SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Friday, June 1, 2012

Our Treasure Part 2


xthespot.blogspot.com

Selamat Pagii semuaaa,,,

Our Treasure datang lagiiii :)

Selamat membaca :)

"Tikaa,, Sayang" Suara Tante Murni menyambut mereka di bandara. Tika langsung menjatuhkan travel bag-nya dan menghambur memeluk Tante Murni, tidak menyadari kalau travel bag miliknya jatuh ke atas kaki Dio.


"Tanteee,,, Tika kangen sama Tante" Mereka lalu berputar-putar seperti anak kecil dan tidak memperdulikan ringisan kesakitan Dio. Dio hanya bisa memutar bola matanya, setidaknya ini masih lebih baik. Satu bulan yang lalu saat mereka berdua baru pulang dari Australia untuk mengambil sebuah Mandau langka dari Kalimantan Timur yang dulu dicuri dan kemudian ditemukan berada di salah satu rumah duta besar Australia, Tika dan Ibunya berpelukan erat sambil menangis. Bagi Tika Tante Murni atau Ibu Dio seperti Ibunya sendiri, mereka sudah saling mengenal sejak Tika lahir, Tante Murni lah yang menjadi walinya setelah kedua orangtua Tika meninggal akibat kecelakaan pesawat dua tahun lalu. Dio hanya bisa menunggu sambil menelusuri sudut-sudut bandara dengan matanya, tiba-tiba dia merasakan ada yang mengawasinya. Dio sudah sering mengalaminya, jadi dia dengan mudah bisa membedakan antara orang yang biasa saja dengan orang yang sudah ahli.

"Bunda, ayo kita pulang" Tanpa memperdulikan tatapan Tika dan Ibunya, Dio menyeret mereka segera menuju mobil. Matanya tetap mengawasi sekitar tanpa mencurigakan, dia harus segera pergi karena perasaannya berkata ini serius.

"Kamu kenapa sih Di?" Tegur Ibunya karena untuk kesekian kalinya Dio melirik ke belakang, bahkan setelah mereka berada di dalam mobil.

"Nggak apa apa Bun, Bunda apa kabar" Katanya langsung mengecup pipi Ibunya, dia sedang mengalihkan pembicaraan. Dan berhasil.

"Baik ganteng" Balas Ibunya sambil mencium pipinya, “Kamu nggak apa-apa? Kata Tika kamu sempat akan tertangkap gara-gara kamu nolongin Tika” Dio langsung mendelik ke arah Tika yang pura-pura memandangi kukunya. Dasar!! Cewek! Nggak bisa diem ya?

“Nggak apa-apa Bun, Ada kejadian apa Bun pas aku di Rusia?” Tanya Dio mengalihkan pembicaraan

Wajah Ibunya langsung berubah “Nanti aja kita bicarain di rumah."

***
Sesampainya di rumah Tika heran dengan keramaian rumah itu, biasanya rumah mereka selalu sepi. Rumah mereka ramai, tapi tidak pernah ada yang parkir di depan rumah mereka yang besar ini karena biasanya tamu mereka akan lewat gang di belakang rumah agar tidak mencurigakan. Mungkin hari ini pengecualian.

Tika turun dari mobil langsung melirik Dio, Dio juga melakukan hal yang sama, hanya Tante Murni yang bersikap wajar. Mereka lalu masuk ke rumah dan berjalan terus sampai melewati lorong yang ditempeli foto mereka sekeluarga ditambah Tika, anggota mereka dua tahun yang lalu. Dengan menggeser foto mereka saat di Bali, tiba-tiba sebuah ruangan muncul di hadapan mereka. Mereka langsung masuk dan lorong tersebut kembali normal.

“Ada ap---“ Tika yang akan bertanya langsung menghentikan kata-katanya. Di depan mereka ada beberapa orang berjas hitam sedang menanti mereka sambil duduk di sofa yang memang disediakan untuk pertemuan, tapi bukan dengan mereka, batin Tika.

“Selamat siang Pak Rahmat, saya kira kita akan bertemu nanti malam” Sapa Tante Murni ceria, tapi Tika Tahu bahwa sahabat mamanya ini sedang kesal.

“Selamat siang, saya berubah pikiran. Saya ingin melihat segera, bagaimana rupa treasure hunter itu? Ternyata mereka anak-anak remaja, saya jadi kagum” Ucap Pak Rahmat, para pengikutnya hanya mengangguk-angguk.

"Sebenarnya bukan mereka saja, mereka adalah salah satunya. Mereka baru saja kembali dari Rusia dengan membawa Parung Dewa Wisnu asli menggantikan replika yang dititipkan di Museum Prabu geusan Ulun Sukabumi, peninggalan kerajaan Tarumanegara" Tante Murni meminta travel bag yang berisi patung Dewa Wisnu pada Dio. Dia menarik resleting untuk membukanya. Decak kagum menggema di dalam ruangan, patung itu memang sangat indah dan langka. Bisa dibayangkan kristal yang dibuat Cina pada zaman kerajaan Hindu kuno, tentu sangat berkualitas dan tanpa cela. Patung itu berkilau di setiap jengkalnya, membutakan orang-orang yang memandang. Harta karun milik Indonesia, yang dulunya hanya tersimpan dalam bentuk replika. Bangsa Belanda melakukan penyitaan barang bersejarah yang asli kemudian menyuruh buruh Indonesia membuat replikanya dan disimpan di sini pada saat penjajahan, bukti lain bahwa penjajahan sangat merugikan.

“Luar biasa, ini berkali-kali lipat bagusnya daripada yang replika, saya sudah pernah melihatnya. Tidak semenyilaukan ini” Pak Rahmat akan bergerak menyentuhnya, tapi Tante Murni langsung menepis tangannya halus.

“Maaf pak, ini benda bersejarah, sebersih apapun tangan anda, anda tidak boleh menyentuhnya kecuali memakai sarung tangan” Tante Murni memang selalu memakai sarung tangan setiap hari, karena dia sering sekali memegang benda bersejarah. Benda-benda harta karun Indonesia baginya adalah bagian hidup, sesuatu yang harus dijaga agar dia tetap ada.

“Maafkan saya” Pak Rahmat kelihatan malu, tapi dia menghargai keputusan Tante Murni. Sebenarnya siapa sih Pak Rahmat dan pengikutnya ini? Dio tau nggak ya?  Tika mengalihkan pandangannya ke Dio yang sedang mengetik SMS di HP-nya. Tika menyikut lengan Dio untuk bertanya, tapi Dio sendiri menggeleng. “Ehm! Saya kira saya harus memperkenalkan diri dulu Bu Murni, kepada dua anak kebanggaan kita ini” Ucap Pak Rahmat akhirnya

“Oh, maafkan saya Pak, Ini anak kedua saya, Didio Lintang Darmawan” Dio menganggukkan kepalanya singkat, kemudian tatapan Tante Murni beralih ke Tika “Ini anak almarhumah sahabat saya, Dewi, yang tinggal bersama kami sekarang. Kartika Dian Pragiwaksono. Mereka ada di tim dua” Tika dan Dio kemudian bersalaman satu persatu dangen mereka. “Tika, Dio, Pak Rahmat ini adalah ketua DPN (Dewan Pertahanan Negara) yang baru, mereka kesini karena mengetahui apa yang kita kerjakan di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Mereka merasa—“

“Kami merasa kalian terlalu sembrono karena  tidak melibatkan lembaga negara yang berwenang seperti kami. Kalian bisa saja membahayakan negara kita. Kalian... Bla.. bla.. bla..” Tika hanya bisa melongo kemudian menggelengkan kepalanya, sedangkan Dio hanya memutar bola matanya.

“Ehm!!” Sebuah suara mengagetkan mereka semua, Om Darmawan, Ayah Dio. “Bapak-bapak sekalian, maaf lama menunggu, selamat datang di rumah kami” Ucap Om Darmawan ramah. “Tika, Dio” Om Darmawan mendekati mereka dan langsung memeluk mereka “Kalian tidur gih, ini urusan orang dewasa”  Dan yang bisa dilakukan Tika dan Dio hanya menurut, karena perintah Om Darmawan lebih baik dipatuhi atau konsekuensinya lebih berat.

***
Dio berjalan lambat-lambat, mereka semua aneh. Dio melirik Tika yang dengan santainya malah mengeluh tentang rambutnya yang masih sudah lepek karena perjalanan jauh. Kenapa anak ini masih tenang-tenang aja sih? Seharusnya dia khawatir!! Dio jadi kesal sendiri.

“Dasar cewek!! Kenapa sih lo nggak bisa mikir yang lebih jauh dikit dari masalah perawatan fisik?”

“Lo kenapa sih Di? Marah mulu! Gue kan cewek, cewek yang dilihat dari fisiknya. Lo kan cowok gue. Masak lo nggak seneng gue cakep sih?” Tika langsung protes

Dio langsung bergerak-gerak gelisah, dia salah tingkah “Udah ah! Gue mau mandi” Dio berjalan menjauh menuju kamarnya, tapi baru dua langkah Tika mencegahnya.

“Lo nggak mau dengerin percakapan mereka?” Tika mengedip centil kemudian menunjukkan handsfree wireless ditangannya. Ternyata Tika telah meletakkan alat perekam di ruang pertemuan, yang langsung bisa didengarkan lewat handsfree wireless. Dio langsung tersenyum senang dan mereka berjalan menuju dapur.

Mereka duduk di kusi meja makan sambil berbagi handsfree, kemudian berkonsentrasi pada percakapan yang bisa mereka dengar.

“Kami memiliki tugas baru yang sangat penting, ada pusaka peninggalan keraton Yogyakarta. Sebuah keris turun-temurun yang dipercayai diberikan oleh Ratu pantai selatan. Dianggap sebagai benda keramat. Pusaka itu dicuri tadi malam dan belum diketahui siapa pencurinya. TKP bersih” Dio mengenali itu suara Ayahnya.

“Kami sudah tahu, lalu masalahnya apa? Kami tetap ikut”

Dio kemudian mendengar helaan napas terdengar dari seorang perempuan, Ibunya “Bapak-bapak yang terhormat, dengan tidak mengurangi rasa hormat kami, tolong jangan mempersulit keadaan yang sudah sulit. Kami sudah tahu kira-kira siapa pencurinya dan bagaimana proses selanjutnya. Kami baik-baik saja selama ini tanpa bantuan kalian. Kenapa sekarang main ikut campur saja?”

“Kalian terima saja kami atau kalian kami bubarkan. Kalian tentu tahu siapa yang mengincar kalian. Salah satu ketua perompak terkuat di Somalia, mereka tahu pergerakan kalian. Kalian sudah tidak bisa menyombongkan diri”Dio dan Tika tersentak kaget, jadi mereka buron? Kenapa? Apa hubungannya ketua perompak dengan barang kuno? Jadi mereka tadi yang kurasakan di bandara? Sulit dipercaya

“Tap---“

“Bapak-bapak sekalian, kami ini bekerja sama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, kami legal. Ada suratnya, kalian sebenarnya tidak boleh mengintervensi keadaan kami. Kami juga dilindungi”

“Kami bersikeras ikut, kami adalah penanggungjawab pertahanan negara. Kami tidak ingin kecolongan apapun! Kalian tahu? Saat kalian keluar dari bandara sudah ada orang yang mengikuti kalian, agen kami yang juga mengikuti dari belakang mengetahuinya. Dia sudah ditangkap. Dan kalian tentu tidak heran kalau penguntit kalian itu berkebangsaan Somalia” Pak Rahmat berucap tegas, tidak ingin dibantah.

Hening yang cukup lama, akhirnya keluar kata-kata dari Ayahnya. “Baiklah, mulai sekarang persiapkan anak buah bapak. Ini bukan pekerjaan mudah. Kita ini tim, harus bekerjasama”

“Terimaksih Pak, kalau begitu kami pergi dulu. Kami akan meninggalkan beberapa anggota kami untuk berjaga-jaga. Karena seperti yang saya katakan, kalian diincar oleh orang yang berpengalaman”

Dio dan Tika langsung berpandangan, mereka lemas karena mendengar berita yang tidak terduga ini. Dan mereka juga harus bekerja bersama orang-orang tadi, mereka tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi.

“Dio, Tika!!” Dio tersentak kaget mendengar panggilan Ibunya dari handsfree, “Kalian sudah mendengar kan? Ayo kesini!” Dengan menghela napas mereka berjalan gontai menuju markas.

TREASURE HUNTER

4 comments:

Unknown said...

satu lagi cerbung yg bikin aku penasaran dan ketagihan bwt baca lanjutannya ^^

Unknown said...

Aminnn.. semoga lanjutannya juga suka,, Lagi ngetik yang KITA dulu baru ini dilanjuttt :)

Unknown said...

siiipp, banyak project ya kak :D

Unknown said...

Iya nihh,, pertamanya sih nggak yakin mau buat 2 cerbung sekaligus, tapi udah terlanjur jadi harus lanjuuut :)