu kenapa?" Aku berbalik menghadapnya, dia menyusulku.

"Cuma gara-gara itu? Kamu mau putus sama aku TANPA ALASAN karena kamu mau kuliah di luar negeri? Australia? Nggak masuk akal! Lalu gimana sama cewek itu, kamu selingkuh kan?" dia membalik posisi kami.

"Waktu itu kamu sangat tergantung sama aku, kamu nggak bisa sehari aja tanpa aku. Gimana aku bisa ninggalin kamu saat kamu nggak siap? Aku mencoba membuat kamu percaya kalau aku selingkuh dan berkhianat, aku butuh kamu benci sama aku. Aku setia sama kamu"

"Aku bakal nunggu kamu, aku bakal sabar. Aku bisa!" Aku tahu aku bohong dan dia juga tahu itu. Aku tidak bisa hidup tanpanya saat itu. Harus ada dia, baru aku bisa bernapas.

"Kamu tau maksudku kan? Dengan kebencian, kamu bisa hidup tanpa aku. Aku dulu susah banget buat lupain kamu dan aku memang nggak mau ngelupain kamu, sampai sekarang"

"Tapi kamu bisa ngomong kan? Punya mulut kan? Terus kenapa kamu mau balik?" Aku mencoba menghapus air mataku yang tersapu air hujan, perbuatan sia-sia.

"Aku sayang banget sama kamu, aku nggak bisa ninggalin kamu dengan bilang pelan-pelan. Rasanya aku nggak sanggup. Sekarang kita udah gede Dra, kita bisa berpikir dewasa." dia mulai berjalan mendekat. Aku berjalan mundur, tapi tebentur body mobil. Aku terisak semakin keras sambil menangkupkan tangan ke wajahku. Kudengar desahan napasnya diantara  derasnya air hujan. Aku menyerah pada cintanya, aku menyerah pada kesabarannya, aku menyerah pada diriku sendiri. Karena sebenarnya di sini aku yang jahat, aku yang membuatnya memutuskan hal itu. Dia rela kubenci seumur hidupku agar aku bisa hidup baik selama dia pergi. Aku yang jahat! Aku yang menyakitinya. Kurasakan tangannya merengkuhku, menyurukkan wajahku di dadanya.

"Maafin aku, maafin aku, maafin aku, maaf" aku tidak tahan, disini aku kan yang salah? Aku yang membencinya tanpa tahu dia juga menderita.

"Stop it!" Aku menghentikannya dengan melonggarkan pelukan kami dan menyambar bibirnya, aku ingin membungkamnya. Berhenti meminta maaf, karena itu bukan hanya salahnya, salahku! Aku melepaskannya, tidak peduli dengan mobil yang berlalu lalang, tidak peduli siapapun yang melihat. Aku hanya ingin dia berhenti.

"Stop it! Aku cinta kamu sampai sekarang, aku ada di sini, bisa kuliah dengan baik sampai sekarang. Itu karena kamu"

Dia menggeram dan berkata "Aku belum pernah sebahagia ini setelah putus dari kamu" senyumnya sangat menawan. Lalu menciumku singkat

aku langsung tersipu, "Udah nggak usah gombal, kita bisa masuk angin. Ayo ke apartemenku"
♥♥♥
"Kamu tinggal sendiri?"

"Iya" jawabku, dia berdiri dengan santai dan rambutnya masih basah "Kamu mau ke kamar mandi? Mandi gitu? Di sini ada baju Ayah kok, soalnya dia suka nginap di sini. Ukuran kalian nggak jauh beda. Aku juga mau mandi"

"Jadi kita mau mandi bareng?" tanyanya sambil tersenyum jahil

"Sembarangan! Bukan muhrim. Aku mandi di kamarku, kamu mandi di kamar Ayah Ibu aja"

Memangnya ciuman boleh??
*Abaikan

Dia tidak protes dan mengikutiku. Aku mengambil jins dan kaus Ayah, kemudian memberikannya pada Landra. Walaupun Ayahku lumayan berumur, tapi dia masih muda dalam hal penampilan. Aku juga mengambil handuk baru dan memasangkannya di rambut Landra yang basah.

"Thanks" katanya sambil tersenyum lebar. Tanpa bisa kukendalikan, Aku menarik kedua ujung handuknya dan membawa bibir Landra ke bibirku dengan singkat. Aku belum puas merasakannya. Bibirku beralih ke lehernya, menciuminya. Landra hanya terdiam sambil memelukku, membiarkanku merasakannya tanpa gangguan.

"You're welcome" Jawabku akhirnya sambil mendorongnya ke kamar mandi.

30 menit kemudian, Aku keluar kamar mandi lebih dulu dan menemukan HP Landra berkedip-kedip, sepertinya ada SMS. Aku hanya ingin mengecek nama pengirimnya, siapa tau penting. Saat membuka kunci HP aku menemukan nama Cia disana. Cia? Aku penasaran, apa sih yang mereka bicarakan dan aku langsung kaku saat membaca SMS-nya.

From: Cia Malvin
Sukses ya bro sama sepupu gue! Gue udah yakin dari awal kalo kalian bakal jadian, lagi! PJ nya udah ditunggu. Gue salut sama lo ngerencanain ini semua buat dapetin si Landra lagi. Walaupun pake boong sama maksa dulu :p
Salut gue!!

Apa maksudnya? Aku lalu membuka SMS yang lebih lama secara acak.

From: Cia Malvin
Gila! Lo mau bawa dia ke puncak terus lo tinggalin? Sadis lo! Dia kan nggak suka tempat dingin itu. Pokoknya kalo ada apa-apa gue tuntut lo!

Jadi Cia tau kalau aku akan dibawa ke puncak? Aku ditinggalkan? Itu rencana? Dia tidak mencariku? Dia bohong?

From: Cia malvin
Lo utang banyak sama gue! Masa gue lo suruh ambil ban serepnya Landra? Tapi tugas udah beres bos!

From: Cia malvin
Dasar gila!
STNK nya udah ada di tangan gue, lo yakin sepupu polisi lo mau main razia-raziaan begini?

From: Cia Malvin
Lo mau ngikut makan bareng gue sama Malvin nggak? Ada Landra lhoo :p

From: Cia Malvin
Gue nggak percaya lo mau dapetin Landra lagi dengan cara 'kebetulan' ketemu begitu. Jadul banget tau nggak sih? Hahaha
Tapi oke, gue setuju
:)

Aku tidak mampu lagi membaca SMS yang lain. Jadi? Jadi ini semua karena Landra mau mendapatkanku kembali? Tapi mengapa caranya seperti ini? Minggu-minggu menderita itu? Kenapa harus menyiksaku dulu untuk bersamaku? Aku lemas, sepertinya semua tulangku berubah menjadi bubur.

Klik

Dia keluar dari kamar ayah dan Ibu, terlihat segar dan tampan. Aku berjalan menuju dapur.

"Mau cokelat panas?" Tanyaku dari dapur, mencoba menahan getaran kemarahan dalam suaraku.

"Boleeh" Jawabnya, lalu terdengar ringtone HP nya.

"Halo? Cia?" Hanya itu yang mampu kudengar karena dia berjalan menuju ke balkon.
10 menit kemudian dia selesai menelpon dan aku selesai dengan coklat panas kami.
"Tadi telpon dari Cia?" tanyaku padanya setelah aku kembali dengan membawakan cokelat panas padanya.

"Iya" Jawabnya. Aku meletakkan gelas coklat panas di hadapannya. Dia langsung meminumnya. Aku duduk di sofa, berseberangan dengannya.

"Dia bilang apa?" Tanyaku lagi.

"Kamu kok disitu sih? Dingin tau, sini deket sama aku" Katanya sambil menepuk sofa di sebelahnya. Tapi melihatku berubah serius dia kemudian berubah serius juga "Ada apa?"

Aku memulai,"Ketemu 'kebetulan' di sekolah Ceska, makan malam sama Cia, clubbing, nggak bawa STNK, ditilang polisi, ban mobilku bocor, tersesat di puncak. Ini semua ulah Kamu?" shit! Saat marah pun aku tidak bisa menggantikan sapaan 'kamu' untuknya. Aku bangkit karena kemarahanku memuncak. Dia juga ikut bangkit dan terlihat kaget.

Dia kelihatan akan menjawab, tapi kupotong "Kamu pikir ini lucu?? Kamu tau gimana rasanya  pas ketemu kamu di sekolah Ceska? Gimana aku tersesat di puncak ketakutan sampai rasanya mau mati dan tiba-tiba bisa ketemu kamu lagi? Sumpah kamu tega banget!"

"Give me a chance, aku bakal jelasin, tapi kamu tenang dulu ya?" Dia menyeberangi jarak diantara kami dan mencoba meraihku, tapi aku menghindar.

"Aku berdiri aja"

"Oke" ucapnya akhirnya "Aku memang merencanakan ini semua, cuma mau bikin kamu sadar, kalo aku bakal ada di setiap kamu butuhin, sekali lagi" Aku tidak percaya

"Dengan cara begini? Dengan kamu bikin rencana sama Cia? Aku sayang kamu Lan, sayang banget, tapi nggak begini caranya! Kamu memanipulasi semuanya"

"Aku kenal Cia waktu dia mau jemput ceska lalu kami kenalan. Cia orangnya memang cerewet, jadi dia cerita juga tentang kamu. Aku nggak nyangka Landranya Cia itu kamu sampai aku ngeliat kalian di mall, waktu itu aku belum berani. Kamu pikir gimana perasaanku? Aku sayang sama kamu, terus cariin kamu setelah kita kuliah tahun pertama. Aku mulai berani bilang ke Cia, aku mau dia ngasih jalan ke aku. Kamu cuekin, aku coba sabar Dra. Aku coba baikin kamu di makan malamnya Cia sama Malvin, tapi apa? Kamu malah syok dan nggak mau ketemu aku lagi. Kamu sadar nggak sih?" tanyanya mendekatiku, aku tidak bisa bergerak. Dia mengguncang lenganku pelan.  "Kamu sadar nggak sih? Saat itu aku nunggu kamu buka hati lagi buat aku? Tapi ternyata kamu lebih suka dipaksa" Aku hanya bisa menangis

"Tapi kamu bohong, Aku nggak bisa, aku nggak bisa" aku terus menggeleng "Kamu pulang aja!"

Dia menghela napas dengan berat, sebelum berkata "Fine! Tapi satu hal yang harus kamu tau, i'm deeply in love with you, sweetheart" dia mengecup keningku singkat lalu pergi.

♥♥♥
"Jangan bilang lo nggak mau dateng ke pesta tunangan gue?" Tanpa halo Cia langsung menyemburku dengan kata-kata tajamnya. Sepertinya Landra sudah menceritakan semua pada Cia.

"Ci.."

"Gue tau gue salah, oke! Gue emang salah. Tapi please deh kita udah gede Dra. Lo harus mikir maksud gue baik dan dia emang cinta mati sama lo. Udah kan?"

"Gue nggak marah sama lo! Tapi Ci, dia kan juga bisa ngomong ke gue! Gue juga bakal ngerti. Nggak usah bikin gue bertanya-tanya selama ini" Aku mulai emosi, pagi-pagi baru bangun tidur aku malah disambut dengan masalah seperti ini. Tadi malam kurang apa?

"Lo waktu itu masih SMA Dra, dia juga! Apa sih yang bisa lo harapin dari anak SMA? Ini masalah kecil Dra. Jangan lo bikin besar!"

"Gue ngerti, tapi dampaknya Ci. Gue jadi begini, nggak punya keberanian buat memulai sesuatu yang baru sama cowok itu gara-gara dia, tapi dia seenaknya mau balik ke hidup gue? Mimpi aja!"

"Tapi dia dateng lagi juga gara-gara pengen memperbaiki semuanya. Dia mau bikin lo jadi princess nya lagi dan lo masih cinta kan sama dia?"

"Gue nggak bisa, belum"

"Ah terserah lo deh, susah ngomong sama batu. Udah pokoknya gue nggak mau ngurusin masalah lo lagi. Dan lo HARUS -Harusnya pake kapital- dateng ke acara tunangan gue kalo lo nggak mau gue pecat jadi sodara" Tuut tuut

Aku mendesah panjang mengingat kejadian-kejadian yang kualami sebulan belakangan ini. Hanya satu bulan tapi rasanya seperti bertahun-tahun. Semuanya berubah, aku bertemu lagi dengan Landra dengan 'kebetulan', Cintaku yang kukira sudah hilang untukknya tenyata masih tersisa dan timbul, dia mencintaiku, semua terasa sempurna kemarin, lalu semuanya terungkap, rencana Landra, Cia, bahkan mungkin Malvin. Apa yang harus kulakukan? Aku mencintai Landra dan Landra pun begitu. Aku bahagia, Landra juga.

Lalu apa yang kutunggu? Aku bergegas bangkit dari tempat tidur kemudian mandi.

♥♥♥

Aku turun dari mobil jemputan, sendiri. Ayah dan Ibu sudah pergi tadi sebelum aku. Aku berjalan dengan anggun menuju rumah Cia yang sudah didekorasi penuh warna silver dan ungu, warna kesukaan Malvin dan Cia. Semua orang memandangku, aku tau ini semua karena penampilanku. Aku memakai dress semata kaki berwarna putih tulang, one shoulder semakin membuat bahuku yang bagus terekspose beserta kulit putih langsat yang semakin bersinar. Aku memakai make up samar dan mengubah gaya rambutku dengan kepang fish tail yang sedikit rumit. Tentunya aku terlihat menakjubkan, aku tidak akan kalah dari Cia. Ini adalah salah satu caraku membalas, forgiven but not forgotten. Hahahahha,, aku memang kekanak-kanakan.

Aku masuk ke dalam rumah Cia yang semakin penuh warna silver dan ungu. Bau mawar putih yang tersebar di ruangan menyambutku. Ini pesta yang keren!
Dari kejauhan aku melihat Malvin dan Cia sedang berbincang dengan pasangan paruh baya. Aku mendekati mereka mereka. Kulihat Cia menggunakan kebaya modern ,tetap dengan nuansa ungu dan silver. Tubuhnya yang bagus terbalut sempurna, dia terlihat luar biasa. Ditambah lagi binar-binar kebahagiaan dimatanya, senyumnya cemerlang. Dasar! Walaupun aku berusaha tampil cantik, tapi dia memang lebih cantik.

"Haii" Cia begitu bersemangat menyambutku, meninggalkan kedua tamunya begitu saja. Malvin yang menggunakan beskap tersenyum meminta maaf atas kelakuan tunangannya ini.

"Heii, cantik" pujiku. Dia tersenyum senang.

"Thanks, kalo nggak gitu gimana gue bisa dapet Malvin yang super duper cakep itu" Malvin yang sudah ada di belakangnya tersenyum bangga. "Tapi lo juga cakep lah say, abis gue lo yang paling cakep"

"Hahahaha,, BTW selamat ya buat kalian" Aku mencium pipi mereka lalu memeluk mereka bersamaan.

"Thanks, sorry ya buat kemarin. Gue nggak ikut sih sebenenrnya, jadi kalo lo mau marah, marahin Cia aja" Malvin menjawab ucapan selamatku.Cia langsung menghadiahi cubitan sayang pada lengan Malvin.

"Hahahahaha, gue tau kok. Besok gue ajakin lo makan deh ya, mau apa?" Cia langsung melotot cemburu

"Gue sate lo sampe ngembat laki gue" hahaahahha..
Panggilan MC memotong percakapan kami. Ini waktu mereka tukar cincin tunangan.

"Bye honey, gue kesana dulu ya?" Ucap Cia, sambil mengecup pipiku

"Sukses ya, gue pasti nyusul" kataku sambil balas mengecup Cia. "Sukses bro" kataku menepuk lengan Malvin. Mereka pergi ke panggung rendah sambil bergandengan tangan. Om Ervan dan Papa Malvin juga sudah di sana. Ayah dan Ibu juga di sana, bahkan Ceska sudah terlihat tampan dan siap. Suatu saat nanti pasti aku akan mendapatkannya. Saat acara berlangsung aku memandang sekitar, mencari orang itu, tapi nihil dia tidak ada. Mungkin memang tidak datang.
Acara berlangsung sukses, tanpa kesalahan dan sangat romantis. Aku berjalan ke teras samping, duduk di bangku kayu yang menghadap taman. Melepaskan heels ku. Aku bukan Cia yang mampu bertahan berhari-hari memakai sepatu menyiksa ini. Aku meluruskan kakiku, pegal!

Tiba-tiba kudengar suara orang terkesiap, aku menoleh dan langsung terduduk tegak.

"Sorry aku ganggu ya?" Tanyanya sopan. Kenapa saat seperti ini malah sok sopan sih? Kemarin-kemarin saat aku menolak, dia malah ada di mana-mana. Aku yang tadinya bahagia langsung kesal "Aku balik ya?"

Aku bangkit dan berjalan ke arahnya tanpa alas kaki. Membalik tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Tubuhnya menegang, tidak siap dan membuatnya mundur beberapa langkah. Membawaku.

"Jangan begini! Aku minta maaf" ucapku di dadanya

"Aku yang minta maaf, aku kok yang salah. Nggak seharusnya aku masuk ke hidup kamu lagi"

"Shut up! Jangan jadiin aku orang nyebelin lagi oke? Aku udah cukup jadi beban pikiran kamu selama ini. Sekarang please, balik sama aku. Aku mau mulai lagi sama kamu"

"Hah? Kamu serius? Memangnya kamu masih cinta sama aku?" pertanyaan bodoh darimana itu?

"Aku cinta sama kamu" Ucapku akirnya, kesannya sih aku yang nembak duluan, tapi tidak apa-apa. Daripada menyiksa diri sendiri, aku lebih suka bahagia dengan usahaku.
Dia mengerang lalu memelukku dengan erat. "Kamu tau udah berapa taun aku nunggu kamu bilang itu lagi? 4 tahun dan sekarang kamu ada di pelukanku, kamu tahu rasanya? Rasanya tuh.."

"Oh, just shut up" Dia sangat cerewet dan memang perlu dibungkam. Aku mengurai pelukan kami, menangkup wajahnya, berjinjit dan mulai melekatkan bibirku dan bibirnya. Aku tidak membiarkan dia menjauh dan dia memang tidak menjauh. Dia membalas ciumanku dan mengeratkan pelukannya. Dia menciumku seperti seorang butuh udara, tidak bisa lepas. Tangannya bergerak naik, menangkup wajahku agar tetap di tempat. Kemudian dia membiarkanku bernapas dengan melepaskan ciumannya dan beralih ke leherku lalu mencium telingaku dan berbisik

"I grab you one more time, babe"

Aku setuju
♥♥♥
Acara tunangan Cia dan Malvin masih berlanjut. Saat aku kembali dari teras dengan wajah merah, mereka sedang bernyanyi bersama. Mereka romantis sekaligus konyol, mereka ingin duet, Malvin ingin lagu Anang-Ashanti Jodohku sementara Cia ingin lagu You belong with me-nya Taylor Swift. Memang pilihan Cia agak tidak nyambung karena dia tidak harus merebut Malvin dari siapapun, tapi Cia hanya ingin kalimat you belong with me saja. Sementara Cia sedikit alergi dengan lagu jodohku. Mereka itu pasangan paling unik. Hahahahahaha... Aku tersenyum pada mereka dan mereka melambai padaku, ehm kami.

Tangan itu tanpa kusadari memelukku dari belakang. Cuek dengan keadaan dia mendekatkan bibirnya di telingaku, menciumnya lalu berbisik. "Kapan kamu mau nyusul mereka, cantik?"

Wajahku langsung memerah, "Nanti" Dia langsung membalik tubuhku dan dahinya berkerut tidak setuju.
"Nanti? Kapan?"

Aku membelai wajahnya "Kita masih kuliah sayang, abis itu ya?" Tanyaku meminta persetujuan. Dia mencium hidungku.

"Apapun buat kamu, tapi kamu harus lulus cepat ya! Aku udah nggak sabar ganti nama belakangmu jadi Wijaya. Meilandra Agni Wijaya? Is it sound good?"

"Banget"

No comments: