SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Sunday, January 15, 2012

BFFF(BEST FRIEND : FANTASTIC AND FABULOUS) 2

Bayang-bayang Masa Lalu

Aduuuh, aku capek sekali hari ini, orientasi hari ini sumpah membuat badanku sakit semua. Ditambah lagi dengan tingkah teman-teman baruku yang dengan kreatifnya membuat kepalaku pusing dan pertemuan kami yang dilalui dengan bertabrakan. Aku tak lupa juga ketempat itu, ke tempat sahabatku, Desti dan Avi. Jadi untuk malam ini aku menonton film horor untuk refreshing dan istirahat. Lumayanlah, biar bisa teriak-teriak, tapi tidak mengganggu tetangga.

“Aaaaaaaaaa” Tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan Bi Sumi dari belakang yang ternyata membawa coklat panas untukku.

“Ih bibi?? Bikin kaget aja! Lagi serius nih!” Kataku sambil mengelus dada
.

“Maaf dek Vava, ini coklat panasnya.” Kata Bi Sumi medok, walaupun dia sudah menemaniku dari aku bayi, bi Sumi masih saja kedengeran medoknya. Di rumah aku memang biasa diapanggil Dek Vava sama Bi Sumi, katanya itu panggilan kesayangan buatku dari kecil. Bi Sumi itu orang yang paling tahu apa yang aku mau dehhhh. Sekarang tanpa aku bilang pun dia sudah membawakan cokelat panas favoritku, low fat tentu saja karena aku tidak mau gendut.
Aku langsung menyeruput coklat panasku, Nikmaaaat! Apalagi di luar sedang hujan lebat, badanku langsung hangat.

“Top deh Bi Sumi, Enaaak banget!!” Kataku memuji, Bi Sumi langsung permisi setelah mendengar pujianku. Aku pun langsung meneruskan keasyikan menonton film horor.

Kriiiiiinggg,,,,, Kriiiingggg
Aku berteriak lagi, ahh karena deringnya persis sekali dengan film horor yang sedang kutonton aku sempat merinding. Layar ponselku menampilkan nama Aliya sebagai biang bikin kaget. Aku mengelus-elus dadaku untuk menenangkan diri.

Kriiiiiinggg,,,,, Kriiiingggg
Aduhhh, apa nggak bisa sabar?
“Halo!”Sapaku ketus sambil memperhatikan layar TV

“Ya elaahh, judes banget sih neng?” sapa Aliya tanpa rasa bersalah, dia kan tidak tahu kalau telepon darinya tadi sempat membuatku hampir jantungan.

“huuuuhhh!” aku menghela napas “Ada apa neng?” tembakku langsung

“Lo udah beli daftar apa aja yang besok harus dibawa?”

“Udah dong” jawabku percaya diri, karena saat perjalanan pulang tadi aku langsung ke supermarket untuk membeli barang yang sebenarnya sangat mudah ditemukan di pasaran, tapi karena kakak kelas kami terlalu kreatif dalam pemberian nama, aku jadi cukup kesulitan. Bayangkan saja permen SARA ternyata permen blaster?? Darimananya? Oke iklannya bilang “yang belang memang lebih enak” dan menurut kakak tingkatku itu disebut permen SARA. Ckckckckck!

“Oh yaudah, bye! Gue Cuma mau ngingetin lo doang. Tuuut tuuut” Hah? Begitu doang?? Dasar Aliya geblek!!!!!!!! Hah sudahlah, niatnya baik banget sebenernya, tapi tetap aja bikin gue jantungan. Huhhhh. Oke kembali menonton!

Sepertinya ketenanganku menonton hanya bertahan selama limabelas menit
Kriiiiiinggg,,,,, Kriiiingggg

“Aaaaaa” Aku kembali berteriak kaget saat ponselku berdering. Lagi? Dari caller ID-nya kali ini dapat kulihat nama kakak tersayangku.

“Kenapa sih sore ini? Hobi banget buat gue kaget” gerutuku, aku menekan tombol ‘ok’ pada ponselku. Aku berpikir akan

“Halo kak” sapaku agak malas

“Halo adek, ih nggak sopan udah di telepon mahal-mahal malah dijutekin” Kata kak Keenan merajuk, aku hanya bisa tertawa.

“Lagian telepon dari kakak bikin gue kaget tau!”

“Pasti lo lagi nonton film horor ya?? Kebiasaan jelek ya lo! Awas aja kalo nanti lo minta temenin tidur sama Bi Sumi. Gue nggak bakal ijinin” Kakakku mengancam. Aku memang mempunyai kebiasaan yang sedikit agak aneh, aku suka sekali nonton film horor. Sampai-sampai aku mengoleksi berbagai CD film horor, tapi sayangnya aku tuh penakut akut. Setelah menonton film horor aku akan takut tidur sendiri, takut ke kamar mandi juga karena di film-film horor kan hantu suka muncul di tempat-tempat tersebut. Jadinya aku sering meminta orang rumah menemaniku tidur, tergantung siapa yang sedang ada di rumah, karena Ayah dan Bunda seringnya nggak ada di rumah jadi dulu aku sering meminta kak Keenan buat nemenin, tapi sejak kak Keenan nggak tinggal dirumah aku minta temenin Bi Sumi. Abis film horor walaupun nyeremin begitu bikin nagih sih, bikin penasaran.

“Ihh, kakak tega ihh, Eh Kakak apa kabar di sana??” tanyaku padanya, soalnya kalau meneruskan pembicaraan tadi aku jadi was-was. Kakakku itu kalau ngancem biasanya bakal jadi kenyataan, jadi mending ngomongin yang lain aja deh.

“Ah, mulai pinter ngalihin pembicaraan lo? Baik sih, lo sendiri gimana? Orientasinya lancar?”

“Lancaaarr dong! Aku punya teman baru dong kak, cewek tiga, sama cowoknya tiga juga” Kataku mulai bercerita, aku juga menceritakan kejadian kami bertemu sampai kejadian ‘pengeroyokan’ tadi siang.

“Bagus deh, teman-teman lo kelihatannya baik, jangan kayak kemarin lho! Gue nggak mau sampe lo....” aku langsung memotong ucapannya

“Stop kak! Jangan diomongin lagi! Udaaaaaaahhh!” Aku langsung histeris karena kak Keenan mulai membicarakan masa laluku yang sangat ingin aku lupakan.

“Adek, adek! Maafin kakak dek, adek tenang ya” Suara kak Keenan terdengar menyesal, tapi aku belum bisa menguasai diriku sendiri. Aku masih kalut dan terus berteriak, Aku takuuuut!!! Akhirnya kak Keenan menutup teleponnya, sebagai gantinya Bi Sumi datang menghampiriku dan langsung memelukku.

“Dek Vava dek Vava tenang saja, Bi Sumi disini. Jangan diingat-ingat nduk! Semuanya sudah berlalu, Mereka sudah tenang, itu bukan salah kamu juga” Kata Bi Sumi sambil mengelus-elus punggungku, Bi Sumi lalu menyanyikan lagu tidurku. Aku langsung merasa mengantuk dan terlelap.


■□■□■□■□■□■□■□☺☺☺■□■□■□■□■□■□■□


Srek,,, Sreek,,
Terdengar suara-suara yang akhirnya membangunkanku pagi ini. Aku menemukan diriku masih tidur dengan nyaman di tempat tidur ukuran Queen dengan bedcover biru favoritku. Kenapa aku bisa tidur disini? Hal yang terakhir kuingat adalah aku menangis dipelukan Bi Sumi, setelah itu aku tidak ingat lagi.

“Pagi Mbak” Sapa Mbak Asih, mbak Asih adalah mbak yang selalu membangunkanku setiap pagi

“Pagi mbak, hoaaaamm, siapa yang ngangkat aku mbak?” Tanyaku sambil keluar dari selimut dan menyambar handuk yang dibawa mbak Asih.

“Ya, Bi sumi sama Mbak Asih lah, Mbak Diana tambah kurus saja” Kata Mbak Asih lalu keluar. Aku memang lebih kurus akhir-akhir ini, tapi tidak sekurus bulan-bulan lalu setealah kejadian itu. Aku langsung berlari ke kamar mandi, ingin melupakan hal yang tadi melintas di pikiranku dengan air dingin. Dari luar kudengar Mbak Asih berteriak padaku.

“Mbak tadi malam mas Keenan telepon, katanya minta maaf” Aku mengabaikannya karena aku masih marah sama Kak Keenan. Pasti besok-besok dia juga bakal telepon lagi.

Selesai mandi aku bersiap-siap dengan atributku seperti kemarin. Aku sudah tidak sabar menyelesaikan hari-hari penuh penderitaan ini, ingin segera belajar fotografi dengan serius. Saat aku sedang menyapukan bedak tipis ke wajahku ponselku tiba-tiba berdering. Tanpa melihat siapa yang menelepon aku menjawab.

“Halo?”

“Eh lo masih di rumah kan?” tanya suara itu, ternyata Aliya. Kemarin kami satu kelompok memang sudah bertukar nomor ponsel.

“Iya, kenapa?” tanyaku bingung, terdengar helaan napas lega di sana.

“Untung deh, lo bisa jemput gue kan nanti? Tadi abang gue berangkat duluan, gue ditinggal deh, mana bokap gue...” aku langsung memotong pembicaraan karena aku sudah tahu apa yang diinginkannya. Lagian rumah Aliya ternyata hanya berbeda blok dengan rumahku.

“Oke gue Jemput 10 menit lagi, kepanjangan lo ngomongnya, gue mau sarapan dulu” kataku menutup sambungan sambil tersenyum-senyum. Aliya pasti kesal sekali, aku bisa membayangkan wajahnya yang dongkol.

10 menit kemudian aku sudah sampai di depan rumah Aliya, dia yang sudah menunggu langsung masuk ke mobilku. Seperti biasa aku selalu diantar Pak Gagah karena aku masih takut menyetir sejak kejadian itu.

“Thanks ya! Lo penyelamat gue hari ini” Katanya sambil memelukku

“Iyeeeuuhhhh, lo mandi nggak sih? Keringetan tuh” kataku melepaskan diri, dan langsung mengambil tissue.

“Hehehehe, gue nggak sempet mandi. Tadi aja pas gue telepon lo gue baru bangun! Tapi tenang aja, gue udah cuci muka sama sikat gigi kok, dijamin wangi” Katanya cengengesan. Aku langsung bertindak, aku mengambil parfum dari tasku dan menyemprotkan dengan semangat ke badannya. Aliya langsung berteriak-teriak, tapi aku tidak peduli habis dia keringetan dan bau sih.

“Hum, udah wangi deh. Besok-besok mandi ya” kataku dengan tersenyum pada Aliya yang masih cemberut karena menurutnya bau parfumku tidak enak.

“Ughh! Nyesel gue udah nebeng lo. Tau gitu gue nebeng Febi aja. Baunya cewek banget nih! Arrggghhh” Dia menatapku dengan pandangan menusuk, aku hanya bisa tertawa.

■□■□■□■□■□■□■□☺☺☺■□■□■□■□■□■□■□

Sampai di sekolah Aliya langsung ngacir ke kamar mandi, dia merasa mual dengan bau parfumku. Ternyata dia alergi bau parfum yang terlalu menyengat. Aku merasa sedikit bersalah, hanya sedikit!

“Duluan Mbak” kata pak Gagah berpamitan

“Daa Pak Gagah” Kataku sambil tersenyum

Aku langsung berlari menuju auditorium, acara hari ini akan full diadakan di auditorium. Menurut pengumuman kemarin hari ini acaranya adalah pengenalan guru dan pengurus sekolah ini. Karena kemarin kami sudah diperkenalkan dengan bangunan-bangunan di sekolah ini dan sudah kenyang dikerjai oleh kakak tingkat.
Aku sial apa ya? Saat aku berlari menuju Auditorium aku kembali ditabrak oleh seseorang, kali ini hanya satu. Aku langsung menutup mata menanti rasa sakit karena terbentur lantai koridor, tapi yang aku rasakan adalah sesuatu yang empuk. Aku memberanikan diri membuka mata karena mendengar suara rintihan, dan aku menemukan wajah yang familiar karena baru kemarin dia menghukumku, Kak Davi! Aduh mati aku, bisa dicincang nih. Aku langsung bangkit dan menundukkan badanku berkali kali sekalian minta maaf.

“Maafin kak, maaf” Aku terus saja meminta maaf karena merasa bersalah, apalagi tadi kak Davi membawa setumpuk kertas-kertas yang sekarang bertebaran di lantai koridor. Kak Davi kelihatan akan memarahiku, tapi ada yang lebih dulu membentakku.

“Heh! Cewek bego, ngapain lo hah?” kata seseorang dari belakangku. Aku tersentak kaget saat melihat wajahnya. Kak Rasti??

“Kak Rasti?” Aku bertanya, suaraku bergetar. Aku langsung lemas. Nggak mungkin, kenapa aku tidak tahu Kak Rasti sekolah di Louvre? Ah, aku lupa, setiap pulang sekolah kak Rasti kan selalu memakai seragam itu. Setiap kali aku melihatnya di tempat sahabatku, di tempat Desti.

“Iya. Gue, kenapa? Kaget lo? Mau kabur? Dimana-mana lo sama aja ya, tukang bikin celaka orang lain” Tanyanya padaku.

“Maaf kak” kataku sekali lagi, aku semakin menundukkan kepalaku

“Buat apa lo minta maaf sama gue? Seharusnya lo minta maaf sama sodara gue yang udah lo bikin celaka” Katanya tajam, aku sangat berharap Kak Risa tidak membahas hal itu. Tapi ternyata dia belum bisa merelakan peristiwa itu berlalu begitu saja, aku kembali melihat bayang-bayang masa laluku berputar dikepalaku.

“Lo tuh yang seharusnya mati! Bukan adek gue, kenapa diantara kalian bertiga cuma lo yang selamat?” aku kemudian tidak bisa mendengar apa –apa lagi. Aku hanya melihat tiap detik kejadian yang berlangsung, teriakan, cacian, dan tangisan yang dulu sempat kuterima. Aku merasa pusing sekali, pandanganku buram, dan yang terakhir kudengar adalah teriakan sahabat-sahabat baruku, lalu semua menghilang.

■□■□■□■□■□■□■□☺☺☺■□■□■□■□■□■□■□

Saat aku kehilangan kesadaran aku seperti bermimpi tentang kejadian itu, kejadian setahun yang lalu, yang membuatku sangat takut menyetir mobil atau duduk di kursi depan mobil. Kejadian yang sangat ingin kulupakan, kejadian yang sama sekali tidak kuharapkan.

“Diana? Lo harus ikut kita ya” tanya seorang cewek tinggi, berambut ikal. Namanya Desti, sahabatku yang sedang mengemudikan Jazz nya .

“Nggak ah, kalian juga jangan pergi, jangan suka bolos, kita kan udah kelas 3 SMP” kataku berusaha mencegah

“Alah, baru juga semester awal kita kelas tiganya, cuek aja” Kata sahabatku yang lain , Avi yang duduk disampingnya menambahkan.

Aku sedang bersama ketiga sahabatku dalam perjalanan menuju sekolah kami, tapi sepertinya kedua sahabatku memiliki rencana lain. Boleh dibilang mereka adalah cerminan siswi-siswi nakal yang ada di sekolahku. Mereka suka bolos, cabut jam pelajaran terakhir, suka melanggar peraturan sekolah, bahkan mereka suka clubbing. Namun dibalik itu semua mereka adalah sahabat yang baik, saling membantu kalau ada teman kami yang sedang ada masalah, menemani saat kesepian, dan selau saling mendukung dalam hal kebaikan. Kakak dan orangtuaku tidak tahu bahwa sebenarnya Avi dan Desti adalah salah satu anak yang suka membuat kekacauan di sekolah karena selain keluargaku jarang ada di rumah, mereka juga selalu bersikap baik dihadapan keluargaku. Mereka sebenarnya memang baik, tapi karena pergaulan mereka yang salah akhirnya mereka terbawa. Meskipun begitu mereka tidak mau membawaku terlalu jauh ke pergaulan mereka. Katanya aku masih terlalu polos dan cukup di rumah saja belajar yang rajin, hanya kadang-kadang mengajakku membolos. Baiasanya sih sering kutolak. Tapi entah kenapa hari ini aku ingin menuruti mereka.

“Iya deh, sekali aja ya tapi. Abis ini kalian harus tambah rajin ke sekolahnya” kataku akhirnya

“Siipp Bos”

“Mau kemana nih kita?” Tanya Avi

“Gue laper, makan yuk” Sahut Desti. Aku hanya diam di kursi belakang karena sebenarnya aku masih belum rela membolos.

“Boleh, gue juga belum sarapan” Jawab Avi lagi. Tiba-tiba Desti menghentikan mobilnya dengan mendadak. Dia kemudian langsung berbalik arah dengan cepat. Aku dan Avi yang kebingungan langsung bertanya ada apa, tapi Desti hanya terus mempercepat laju mobilnya.

“Sialan! Ada polisi, gue nggak ada surat sama SIM soalnya lagi disita nyokap” Kata Desti terburu-buru. Di belakang kami terdengar sirine yang menggema di sepanjang jalan untuk mengejar kami.

“Desti! Kita berhenti aja Des!” kataku berteriak ketakutan, ini adalah kali pertama aku dikejar-kejar polisi.
“Santai aja, Desti tuh udah pengalaman” kata Avi menenangkanku. Tapi tiba-tiba dari arah depan sebuah mobil muncul dari belokan, Desti yang sedang memacu mobilnya dengan kecepatan gila-gilaan tidak bisa mengendalikan laju mobilnya.

“Desti awaaasss!”Avi berteriak

Arrrrrghhhhhhhhhh

Akhirnya tabrakan pun tidak dapat dihindarkan. Mobil Desti menghantam body mobil di depan dan akhirnya terguling. Kemudian kejadian yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya terjadi, Aku kehilangan sahabat-sahabatku. Desti sudah tidak bernyawa sesaat setelah kecelakaan, sementara Avi dan Aku kritis saat dilarikan ke Rumah sakit. Setelah mendapat pertolongan ternyata nyawa Avi juga tidak bisa diselamatkan. Hanya aku yang selamat dan menurut mereka itu salah!
Semua keluarga Avi dan Desti menyalahkanku karena aku satu-satunya yang selamat. Aku diteriaki pembunuh dan pembawa sial. Bahkan Kak Rasti, kakak Desti, menyumpahiku tidak akan pernah hidup dengan tenang. Saat itu aku yang baru kelass tiga SMP tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya menangis dipelukan mama dan Kakak yang langsung datang dari luar negeri. Aku merasa sangat sedih, seharusnya aku dapat mencegah mereka, seharusnya kami tetap menuju sekolah, seharusnya aku....
Kalau saja, kalau saja aku tidak menuruti mereka, kalau saja aku tetap menuruti kata hatiku, kalau saja...
Kata-kata seperti itu yang terus menghantui pikiranku selama berbulan-bulan hingga aku lulus SMP, sampai sekarang....

“Maafin aku! Maaf” Sepertinya Aku mengigau saat pingsan dan aku mendengar suara orang yang memanggil-manggilku.

“Diana?? Diana? Bangun sayang” Aku mengenali suaranya, sepertinya suara Bea. Akhirnya aku membuka mata dan benar saja, aku melihat Bea. Aku langsung memeluk Bea dan menangis disana. Bea hanya terdiam sambil mengelus punggungku. Aku kembali merasakannya, kehangatan pelukan seorang sahabat yang selama ini kurindukan.

■□■□■□■□■□■□■□☺☺☺■□■□■□■□■□■□■□

Aku masih saja menangis sesenggukan karena bermimpi tentang kejadian itu, tapi aku tidak akan menceritakannya, aku belum siap dengan reaksi mereka apakah mereka akan menyalahkanku juga? Aku akan menceritakannya nanti saat mereka sudah bisa menerimaku sepenuhnya, sebagai sahabat.

“Lo mau cerita?” tanya Bea, selain orang yang paling nyelekit mulutnya diantara kami, Bea juga merupakan orang yang paling dewasa. Aku hanya menggeleng.


Quote:

Diana Roseva: Hal yang paling sulit dalam persahabatan adalah memulai kemudian mempertahankannya

Beatrice Wicaksono: Sahabat adalah orang yang bisa menerimamu saat yang lainnya menjauhimu

Britania Febi: Yang paling asyik dari persahabatan adalah acara bergosip bersama 

Aliya Prameswari: Sahabat itu paling asyik pas dia mau traktir

No comments: