SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Sunday, January 8, 2012

BFFF(BEST FRIEND : FANTASTIC AND FABULOUS)

Aries Mawarni Putri pada 8 Januari 2012 pukul 16:39
Sebuah Awal yang Baru

12 Desember 2010
Hai semua selamat pagi, kenalin aku Dianaprili Roseva. Seorang cewek pastinya, 15 tahun, cute enough, dan fashionable pastinya. Ini adalah kisah tentang kehidupanku di Louvre, kira-kira sampai tiga tahun kedepan yang menurut perasaanku akan mengasyikan dan mendebarkan.
Seperti yang kalian lihat (bisa lihat nggak yaa??) aku sedang bersama Pak Gagah yang mengemudikan mobil menuju sekolahku. Ini adalah hari pertamaku di Louvre International High School of Art. Aku akan mengambil photoghrapy and painting class disini, karena setelah aku lulus dari High School ini aku akan pergi keluar negeri bersama Ayah dan Bunda sekaligus memperdalam ilmu yang sudah kupelajari di High School ini nanti. Aku sangat menyukai fotografi dari pertamakali aku melihat foto cetak yang diberikan Ayah saat aku berumur 5 tahun, seperti kenangan yang dibekukan.

Ayah sama Bunda mendukungku sepenuhnya, mereka nggak maksa aku buat menjalankan usaha mereka karena selain mereka menyayangiku ditambah lagi masih ada kakakku yang sangat menyukai dunia usaha, namanya Keenan Briandika. Baik banget banget banget, kakak terbaik di dunia deh, tapi sayangnya sekarang dia sedang kuliah di Australia. Aku juga punya sahabat,dua, nama mereka Desti dan Avi. Aku sangat merindukan mereka, padahal tiap pilang sekolah aku selalu berkunjung ke tempat mereka, tapi masih saja aku kangen.
Cukup dengan mereka, kembali ke perjalananku ke sekolah. Kalau biasanya siswa lain diantar orangtuanya saat hari pertama masuk sekolah, aku malah ditemani Pak Gagah, supir keluargaku. Ayah sama Bunda tidak bisa mengantar karena mereka masih di luar negeri, urusan pekerjaan katanya. Aku sering mengomentari mereka, pulang kerumah kok kaya mudik? Setahun sekali. Tapi mereka walaupun sibuk begitu sangat perhatian dan sayang sama aku. Aku percaya itu!
Tak terasa kami telah sampai di Louvre, memang nama ini diambil dari nama museum di Prancis yang berbentuk segitiga transparan itu. Menurut sejarah sekolah ini sudah didirikan sejak sebelum kemerdekaan, sekitar tahun 1300 an dan sudah 20 tahun menjadi sekolah internasional. Bangunan sekolahku masih seperti zaman dulu, masih merupakan bangunan batu bata yang sebagian unfinish dengan beberapa renovasi dan penyesuaian agar tidak ketinggalan zaman, tapi hal ini malah membuatnya semakin menarik. Sangat klasik
Tetapi jangan underestimate dulu dengan sekolahku ini, saat aku membaca daftar fasilitas di website Louvre, aku langsung memutuskan akan bersekolah disini. Walaupun bangunannya jadul sekali, tapi fasilitasnya lengkap. Gedung teater yang terpisah dari gedung pembelajaran, cukup untuk 3000 orang, selain itu juga masih ada panggung teater outdoor. Ruang tari yang penuh cermin dan kedap suara, ruang musik yang lengkap dengan alat musik tradisional maupun internasional, dan tentu saja ruang fotografi yang nyaman sekali, ruang perpustakaannya pun lengkap dari saat sekolah ini dibangun sampai sekarang. Selain itu subject seni disini cukup lengkap dan pengajarnya jelas berpengalaman dan sangat kompeten, bahkan sering mengundang artis lokal maupun mancanegara untuk memberikan tutorial. Ahhh! Nggak sabar ketemu artisssssssss!
''Sudah sampai mbak'' Pak Gagah membukakan pintu untukku dan memandangku dengan tersenyum-senyum. Pak Gagah adalah salah satu orang kepercayaan Mama dan Papa, ada juga Bi Sumi dan mbak-mbak lain yang –kata mama- keluarga lainku. Mama memang mengajarkanku untuk bersahabat dengan semua orang yang bekerja di rumah, karena jasa mereka besar banget. Dan cara Mama berterima kasih adalah memperlakukan mereka seperti keluarga.
''Ahh, Pak Gagah ah,, jangan diliatin begitu! Ughhh!!'' pak Gagah malah tertawa. Aku sebeeeeell!!! Memang sih penampilanku patut ditertawakan, seperti penyihir nggak jadi. Karena ini sekolah seni kami memang harus mendahulukan estetika. Seharusnya kalau ke sekolah hari rabu itu aku memakai rok lipit warna marun polos sedikit diatas lutut, dasi dengan warna senada, kemeja putih yang ujungnya dikeluarkan, dan terakhir sweater warna hitam. Tapi sekarang masih masa orientasi, jadi aku malah memakai baju SMP ku dengan jubah panjang warna orange lengkap dengan tudungnya yang sudah ditempeli dengan kertas warna-warni, membawa tongkat sihir , dan mahkota dari kertas berwarna orange dengan lambang bidang seni, untung tas kami masih normal. Memang tema masa orientasi yang diadakan tahun ini adalah WONDERFULLY MAGIC jadi harus sesuai tema dan kostumnya. Tapi aneh banget gak sih? Untung aku nggak disuruh bawa sapu lidi buat terbang.
Aku bersenandung kecil sambil berjalan cepat saat menuju halaman sekolahku yang luas, tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku, ah bukan! Dua orang. Bukan dua orang, tapi tiga orang?? Aku ditabrak tiga orang sekaligus dan kami terjatuh bersamaan. Aduuhhhhhhhh, kami mengaduh bersama. Sumpah sakit banget! Badan mereka keras dan halaman sekolah juga keras dan tadi salah satu dari mereka berlari pula. Sepertinya mereka juga siswa baru karena dandanan mereka sama sepertiku.
Kami saling bertatapan kemudian, Hahahahahahaha. Sial banget nggak sih hari pertama masuk sekolah malah tabrakan sama cewek-cewek?? Kami bangkit dan saling membantu.
Aku yang pertama kali memperkenalkan diri,” Gue Diana, Dianaprili Roseva”
“Gue Bea, Beatrice Wicaksono” Kata seorang cewek dengan kacamata minus, kulitnya bagus, kuning langsat.
“Panggil Gue Febi, Britania Febi” Kali ini yang berbicara adalah cewek berkulit kecoklatan, tinggi, agak kurus sih, tapi cakep kok.
“Gue Aliya Prameswari, Aliya” Kami berdua langsung melongo (aku dan Febi), Bea hanya mengangkat alis. Kami sudah tidak tahan untuk tidak tertawa. Hahahahahaha
“Huh! Diem nggak lo pada! Baru pertama kenal udah rese aja” Aliya bersungut-sungut, tapi sumpah namanya tuh nggak cocok banget sama penampilan dan kelakuannya. Dia memang bertubuh proporsional, tapi dengan garis muka tegas dan sedikit garang, kulit coklat kehitaman, dan rambut pendek?? Mirip cowok! Tapi dia kelihatan manis kok.
Hahahahaha, kami masih saja tertawa dan membuat Aliya semakin sebal.
Ahhh! Teman baru, sepertinya menyenangkan ☺
■□■□■□■□■□■□■☺☺☺☺□■□■□■□■□■□■□■
“Ini bukan masa orientasi tapi latihan di camp marinir kaliiii” Aliya mengeluh lalu berbaring telentang diatas rumput halaman sekolah, kami sedang istirahat siang setelah melakukan kegiatan yang memang mirip banget sama camp marinir, merangkak, berlari, lompat, terbangggggg.
#Abaikan!
Hari ini kami full dengan kegiatan dihalaman sekolah, jadi istirahat pun kami hanya berteduh dibawah pohon. Untung ada jubah sakti pelindung panas ini, jadi lumayan lah bisa dibuat penghalang panas matahari.
“Aliya, bangun! Diliatin kakak-kakak senior tuh” Febi menarik Aliya bangun, Aliya pasrah karena kakak-kakak senior kami memang sedang melotot dengan maksimal. Seperti orientasi biasanya, di sini kakak-kakak senior memasang tampang sangar dan gahar.
Takdir atau apa ya??? Tapi kami (Aku, Bea, Febi, dan Aliya) ternyata satu kelompok saat orientasi. Padahal kami tidak semuanya dalam bidang seni yang sama, Aliya dan Febi di Movie and Theatre class, Aliya ingin menjadi sutradara sementara Febi ingin menjadi artis teater dan penari (Di sini seni tari menjadi bagian teater). Bea sendiri di Music Class, dia pemain cello dan piano yang lumayan keren katanya. Sebenarnya dalam satu kelompok terdiri dari 7 anggota, 4 cewek 3 cowok. Cowok-cowok di kelompok kami sih menurutku oke-oke semua, ada Ardi yang cute banget, Dia si cool, dan Dika yang ganteng banget, mereka semua juga seru-seru dan baik, tapi sayang sekali tidak ada diantara mereka yang sekelas denganku. Mereka sekarang sedang pergi untuk mengambil jatah makan siang kami yang ada di meja panitia, yang cewek cukup bergosip dan mengeluh saja. Hahahaha
Febi mengedarkan pandangannya, tiba-tiba dia memandangku dan berkata “Diana? Lo kok rempong banget sih? Pake bawa bekal sama alas duduk segala?” yang lainnya akhirnya memperhatikanku.
Aliya kemudian duduk di sampingku “Ini apa nih?? Kipas?? Buat apa neng?? Bakar sate?” mereka lalu tertawa.
“Ihhhh... Biarin! Gue kan nggak suka kotor sama panas, lagian bawa bekal itu sehat. Hanya Tuhan yang tahu kalau makanan yang kalian makan itu bersih apa nggak” Aku memang sangat cinta kebersihan, kemana-mana pasti aku membawa hand sanitizer, tissue basah maupun kering, handuk, dan sabun. Aku tidak tahan dengan sesuatu yang tidak cantik, cute, atau tidak berada di tempat yang seharusnya.
“Ahh, lo emang rempong freak” sahut Aliya
“Iya deh, jangan-jangan lo juga bawa payung lagi??” Kukira Bea adalah cewek paling waras di kelompok kami karena terlihat serius dengan kacamatanya, tapi dia lebih parah. Bea, dia itu orang yang paling sinis, hum bukan. Dia orang yang paling tegas? Bukan begitu maksudnya. Nah, dia itu cewek yang kalau ngomong paling nyelekit di dunia. Ugghhh! Kalau dia bukan temanku, sudah habis dia. Aku gemes banget pengen nyubitin tuh mulut.
Dengan sedihnya aku harus mengakui kalau itu MEMANG benar, aku MEMANG membawa payung. Kan jaga-jaga kalau nanti hujan atau panas terik, bisa hitam aku. Ughhhh!
“NYEBELIN!!!!! KALIAN SIRIK AJA!!” teriakku, kemudian hening.
Mamaaaaa..
*nutup muka*
■□■□■□■□■□■□■☺☺☺☺□■□■□■□■□■□■□■
“Lari keliling lapangan tujuh kali! Kalian satu kelompok kan bertujuh” kata kak Davi, keras dan tegas. Dia salah satu senior dari photoghrapy and painting class dan ketua Louvre Discipline team, tim penegak kedisiplinan di sekolahku . Ganteng, bersih lagi!! Tapi kata-katanya tadi langsung meruntuhkan kekagumanku, sumpah rasanya udah lemes duluan. Febi, Bea, dan Aliya langsung memelototiku, aku ingin sekali menciutkan diri lalu menghilang.
“Tapi kak..” aku mencoba berbicara tapi langsung dipotong.
“Kenapa? Mau protes? Kalian baca nggak peraturannya? Dilarang membuat keributan diluar acara! Sudah melanggar mau protes?” Kak Davi kembali membentak. Malu banget banget, apalagi teman-teman yang lain malah jadi penonton disini.
“Tunggu apa lagi?? Cepetan lari!”
Putaran pertama, Lumayan
Putaran kedua, Mulai ngos-ngosan
Putaran Ketiga, Mamaaaaa capek banget Mamaaaa
Ketiga temanku langsung mendelik saat kutatap, aku hanya bisa meringis melihat mereka.
“Maaf deh ya teman-teman” Aku memulai. Aku cukup merasa bersalah pada mereka, tapi mereka juga salah sih. J
“Kalau lo nggak teriak kita nggak bakal begini” Febi langsung menyahut
“Kan aku tadi udah bilang maaf” Aku memperlambat lariku, kak Davi masih terus mengawasi kami dari pinggir lapangan bersama teman-temannya.
“Heh? Oke kita maafin” Jawaban Aliya membuatku lega, tapi kata-kata berikutnya membuatku resah.
“Tapi lo mesti dihukum!” kemudian mereka bertiga berpandangan. Aku yang merasa tidak enak langsung mempercepat lariku. Mereka mengejarku!!
Mamaaaaaaaaaaa
“Gue mau jitakin lo!” Bea berkata sambil mempercepat larinya
“Gue mau jambakin rambutnya” Kali ini Aliya ikut maju
“Gue mau jewer tuh kuping” Febi juga jadi mempercepat larinya
Huaaaaaaaa.....
Aku terus mempercepat lariku, tapi apa daya sial tidak bisa ditolak!
Saat putaran terakhir mereka berhasil menangkapku dan mereka dengan teganya benar-benar menghadiahiku jitakan, jambakan, dan jeweran lalu mereka tertawa puas.
Sumpah!! Sakit banget!
Mamaaaaa,Papaaaaaa anakmu di sini terzalimi
Aku langsung melayangkan tatapan sebalku pada mereka, tapi malah mengeraskan suara tertawa mereka.
Teman macam apa mereka itu?? Baru hari pertama bertemu dan menjadi teman mereka sudah main tangan, bagaimana kalau nanti sudah berteman lama? Bisa habis Aku, dasar cewek-cewek kasaar!!!! Aaaaaaaaaa.....
Penonton di lapangan cuma bisa geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat kelakuan teman-temanku yang baru satu hari ini. Bahkan kak Davi yang dari tadi membentak-bentak juga ikut tertawa.
■□■□■□■□■□■□■☺☺☺☺□■□■□■□■□■□■□■
Tanpa kusadari ada sepasang mata yang menatap kejadian tadi dengan benci, bukan karena tingkah teman-temanku tapi karena melihatku. Dia mengepalkan tangan di sisi tubuhnya, dia siswi di Louvre.
“Kenapa lo?” tanya temannya
“Nggak apa-apa!” jawabnya tegas, lalu balik bertanya pada temannya “Dia murid baru di sini?”
“Iyalah, liat aja tuh bajunya, dari mahkotanya dia anak photoghrapy and painting class, kenapa sih?” tanya temannya semakin penasaran
“Nggak apa-apa” jawabnya lagi, lalu pergi
“Eh Ras?” panggil temannya
■□■□■□■□■□■□■☺☺☺☺□■□■□■□■□■□■□■
Quote:
Dianaprili Roseva: Sahabat sejati itu bukan berapa banyak waktu dia bersamamu, tapi berapa banyak sisimu yang bisa dia pahami dan dia terima
Beatrice Wicaksono: Di dunia ini kita hidup sendiri tapi dengan adanya sahabat semuanya menjadi lebih berarti
Britania Febi: Persahabatan itu berbagi
Aliya Prameswari: Persahabatan itu: Kita!

No comments: