SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Wednesday, February 8, 2012

Protect Me!!! 4


“Sakiiittt” Kurasakan seseorang menyusut airmataku dan mengelus rambutku “Ibuuu” Aku memanggilnya Ibu, sepertinya dia Ibuku. Setelah lelah menangis aku mengantuk.
            “Lo tidur aja” saat Aku mendengar suaranya lagi aku sadar itu bukan Ibu.
            Seperti orang sakit demam biasanya aku juga tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Aku menggigil kedinginan dan pusing sekali. Sesekali saat terbangun aku merasakan sapuan tangan dingin di leherku atau benda basah tapi hangat di keningku. Aku tahu itu bukan Bunda, mungkin Kak Lio, aku baru ingat kalau aku sedang menginap di rumah Kak Lio.
            “Kaaaak” panggilku saat aku terbangun untuk kesekian kali.
            “Apa?” Tanyanya. Memang Kak Lio, Pikirku.
            “Haus” Jawabku sambil memegang leher.
            “Sebentar” Katanya lalu kudengar bunyi ‘Klek’ tanda pintu dibuka. Beberapa menit kemudian Kak Lio kembali dan membantuku duduk. Dia menata bantal di belakangku untuk menopang tubuhku. Kak Lio meminumkan air putih ke mulutku, rasanya pahit. Mungkin karena aku sakit. Setelah minum aku tidur lagi, kali ini lebih nyenyak.
            Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur, tapi aku kembali dibangunkan dengan sapuan tangan di lenganku. Aku membuka mata.
            “Bunda” Suaraku serak karena baru bangun
            “Sayang, makan bubur dulu ya. Baru minum obat” Tanpa menunggu jawabanku Bunda membantuku bangun. Bunda mulai menyuapiku bubur, rasanya masih sama, pahit. Aku menyerah menelan bubur pahit itu, aku menggeleng pada Bunda.
“Satu kali lagi sayang” Bujuk Bunda, karena aku baru makan 3 sendok bubur.
“Pahit Bun” Ucapku lemah sambil menggeleng.
“Yaudah, kamu minum obat aja” Bunda kemudian membukakan tablet obat dan menyerahkannya padaku beserta air putihnya. Aku meminumnya dengan cepat, kemudian berbaring sementara Bunda memberesi bekas makanku.
“Kak Lio mana Bunda?” tanyaku
“Dia lagi tidur, Dia jagain kamu tadi malam, katanya tadi malem kamu ngigau terus dan nggak bisa tidur, dia takut demam kamu tambah parah. Untung Lio itu punya insomnia akut jadinya bisa jagain kamu semalaman, tapi sekarang dia tepar di kamar tamu” Jelas Bunda “Yaudah, kamu istirahat aja ya, Bunda udah izinin kamu ke wali kelas” Tambah Bunda lalu mengecup keningku.
“Iya” jawabku lalu, mungkin karena efek obat, aku mulai mengantuk dan bisa tidur dengan nyenyak.
Lima jam kemudian aku bangun dan badanku sudah tidak panas lagi. Rasanya jauh lebih segar, tapi masih lemas. Aku keluar dari kamar, untuk mencari Bunda, tapi kemudian aku sadar Bunda pasti sedang bekerja, aku hanya menemukan Mbok Minah sedang memasak makan siang. Aku melirik jam dinding yang tergantung di dapur, sekarang sudah pukul 10 lebih, waktunya istirahat sekolah. Aku menelepon Bita, pada dering ke tiga teleponku diangkat.
“Dindaaaaaaaaa” Teriakan antusias Bita langsung menyambutku. Aku langsung terduduk tegak di kursi.
“Bitaa, pelan-pelan” Jawabku lirih
“Ups sorry abis gue seneng lo telepon gue” Ucap Bita cengengesan. Aku hanya bisa menghela napas pasrah. “eh lo nggak apa-apa kan? Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalo lo sakit? Gue kaget banget tau pas Pak Burhan (Wali kelas kami) dateng ke kelas buat ngasih tau lo sakit. Lo sakit apa sih?” Seperti biasa Bita nyerocos tanpa henti, tapi aku senang dengan suaranya yang cempreng.
“Bitaa” aku menegurnya sekali lagi dan dia langsung berhenti
“Ups, hehehe. Lo cerita dong”
“Gue sakit demam, nggak apa-apa. Gue baik baik aja paling besok atau lusa gue masuk. Kalau ada tugas SMS gue ya”
“Oke deh, selamat istirahat. Cepet sembuh yaaa” Kata Bita menyemangati. Aku langsung menempelkan pipiku ke meja makan, rasanya dingin.
Aku bosan!!! Tidak sadar aku tertidur di meja makan, mungkin karena pengaruh badanku yang masih lemas.
Braaaakkkkk
Aku terlonjak dan langsung bangun, ada apa sih??? Aku menengok kiri kanan dan menemukan Kak Lio yang ngos-ngosan masuk ke ruang makan.
"Lo???" Kak Lio berjongkok mengatur napasnya
"Apa sih Kak?? Dateng-dateng bikin ribut" Ucapku kembali merebahkan kepalaku di meja. Kak Lio melangkah ke dapur dan kudengar suara gelembung air galon. Kak Lio kembali dan duduk kursi dengan membawa segelas air putih.
"Lo kemana aja hari ini?" Tanya Kak Lio tiba-tiba. Aku memandang Kak Lio, masih di posisi yang sama.
"Di rumah"
"Lo nggak pergi ke mana gitu?" Tanya Kak Lio santai, tapi aku dapat merasakan ketegangan dalam suaranya.
"Nggak!"
"Lo dapet tamu???"
"Nggak!"
"Lo keluar rumah hari ini?"
"Nggaaaaaakkk!"
"Maksud gue tuh lo buang sampah gitu ke depan"
"Nggaaaakk kaaakk!!?? Kakak kenapa siiiihhh???" Gila aja, lagi sakit ditanyain aneh-aneh. Ngapain juga aku ke depan buang sampah? Emang di dalam rumah nggak ada tempat sampah apaa????
"Nggak apa-apa" Haaah?? Jawabannya ngeselin banget. Aku sudah akan memarahinya lagi, tapi HP Kak Lio keburu berbunyi. Seperti saat dia di rumahku, wajahnya keruh. Tapi sekarang wajahnya lebih keruh.
"Mau apa lagi lo???" Suara Kak Lio tajam, aku baru dua kali melihat ekspresi seperti itu. Pertama saat aku SMP dan ada cowok yang menggangguku di sekolah, teman seangkatan Kak Lio. Kak Lio yang waktu itu sudah SMA mendatangi kelas sebelahnya dan mengahajar cowok itu. Aku yang mendengar ada keributan di Gedung SMA, berlari menyebrangi lapangan. Deretan kelas Kak Lio yang ada di lantai 1 sudah penuh manusia, aku menyusup dan melihat cowok yang menggangguku dikurung di dinding. Kak Lio menatap marah dan tajam ke arahnya. Dan kata-kata berikutnya membuatku tersanjung.
"Siapa lo?? Berani ganggu Dinda? Kalo lo nyentuh, bukan, kalo lo gue liat lo 10 meter aja jaraknya sama dia. Lo abis" Ancam Kak Lio lalu pergi menggandengku.
Sekarang aku melihat ekspresi itu lagi, ada apa???? Kak Lio biasanya tidak pernah merahasiakan apapun padaku. Dia saja memberitahuku saat dia diskors gara-gara membantu temannya tawuran. Padahal dia tidak memberitahu Bunda. Kenapa sekarang Kak Lio berahasia??
"Udah deh selesaiin aja, lo mau apa? Jangan bawa-bawa dia??" Rahang Kak Lio mengeras sambil menatapku intens. Tiba-tiba aku merasa aneh, aku sedih.
Aku berdiri dan mendorong kursi kasar lalu pergi ke kamar. Aku merasa tidak lagi menjadi bagian Kak Lio. Aku tersingkirkan oleh orang yang menelepon. Aku langsung menutup pintu kamar dengan keras dan merebahkan diri di kasur. Kak Lio menyusulku kemudian.
"Kenapa?" tanyanya sambil duduk di pinggir ranjang. Aku hanya diam menjauhkan diri dari Kak Lio.
"Ngomong dong, gue kan bukan pembaca pikiran??" Ucapnya lembut
"Kakak nggak cerita apa-apa kalo punya masalah?" aku berguling menghadapnya.
Kening Kak Lio berkerut "Masalah apa?"
"Tadi Kak Lio marah-marah, berarti ada masalah"
"Ooh, yang tadi. Nggak apa-apa kok, Gue baik-baik aja. Bener deh" Ugh, aku kesal. Aku kan bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongi.
"Kakak kenapa sih? Emang kakak pikir gue anak kecil yang bisa dibohongi??? Gue tahu kalo kakak ada masalah. Tadi kakak marah sama orang yang nelepon" Kak Lio masih diam.
"Kak Lio bego! Keluar sana" Aku langsung menutupi tubuhku dengan selimut sampai kepala. Mengabaikan Kak Lio.
♥♥♥
"Bitaaaaaaa" untuk kesekian kalinya aku memanggil Bita. Kami sedang ada jam kosong karena guru kami sedang rapat, nggak tau rapat apaan. Baru pukul 9 pagi, tapi aku udah galau.
"Jangan bilang nggak jadi lagi!" Hardik Bita
"Sekarang gue udah mau cerita kok" karena memang dari tadi aku memanggil Bita ingin membicarakan masalahku dengan Kak Lio yang kemarin, tapi selalu nggak jadi.
“Apa?” Tanya Bita sabar, Ah memang Bita sahabat yang baik. Dia bisa sabar menghadapiku yang manja dan banyak maunya ini. Dia juga bisa buat aku nyaman dan aku juga berharap Bita merasa nyaman sama aku.

“Kemarin gue marahan sama Kak Lio” Ucapku sedih
“Ehhh? Kenapa?” Bita langsung serius menghadapku. Aku pun menceritakan pertengkaranku kemarin dengan Kak Lio.
“Ohhh, Jangan gitu dong. Mungkin Kak Lio punya alasan. Dan menurut gue lo harus minta maaf” Nasihat Bita padaku, menurutku juga begitu. Aku merasa bersalah pada Kak Lio
“Iya deh, nanti abis ini gue minta maaf, Makasih ya Bita” Kataku langsung memluknya
“Iya sama-sama sayang, Besok-besok kalau mau cerita, langsung cerita aja”Ucapnya sambil tersenyum
SMS, telepon, atau minta maaf langsung ya? Siapa ya nanti yang akan menjemputku? Tiba-tiba HP ku bergetar. Ada BBM dari Kak Dimas, dia bilang akan menjemputku. Tumben?? Aku langsung meneleponnya.
“Halo?” Sapa Kak Dimas
“Kakak mau jemput gue?” Tanyaku langsung
“Iyalaahh, emang kakak nggak boleh jemput adiknya?”
“Tapi kakak kan udah seminggu nggak pernah jemput gue” Ucapku merajuk
“Iya-iya maaf deh, Kak Dimas akhir-akhir sibuk sama urusan sendiri, mulai besok sampai selamanya gue yang bakal jemput lo!!” Ucapnya tandas
“Kok? Emang Kak Lio dimana? Bukannya dia biasanya gantian jemputnya sama Kakak?” Aku heran sekali, tiba-tiba Kak Dimas berlaku aneh.
“Nggak usah ngomong itu deh, udah gue sibuk, pokoknya nanti gue jemput” Kak Dimas menutup teleponnya. Aneh, kenapa Kak Dimas jadi galak gitu kalo ngomongin Kak Lio? Mereka kan kompaknya ngalahin anak kembar. Sejak Kak Dimas pulang kemarin, semuanya jadi aneh. Kak Dimas langsung menjemputku di rumah Kak Lio, terus suka telepon-telepon rahasia kayak Kak Lio kemarin, sering ngecek gorden ruang tamu malem-malem. Pas aku tanya jawabnya selalu sama “Nggak apa-apa”.
 Ah yaudah deh nanti aku minta maaf sama Kak Lio pas di rumah aja.  

♥♥♥
“Kakaaak” Teriakku saat melihat Kak Dimas, aku langsung melambaikan tangan penuh semangat sambil menggandeng Bita.
“Hei, Ayo balik” Ajaknya begitu aku sampai di hadapannya
“Kenalin dulu, dia temen sebangku gue, namanya Bita. Bita ini kakak gue namanya Dimas” Mereka lalu berkenalan. Aku berpisah dengan Bita dan berjalan bergandengan tangan dengan Kak Dimas. Saat mencapai gerbang aku melihat mobil Kak Lio di seberang.
“Kakak, Itu mobil Kak Lio bukan?” Tanyaku menarik-narik tangan Kak Dimas yang ku gandeng.
“Bukan” Hah? Orang merk, warna, sama jenisnya sama kok.
“Bukan?” Aku melihat plat nomornya “Iya tuh, X 1213 XX. Itu punya Kak Lio, kenapa dia di sini?” Kak Dimas lebih cepat menarikku menuju mobilnya. Kenapa sih Kak Dimas aneh banget hari ini?
“Kakak kenapa sih? Marahan sama Kak Lio? Tumben” Aku masuk ke dalam mobil di jok depan. Kak Dimas dengan cepat duduk di kursi kemudi. Aku masih saja melihat ke arah mobil Kak Lio, Kak Lio kenapa ada di situ? Lalu aku melihat mobil yang kemarin ada di depan rumah Kak Lio, mobil merah itu?? Ohh, jadi Kak Lio kesini karena mau nge date sama ceweknya. Karena memang di depan sekolahku ada food court yang ramai sekali. Kenapa Kak Dimas marah sih?
“Lo nggak usah tau, pokoknya mulai hari ini sampai waktu yang nggak ditentukan lo nggak boleh deket-deket sama Lio” Tandas Kak Dimas. Sebenarnya ada apa sih ini?
“Kakak kenapa sih? Kita kan keluarga! Kalo kakak ada masalah ya diselesain, bukannya menghindar” Aku mencoba menengahi, kenapa harus menghindar kalau memang biusa diselesaikan?
“Gue bakal kasih tau lo, tapi nggak sekarang. Please lo turutin apa kata gue. Jauhin Lio buat sekarang, nggak susah kan? Please demi gue!” Mohon Kak Dimas, aku terperangah. Aku tidak pernah melihat Kak Dimas yang seperti ini, Kakak Yang sangat kusayangi belum pernah bertindak begini, walaupun aku masih bingung dan gelap dengan apa yang terjadi. Akhirnya aku mengangguk.
“Thanks” Ucap kak Dimas puas “Sekarang kita mau kemana princess??” Tanya kak Dimas sambil mengacak rambutku. Kak Dimas lagi PMS apa ya? Kelakuannya bisa berubah-ubah begitu.
“Makaaaaannnn, Gue laper Kak. Bunda belum pulang, jadi nggak ada yang masak” Ucapku manja
            “Okee, mari makaaannn” Ucap Kak Dimas menancap gas
“Aaaaaaaa, Jangan kenceng-kencenggggg” Aku menepuk bahu Kak Dimas Kuat-kuat.
♥♥♥
Kami hari ini makan siang di Pizza Hut, Kak Dimas memang baik. Kak Dimas nggak mengijinkan aku buat minum cola. Tapi nggak apa-apa, yang penting hari ini pizza. J
“Makasih Kak, lo udah ngasih makanan terrrrrbaik siang ini, Hahahahaha” Aku mengusap perutku yang mungkin akan meledak saking kenyangnya.
Kami akhirnya sampai di rumah, ah capeeekkkkk. Aku turun dari mobil dan berjalan ke dalam.
            “Dindaa” Kak Lio memanggilku dari luar pagar, aku langsung mendatanginya.
            “Eh kakak? Tadi aku liat mobil Kakak Lio lho di depan sekolahku. Sama mobil pacarnya Kak Lio” Ucapku ceria
            “Ehhh? Pacar sia...”
            “Dinda!!!” Sebelum Kak Lio menyelesaikan ucapannya terdengar suara Kak Dimas memanggilku, dan mendekat ke arah kami.
            “Kenapa ...”
            “Gue kan udah bilang sama lo, jangan deket-deket dia dulu sekarang!! Katanya tadi lo ngerti??” Katanya menghardikku, aku langsung ingin marah, tapi Kak Dimas langsung mengalihkan pandangannya pada Kak Lio “Gue kan udah peringatin sama lo, Jangan deketin dia kalo lo belum bisa nyelesain masalah lo sama tuh cewek!!! Selama Lo nggak bisa bikin adek gue aman, lebih baik lo pergi” Rahang Kak Dimas mengeras
            “Oke, Gue janji bakal nyelesain, tapi sebenarnya gue bisa jagain Dinda sekaligus nyelesain masalah ini” Jawab Kak Lio menantang. Aku hanya bisa bengong melihat kakak-kakakku yang selalu akur sekarang malah rusuh begini.
            “Lo lupa udah gue kasih kesempatan itu?? Tapi lo masih aja belum bisa nyelesain. Jadi gue sendiri yang bakal ngelindungi dia” Kak Dimas langsung menyeretku masuk ke dalam rumah, aku yang masih linglung menurut saja. Saat sudah ada di dalam rumah aku tersadar dan bertanya pada Kak Dimas untuk kesekian kalinya.
            “Kenapa sih kak?”
            “Pokoknya lo nggak usah tau, ini urusan cowok. Tapi jangan sekali-kali lo ketemu Lio, gue bakal marah”
Arrggghhhhh, apalagi iniiii????


2 comments: