SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Tuesday, May 29, 2012

Our Treasure Part 1


Sret!

"Got you!" Tika, tersenyum puas melihat tongkat besi yang di ujungnya terdapat penjepit berhasil membawa sebuah patung yang dipahat di kristal ke tangannya. Dimasukkannya patung tadi ke kotak yang terikat di pinggangnya. Dengan posisi kepala di bawah dan kaki menjepit besi penyangga atap dia kemudian mengunci kotak itu, dengan bernapas lega Tika melipat tongkat besi serbaguna tadi, kemudian memberi kode berupa laser warna hijau ke ujung atap seberangnya. Tugasnya sudah selesai, sekarang saatnya keluar. Dia tidak menghawatirkan rekannya, dia yakin Dio akan berhasil.

Seperti biasanya

Tika yang mencengkeramkan kakinya ke rangka besi atap museum agar memudahkannya meraih dan memindahkan patung kristal tadi, mencoba melepaskan kakinya, tapi tiba-tiba sebuah serangan datang.

Shit!! Pegel banget nih kaki, awww,, kram. Kenapa sekarang sih datengnya?

Dengan menggunakan tangan, dia mengangkat kaki kirinya. Tapi malah rasanya semakin parah.

Aduhhh, sumpah lo ngeselin banget!
Tika memarahi kakinya dalam hati. Dia akhirnya membiarkan sampai kakinya rileks sendiri. Semenit, dua menit...

Syuuut

Bunyi angin yang terbelah menyadarkannya. Tiba-tiba wajah Dio sudah berada di depan wajahnya, sangat dekat! Dio sudah selesai. Karena kaget Tika malah melepaskan cengkeraman kakinya dan menabrak tubuh Dio. Dio mengumpat lirih dan langsung memeluk tubuh Tika, mencoba menghentikan ayunan tali mereka.

“Sekarang apa lagi?” Tanyanya kesal, Tika memang sering sekali melakukan atau mengalami kesialan atau masalah saat melakukan tugas.

“Aduhhh,, kaki gue kram nih, sakit banget” Tika mau ikutan marah, tapi pasti nanti dia akan lebih dimarahi. Jadi lebih baik diam, singa kalau mengamuk itu menyeramkan sekali.

“Ck!! Gue bilang apa, pemanasan lo kurang lama, tadi gue liat lo malah asyik liat pemandangan di bawah.” Melihat wajah Tika yang langsung kesal, Dio melembutkan suaranya “Gimana kaki lo? Masih sakit? Bisa naik ke atas sendiri atau dibantu?” Mereka sekarang sedang bergantung di atap The State Historical Museum, yang terletak di pusat perbelanjaan Gum atau Glavnyi Universalnyi Magazin di Moskow , Rusia. Tugas mereka adalah mengambil patung kristal Dewa Wisnu yang ‘tersesat’ di Rusia dan menggantinya dengan replika yang ada di Indonesia. Perlu diketahui bahwa sebenarnya sebagian benda bersejarah di museum Indonesia hanya merupakan replika, hal ini karena pada saat penjajahan Belanda, banyak terjadi penjarahan dan penyitaan benda seni bersejarah maupun purbakala. Nah yang sedang mereka usahakan untuk dikembalikan adalah patung Dewa Wisnu yang menurut sejarah merupakan hadiah dari China untuk kerajaan Tarumanegara, karena kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Patung itu diberikan sebagai hadiah kunjungan pemerintah Belanda ke Rusia,

Ihh,, enak aja ngasih barang punya orang, Tika masih kesal dengan alasan pemberian benda itu ke pemerintah Rusia.

“Gue nggak bisa gerak, kaki gue sakit banget” Takut-takut Tika hanya memandang Dio sebentar kemudian menunduk, tubuhnya juga panas dingin karena sejak tadi Dio tidak melepaskan pelukannya, jarak wajah mereka hanya beberapa senti, merek seperti berbagi udara. Bisa mati gueeee, jantung gue rasanya udah mau pecah, semoga Dio nggak sadar.

Dio mendesah pasrah, memang pekerjaan sampingannya adalah untuk menyelamatkan si putri
manis, tapi tukang bikin masalah ini. “Lo jangan bikin tambah berat ya, jangan gerak atau protes!” Tika hanya mengangguk, rasa sakit di kakinya semakin menjadi- jadi. Dio kemudian meletakkan satu tangannya  di bokong Tika agar lebih meudah memanjat dengan satu tangan, Tika akan refleks menjerit, tapi tatapan Dio memperingatkannya. Mereka tidak sedang bertamasya di sini, tapi mencuri. Dio melirik sebentar ke arah jam tangannya, sebentar lagi patroli penjaga museum akan melewati tempat ini, mereka harus cepat. Dio sekuat tenaga langsung memanjat talinya sendiri, cukup sulit karena dia harus menggendong Tika yang tidak ringan. Dengan cekatan mereka sudah hampir sampai kaca yang mereka bolongi dan bisa dipasang lagi, agar tidak mencurigakan. Tika sudah di luar gedung, yang berarti di atas atap, Dia sudah tenang, tapi saat Dio akan keluar, tiba-tiba terdengar langkah kaki. Dio berusaha mengangkat tubuhnya, tapi sayang dia kehabisan tenaga karena mengangkat Tika tadi. Tika jadi ikutan panik mencoba menarik Dio, tapi tidak bisa juga sementara langkah-langkah kaki semakin terdengar mendekat. Dengan langkah cepat Dio melepaskan tangan Tika dan menjatuhkan diri. Tika kaget dan refleks akan menjerit, tapi ditahannya. Langkah kaki tersebut mulai kelihatan berwujud, di bawahnya Tika bisa melihat ada dua orang penjaga berkebangsaan Rusia bertemu di samping replika yang diletakkan Dio sebagai pengganti yang mereka curi. Tika menahan napas dan perlahan bergerak ke pinggir untuk bersembunyi di atap yang tidak terbuat dari kaca. Dari tempatnya bersembunyi, Tika bisa melihat Dio sedang bergantungan di teralis besi seperti yang tadi di lakukannya, bedanya sekarang Dio menyembunyikan tubuhnya di kegelapan, menjauhi sisi kaca. Entah apa yang penjaga itu bicarakan, tapi mereka kelihatannya tidak curiga, semuanya aman. Kemudian kedua penjaga itu berlalu begitu saja, Dio segera memanfaatkan kesempatan itu untuk memanjat naik. Saat sampai di atas dia langsung diserang Tika dengan pelukan,

“Yaampunn,, Maafin gue ya, Maafin gue” Tika malah menangis sambil memeluk Dio erat.

“Sttt.. Sttt, udah udah,, Gue nggak apa-apa kan?” Dio membalas pelukan Tika sambil mengucapkan kata-kata yang menenangkan. Sebenarnya dia tadi juga takut, tapi tidak ditunjukkannya. Kalau dia terlihat takut, Tika pasti akan lebih panik.

“Gue bakal lakuin apa aja buat lo biar lo maafin gue, berapapun panjangnya permintaan lo gue rela. Suer!!” mau tidak mau Dio tersenyum, Dia malah membayangkan Tika akan menolak dan menjerit menyesal telah mengatakan itu, tapi tidak, dia tidak tega.

“Yang pertama boleh lo bantu sambungin lagi tuh kaca?” Tika mengangguk mengerti, Dio langsung menggunakan kesempatan itu untuk beristirahat sebentar. Tika mengambil benda seperti potongan plastik, tapi sebenarnya itu silikon yang kemudian dilingkarkan ke potongan kaca berbentuk bulat yang tadi dipotong untuk membantu mereka keluar masuk dan meloloskan karmentel yang menopang tubuh mereka tadi. Dia lalu memasangkannya di atap kaca. Silikon tersebut langsung menyesuaikan tempat agar tidak terlihat dan pas. Silikon tersebut memang khusus, akan menyesuaikan ruang kosong yang diperlukan. Kalau kalian bertanya itu buatan mana? Sudah tentu buatan Indonesia, sudah banyak penemuan seperti ini, tapi tidak bisa diproduksi secara masal karena pemerintah tidak mampu membiayai.  Ironis!

Setelah selesai memasang, Tika menoleh untuk melihat Dio, dia sudah lebih segar.

Dio merasa diperhatikan langsung menoleh, “Ayo pulang!”

***

“Peluk yang bener!” Dio kesal sendiri, daritadi kenapa Tika malah menjauhinya, padahal mereka harus berakting sebagai pasangan muda yang habis berbulanmadu di Rusia.

“Aduuhh, gue malu!” Die memutar bola matanya, ini di Rusia, tidak ada yang mengenal mereka dan bukan seperti Indonesia yang menjunjung adat ketimuran, mereka bisa saja berciuman di bandara, itu biasa. Dio langsung menarik kuat Tika agar mendekat dan memeluknya, mau tidak mau Tika menurutinya, tapi wajahnya merah sekali.

Semoga mereka berhasil! Patung Dewa Wisnu mereka bawa dengan travel bag kecil, saat pemeriksaan mereka lolos, keduanya refleks membuang napas lega. Dio kemudian mengambil tasnya lagi, mereka berbalik untuk segera masuk pesawat.

сэр”  (Tuan) Tubuh mereka langsung tegang, Dio menghela napas dan berbalik.

да” (Ya) Tika semakin menegang menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut petugas bandara ini.

Nice souvenir. Have a nice tri. Thanks for coming” Ucap petugas bandara tersebut dengan riang. Dio langsung tersenyum cerah sedngkan Tika membuang napas diam-diam.
Yess, Thank you” Jawab Dio. Dio lalu berkata dalam hati, Mereka lalu berpamitan. Kalo gue nggak lagi dalam urusan mendesak, gue getokin tuh satu-satu. Bikin kaget aja!


Misi kali ini selesai, tapi ini belum selesai. Dari kejauhan mereka tidak sadar sedang diawasi, pria itu mengawasi sambil menelepon seseorang dengan bahasa Perancis.

oui.. oui.. oui” (Ya.. Ya.. Ya) Pria tersebut menutup telepon sambil terus memandangi Dio dan Tika yang berpelukan.

What did you do here Treasure Hunter?” Ucapnya pelan lalu pergi



No comments: