SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Thursday, May 24, 2012

Protect Me!!! : EXTRA



Kresek,, Kresek,,

Lio menghela napas untuk ke seribu kalinya,,, sekarang sudah pukul 12:43 malam dan Lio belum juga bisa tidur. Dia berguling dari satu sisi tempat tidur ke sisi lain, atau malah berputar 360 derajat.

Sret...
Kali ini Lio menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Kresek,, Kresek,, Kresek,,,

"Arghhhh" Lio tidak tahan lagi,, dia ingin segera pergi. Dia langsung menyingkap selimutnya dan berjalan keluar dengan cepat, tapi tetap berhati-hati. Dia menyelinap melalui pintu samping, orangtua dan om tantenya sedang berada di ruang keluarga, jadi kalau dia lewat sana, berarti dia akan bertemu mereka dan ditanya macam-macam. Bukannya bisa mendapat apa yang diinginkannya dia malah akan dikunci di kamar. Sudah beberapa hari ini dia mencoba beberapa cara untuk bertemu dengan Dinda, tapi semuanya gagal. Dia lalu mencoba cara lain, menelepon, BBM, dan SMS, tapi semuanya sia-sia. Dibalas dan diangkat, tapi bukan Dinda, biasanya Dimas, kadang-kadang malah Ibu atau Ayah, memang semua bersekongkol. Jangan berprasangka buruk dulu, Lio memang tidak boleh bertemu Dinda, tapi dengan alasan yang jelas, mereka sedang dipingit. Ini adalah tahun ke 10 mereka resmi menjadi pacar, sekarang umur Dinda sudah 25 tahun sedangkan Lio sudah 29 tahun, memang sudah waktunya menikah. Dinda bekerja di stasiun televisi, sebagai pembawa berita sedangkan Lio bekerja di salah satu perusahan BUMN Indonesia. Dimas sendiri, bahkan sudah menikah dengan adik tingkat di fakultasnya setahun yang lalu. Yah,, waktu memang berlalu begitu cepat. Sekarang mereka sudah akan menikah. ;)

Lio berlari mengendap-ngendap, menyeberang jalan kompleks mereka dan langsung menuju halaman samping rumah Dinda, ke arah tangga yang menuju kamar Dinda, lampunya masih menyala. Yes!! berarti belum tidur, Lio berkata dalam hati. Padahal mereka baru terpisah tiga hari dihitung hari ini, tapi dia sudah tidak tahan karena tidak melihat Dinda saat mereka akan berangkat bekerja bersama atau makan siang bersama. Dia sudah kangen berat. Setelah berbagai macam hal yang mereka lalui bersama, Lio yang ternyata bisa sangat cemburuan karena melihat Dinda bekerja dengan laki-laki lain, atau Dinda yang sebal karena masih saja diatur dan diingatkan segalanya oleh Lio dan sebagainya, akhirnya mereka sampai ke titik ini, mereka akan menikah. Mereka sadar, semua yang mereka lalui bersama harus ada ujungnya, karena mereka sudah yakin, tidak perlu yang lain lagi, tidak perlu waktu lagi, 10 tahun itu cukup, bahkan lebih.

Lio sudah berhasil mencapai tangga tertinggi dan sangat senang mengetahui jendela kamar Dinda terbuka. Lio langsung masuk dan melihat Dinda tertidur di meja belajarnya. Antara bengong dan senang Lio berjalan menuju meja belajar Dinda dan menggendongnya menuju tempat tidur. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya karena kebiasaan Dinda tetap tidak berubah sejak mereka kecil. Setelah membaringkan Dinda dan menyelimutinya, Lio kembali ke arah meja belajar. Dia tersenyum sendiri, Dinda juga merindukannya, Dinda tadi sedang melihat album foto mereka saat mereka berdua berlibur ke Bali untuk merayakan tahun baru dua tahun lalu. Pesta kembang api, jalan-jalan di pantai tengah malam, atau hanya berputar-putar tidak tentu arah menikmati malam di Bali. Lio lalu menutup album foto dan menghampiri Dinda lagi, memberi kecupan selamat malam. Sebelum Lio melepas ciumannya pintu kamar Dinda dibuka, Lio bagai tersengat lebah langsung berdiri dan berbalik, ternyata Ibu. Lio langsung mendesah lega, kalau yang menemukannya Ibu, pasti tidak masalah.

"Lio! Kan kalian lagi dipingit, udah nggak tahan yaaa?" Ibu malah menggodanya

"Hehehe, abis anak Ibu yang satu ini ngangenin banget sih, lagian masak nggak boleh telepon juga sih bu?" Lio malah mengeluh pada calon Ibu mertuanya. Ibu mertuanya hanya tersenyum memaklumi, Lio itu dewasa, sangat dewasa, tapi akhir-akhir ini kalah karena Dinda, Lio tidak bisa lepas dari Dinda, itulah kelemahannya. 

"Ibu sama Ayah sih ngebolehin, tapi Dimas jahil, katanya biar kamu kesel terus senewen karena nggak ketemu sama Dinda terus nggak bisa menghubungi juga." Lio langsung sebal, ternyata memang calon kakak iparnya itu harus diberi pelajaran kapan-kapan. 

"Udah deh Bu,,"

"Bu,, Ibu" Terdengar panggilan Dimas, Dimas memang sengaja menginap di rumah Ibu selamaa persiapan pernikahan adiknya berlangung, dia akan memastikan semuanya berjalan dengan sukses dan lancar. Lio dengan cepat berpamitan pada Ibu dan langsung menuju jendela, baru saja Lio berhasil keluar dari jendela Dimas muncul. Lio langsung terdiamj, tidak berani bergerak, karena pasti langkahnya akan berbunyi di tangga besi kamar Dinda. "Ibu Lio tadi kesini?" Tany Dimas begitu sampai kamar Dinda.

"Nggak Kok, emang kenapa? kok tanya Lio sih?" 

"Lio nggak di rumah, mobilnya juga di rumah, aku takutnya dia ke sini, dia kan nekat" Lio yang bisa mendengar itu bersungut-sungut, 'Gue nekat juga gara-gara lo' batinnya.

Mendengar percakapan Dimas dengan Ibu, Dinda terbangun. "Ibu? Kak Dimas? ngobrolin apasih?" Dinda heran juga dengan posisinya sekarang, tadi dia kan ketiduran di meja belajar?

"Eh sorry, lo kebangun ya? Lio nggak ada di rumah, gue kirain di sini. Yaudah lo tidur lagi gih" Dimas mengecup kening adiknya dan berlalu. Lio juga sudah pergi dengan hati-hati tadi. Dinda yang tidak tahu apa-apa hanya menggeleng. Ibu mengunci jendela setelah sebelumnya memeriksa keadaan sekitar. 

"Bu, tadi yang mindahin aku dari meja belajar siapa sih? apa aku jalan sendiri ya?" 

"Nggak, tadi malaikat pelindungmu yang mindahin" Ibu mengecup kening Dinda singkat dan langsung pergi juga.

"Yahh, kok nggak dibangunin sih? Curang! Gue kan nggak bisa liat diaaa"

***

Empat hari kemudian.,..

Segala persiapan sudah beres, hari ini adalah hari yang dinantikan, pernikahan mereka.

Bita datang lebih awal dengan kebaya cantik bersama Vei yang sudah sembuh, mereka membawa pasangan masing-masing, dan pacar Vei mirip dengan Lio dong.

Lio sangat tampan dengan beskap putihnya, duduk tegang dihadapan calon Ayah mertuanya.
"Santai Lio, kamu bisa"

"Deg-degan nih yah, kangen juga sama Dinda" Dinda kemudian datang dengan diantar Bita dan Ibu, Lio tidak bisa berkata apa-apa untuk beberapa detik. Dinda cantik banget.

"Heh!! Muka lo jangan kayak mau makan adik gue gitu dong!!" Dimas menegur Lio, membuat beberapa undangan tersenyum.

"Adik lo cakep sih, gue makan nanti malem deh" Balas Lio sambil mengedipkan mata.

Upacara sakral sebuah pernikahan mereka berjalan sangat khidmat, Lio dengan tegas dan lancar mengucapkan janji pernikannya dihadapan wali.

Sah!!!

***
"Yang kangen kamu banget!!!!" Lio tidak mau melepaskan pelukannya dari tadi, padahal mereka belum berganti baju. Lio masih belum percaya, sekarang Dinda itu istrinya. Lio menepati janjinya, steelah malam dia mengunjungi kamar Dinda, dia serius menjalani pingitan, walau tersiksa. Ditambah lagi Dimas yang kadang-kadang pergi kie rumah Lio dan bercerita apa saja yang dilakukan Dinda di rumah, dasar setan!!

"Ihhh,, lepasss!! Aku masih marah sama kamu tau, main ke kamarku, aku nggak dibangunin. emangnya kamu aja yang kangen??" Ucap Dinda antara sewot dan senang, dia akhirnya bisa menikah dengan orang yang sangat dicintainya, separuh dirinya. Tapi dia juga sebal, masa dia sendirian yang dengan patuh mengikuti acara pingitan? 

"Iyaa maaf, abis kamu ketiduran, aku nggak tega banguninnya, nggak marah kan?" melihat Dinda yang masih diam Lio mengatakan hal-hal yang akan menenangkan Dinda "Yang, kita baru sehari nikah nih, masa mau ngambek sih? jangan dong! Sayang kamu, sayang kamu, semoga nanti kita bisa sama-sama terus kayak Ayah Bunda dan Ayah Ibu, aku yakin kamu orang yang mau aku liat terus sepanjang hidupku, aku punyanya kamu. Udah kan?" Lio mencium kening Dinda, Dinda lalu bangkit, melepaskan diri dari pelukan Lio.

"Udah, aku mau mandi"

"Ikuutt"

"Jangaaan!!! Malu ihhhhh" Dinda dengan cepat menutup pintu kamar mandi.

Sepertinya dia lupa sesuatu, menikah dengan Lio juga berarti dia akan menerima perlakuan jahil dari suaminya itu, sepanjang sisa hidupnya seperti sekarang, tiba-tiba lampu kamar mandi mati.


"Lioooo!!!"

;)

No comments: