SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Saturday, February 4, 2012

Protect Me!!! 3

“Bitaaaaaaaaaa” aku meneriakkan nama Bita yang kulihat sudah menyeberangi lapangan sekolah. Aku yang baru saja diantar Ayah langsung bergegas turun dan meneriakkan namanya. Bita terus menunduk malu dan melambaikan tangan.
“Hai” sapanya ketika aku sudah mendekat. Dia kemudian menarikku menuju kelas dengan cepat. “Aduhhh malu gue, jangan kenceng-kenceng!!”
“Hehehehe, maap. Gimana kemarinnnn????” tanyaku saat kami sudah sampai ke kelas.
“Gue dapet banyaaaaaaaaaaaaaaaaakkk dong” ucapnya cengengesan lalu mengeluarkan novel-novel yang dia beli, sari yang terjemahan sampai teenlit dan semuanya masih di segel. Sialan! Dia mau pamer.,. ughh! Bikin envy ajaa... L
“Taraaaaaaa”“Argghhh, gue mauuuuu!!” aku langsung duduk dan melihat-lihat novel mana yang menggoda iman. “Lo mau baca ini semua??” Kataku berharap kalau dia akan meminjamkan satu untukku.

“Ya nggak langsung semua, kenapa? Lo mau pinjam?” Ahhh, dasar Bita sahabat paling pengertian di dunia. Aku langsung mengangguk antusias.
“Boleh??”
“Boleh dongggg, apa sih yang nggak buat lo??” Katanya sambil menyentuh daguku. Aku dengan cepat melepaskannya, risih banget tau.
“Hahahaha, dasar cewek genit! Yang mana yang boleh gue baca?”
“Hahahaha,,, yang ini boleh lo baca” katanya menunjuk novel terjemahan yang tebal. Aku membaca sinopsisnya, sepertinya menarik.
“Boleh deh, makasih sayaanggg” Aku memeluknya spontan. Dasar tadi aku bilang risih sekarang aku malah memeluknya. Dasar Ababil! Aku mengejek diriku sendiri
Aku dan Bita berjalan menuju kantin, walaupun ini baru jam pertama istirahat tapi perutku sudah lapar. Perasaan tadi pagi aku sudah makan banyak, sandwich isi telur 2 tangkup dan susu, tapi ternyata tidak bertahan lama.
“Lo mau makan apa?” tanya Bita padaku, dia sendiri mendekati gerobak siomay “Guen mau siomay”
“Gue juga deh” kubiarkan Bita memesan terlebih dulu lalu giliranku memesan “Hum, aku mau kentangnya aja bang, sama bumbu” Aku menyusul Bita yang sudah duduk di meja pojok kantin kelas X.
“Hah? Lo pesennya apaan?” tanya Bita heran melihat piring yang kubawa.
“Siomay lah” jawabku lalu menambahkan kecap ke atas siomayku
“Mana siomay ikannya? Ini cuma bumbu siomaynya aja” protes Bita “Liat punya gue, ini baru namanya siomay” Bita menunjukkan piring siomaynya yang menggoda dengan siomay ikan, saus, kecap, dan sambal. Argghhh! Dasar penggoda iman. Aku tergoda untuk mencicip, tapi entah darimana aku mendengar suara-suara Kak Lio yang memarahiku dan bayangan aku sakit lagi. Aku langsung menggeleng kuat-kuat.
“Gue nggak mau, ini lebih enak dan sehat. Udah ah, jangan kayak setan suka menggoda” Balasku langsung menyantap siomay. Enak menurutku.
Sekolahku begini-begini saja. Sekolahnya bagus aku harus berkenalan lagi dengan teman-teman baruku. Bukan seperti sekolah lamaku yang dari TK, SD, SMP, dan SMA satu sekolah mulu. Orangnya baik-baik sih, nggak rese. Gurunya mengajar dengan baik, fasilitasnya lengkap dan tentunya nggak boleh ketinggalan, cowoknya kece-kece. Tapi aku belum tertarik pada siapapun, yaiyalah, aku aja baru sekolah di sini sekitar 2 minggu lalu. Mungkin beebrapa minggu lagi deh, dari penampilanku yang lumayan manis ini aku percaya kalo aku bisa dapat pacar. Tinggi?? Nggak terlalu, pas banget 160 cm. Kurus pastinya, dengan badan penyakitan begini aku tidak berharap bisa mempunyai badan yang lumayan berisi. Putih cenderung pucat, jadi membuat bibirku yang pink telihat mencolok diantara kulitku. Rambutku yang lurus tipis sebahu berwarna hitam warisan mama, menambah manis tampilanku. Tapi aku memiliki beberapa kesulitan yaitu untuk berkonsentrasi dan aku sedikit hiperaktif. Aku selalu merasa tertekan dengan pelajaran matematika yang sangat butuh konsentrasi, jadi sepertinya nanti aku ingin masuk jurusan bahasa saja. Semoga saja calon pacarku tidak mempermasalahkannya. J
Jam pulang sekolah ini juga favoritku, Sekolah ini pulangnya jam 12 teng! Kayak anak SD aja, kecuali untuk kelas XII pulangnya jam 3 sore karena ada pemantapan materi. Ahh tapi itu kan masih lama. Sekarang menikmati hari yang ada aja. J
12:00
Kriiiiinnnngggggggg
Akhirnya waktunya pulang, seneng deh kalo tiap hari begini. Kepala sekolah di sini berpendapat kalau jam belajar yang terlalu panjang malah tidak efektif karena pikiran sudah tidak fokus lagi. Daripada murid diajar malah tidur dan gurunya cuap-cuap percuma, makannya pulangnya jam 12:00. J
“Pulang yuk!” ajak bita yang sudah siap dengan tas selempangnya
“Oke” aku menjawab ragu-ragu karena tidak tahu siapa yang akan menjemputku. Belum ada SMS ataupun BBM.
“Kamu dijemput siapa sekarang?” Tanya Bita saat kami keluar kelas, sudah banyak anak yang keluar dari kelasnya. Aku menggeleng kuat-kuat tanda tidak tahu.
“Lhah? Yaudah deh, ayo nunggu di depan aja” Bita menggandeng tanganku dan kami berdiri di depan gerbang. Aku mengecek BB ku dan tidak menemukan apa-apa. Saat aku ingin memasukkan BB-ku ke kantung tiba-tiba bergetar. Ada telepon. Bunda Via
“Halo Bunda”
“Halo sayang, kamu masih di sekolah kan?” tanya Bunda yang sukses membuat keningku berkerut, Bunda jarang sekali menjemputku di sekolah.
“Iya Bunda, Kenapa?” terdengar desahan lega di seberang
“Syukur deh. Soalnya tadi Bunda suruh Lio jemput kamu.”
“Hah?” tidak sadar aku memekik “ehhh.. Kenapa Bun?” Kudengar Bunda mengulangi ucapannya.
“Kenapa suruh Kak Lio jemput?” Tanyaku akhirnya
“Ohh, tadi Ibu kamu telepon Lio suruh jemput kamu. Katanya Dimas disuruh nganterin Ibu kamu ke rumah Eyang di Surabaya. Eyang sakit, katanya perlu dirawat. Ayah kamu kan baru berangkat ke luar kota”
“Hah?? Bunda? Eyang gimana?”Tanyaku khawatir
“Tenang sayang, nanti bunda jelasin deh sama kamu, tapi di rumah. Bunda udah di rumah” Kata Bunda menenangkanku.
“Iya bunda” Kataku pasrah
Karena terlalu fokus dengan telepon dari Bunda aku tidak menghiraukan keadaan sekitarku. Ketika aku menoleh aku kaget melihat Kak Lio yang sudah mengobrol dengan Bita. Aku mendatangi mereka.
“Kak?” sapaku. Tanganku langsung ditarik Bita mendekat kemudian berbisik padaku.
“Lo kok nggak pernah bilang sering dijemput malaikat sih?” aku langsung memutar bola mataku. Sepertinya Bita sudah terserang pesona Kak Lio. “Kenalin dong!!”
“Kak Lio, ini Bita temen sekelas aku, Bita ini Kak Lio, tetangga aku” Lalu mereka bersalaman dan aku bisa melihat Bita dengan mata berbintang-bintang menatap Kak Lio. Arghhh jangan sampee Bita naksir Kak Lio.
“Ayo!” Ajak Kak Lio setelah sesi salaman panjangnya dengan Bita. “Duluan ya Bit”
“Daa” Ucap Bita terakhir kalinya sebelum aku masuk ke mobil Kak Lio. Kak Lio langsung menjalankan mobilnya. Aku hanya bisa menggerutu pelan.
“Kenapa lo?” Tanyanya membuka pembicaraan.
“Nggak apa-apa. Mulai besok kalo Kakak mau jemput gue sms atau telepon dulu”
“Tadi HP gue ketinggalan di rumah, tapi lo akhirnya gue yang jemput juga kan?” Bantahnya sambil menghentikan mobil di lampu merah.
“Gue kan tadi di telepon Bunda Via, pokoknya mulai besok kalo Kak Lio mau jemput SMS dulu, terus jangan turun dari mobil!” kataku ketus
“Lo kenapa sih? Apa salahnya kalo gue jemput lo di gerbang? Aaaah gue tau, lo pasti cemburu ya tadi liat gue sama Bita. Ngakuuuu” Ucap Kak Lio seenaknya
“Kakak iiihhh! Gue bilangin Bunda lho kalo kakak genit. Lagian bisa-bisanya gue cemburu?? Mimpi aja sana!” aku tidak cemburu, sumpah. Karena aku dan Kak Lio hidup berdampingan selama 15 tahun hidupku aku sampai tidak punya pikiran untuk melihat Kak Lio sebagai cowok selain keluarga.
“Hahahaha,,, lagian permintaan lo juga aneh. Gue kan punya hak jemput elo” jawabnya ketika lampu merah sudah menghijau
“Arrrrghhh! Pokoknya Kakak harus nurutin permintaan gue tadi” sebelum Kak Lio menjawab aku teringat sesuatu “Eh Kak! Lo tahu Eyang gue kenapa?”
“Ohhh, Eyang lo kena DBD. Paling bentar lagi Ibu pulang”
“Ahhhh, kenapa Ibu nggak telepon gue ya? Gue kan mau ikut” gumamku pelan, tapi sepertinya cukup keras, Kak Lio bisa mendengarnya.
“Dasar anak kecil. Terus kalo lo ngikut lo mau ngapain? Paling di sana lo malah nangisin Eyang lo, terus lo yang gantian sakit”
“Hah! Iya juga ya” aku sangat mengerti keadaan fisikku sendiri, Kak Lio benar. HP ku bergetar lagi, telepon dari Ibu.
“halo Ibu??”
“Sayang, kamu udah pulang?” tanya Ibu di seberang, terdengar backsound suara Kak Dimas yang sedang mengobrol dengan seseorang.
“Udah kok, ini lagi di jalan dijemput Kak Lio. Kok Ibu ke surabaya nggak bilang-bilang??”Aku menuntut. Walaupun aku tidak ikut kan paling tidak aku diberitahu
“Maaf sayang, soalnya Ibu ngejar pesawat tadi sama Kak Dimas, jadinya nggak sempet kasih tahu. Tadi Ibu telepon Bunda Via dulu terus telepon Lio jadi nggak sempet telepon kamu” Ih Ibu seharusnya kan telepon anaknya dulu, malah telepon tetangga.
“Iya, Gimana keadaan Eyang Bu?? Udah sehat?”
“Belum tau, soalnya Eyang tuh belum diperiksa sama cek darah juga belum. Sabar ya, Ibu kayaknya masih beberapa hari di sini. Udah ya sayang, kamu nanti bobok di tempatnya Bunda Via aja ya, di rumah nggak ada orang kan?”
“Hah?.....” aku belum menyelesaikan kalimatku, tapi bunda sudah menutupnya. Aku hanya bisa pasrah melihat HP ku.
“Kenapa?” Tanya Kak Lio, Aku menoleh, ternyata kami sudah sampai gerbang komplek.
“Hah? Nggak apa-apa” Aku sangat jarang menginap di rumah Kak Lio, terakhir aku menginap di rumah Kak Lio itu tiga bulan yang lalu saat aku selesai ujian UN SMP. Malam itu keluargaku dan keluarga Kak Lio mengadakan acara barbekyu di halaman rumah Kak Lio, padahal saat itu belum pengumuman. Yang tinggal paling terakhir adalah aku, Kak Dimas, dan Kak Lio. Aku yang sudah mengantuk tertidur di kursi. Paginya aku bangun dengan selimut dan sudah berada di kamar Kak Lio. Terus aku tau dari Bunda Via kalo yang menggendongku itu Kak Lio. Itu terjadi sebelum akal bulus Vei terkuak saat detik-detik menjelang pengumuman kelulusan, kalau sekarang aku merasa takut. Seperti Vei selalu mengawasi kami.
Ahh, cuma perasaanku saja
Kami sudah sampai di depan rumahku,
“Lo nanti tidur di rumah gue kan?” Tanyanya sambil menghentikan mobilnya di depan rumah.
“Iya, gue mau mandi terus ambil baju sama alat mandi buat besok. Makasih kak” aku turun dan bergegas masuk ke rumahku yang sepi, sementara Kak Lio langsung pulang.
“Bundaaaaaaaa” Panggilku sambil membuka pintu rumah Bunda Via dan langsung masuk
“Bundaaaaaa” panggilku sekali lagi, tapi Bunda tidak juga muncul. Aku meletakkan tas berisi bajuku untuk besok pagi. Aku juga nggak lupa membawa boneka kesayangan. Aku berkeliling mencari-cari Bunda, aku mendengar suara-suara dari gazebo di kolam renang belakang, suara Bunda dan Kak Lio. Aku berjalan ke sana.
“Kamu harus ngomong sama dia dong sayang”
“Nggak Bun”
“Bundaaaaaaaa” Aku memanggil Bunda dengan ceria dan langsung berlari ke arahnya. Bunda dan Kak Lio terlihat kaget.
“Sayaaang” Bunda langsung memelukku
“Bunda sama Kak Lio mau lagi ngomongin apa?” Tanyaku melepas pelukan Bunda. Kak Lio dan Bunda terlihat salah tingkah.
“Nggak kok sayang, Lio lagi naksir cewek” Ucap Bunda sambil merangkulku menuju ke dalam. Kak Lio langsung terbatuk-batuk di belakangku
“Hah?? Siapa?” Aku kaget, karena seperti yang kubilang sebelumnya sepanjang hidupku aku tidak pernah mendengar Kak Lio berpacaran atau naksir cewek.
“Mama apaan sih?” Kata Kak Lio lalu masuk ke rumah.
“Ihhh Kak Lio salting tuh Bun” Teriakku, Hahahahaha, Kak Lio yang biasanya cool sekarang kelihatan salting, lucu sekali.
Kami kemudian makan malam bertiga, Karena Ayah Danung sedang dinas di luar kota juga. Ah,, Ayah-ayah Ini.
“Bundaaaa, capcay-nya enak deh” Kataku menyuapkan nasi terakhir di piringku lalu minum air putih. "Kak Lio kemana Bunda?" Tanyaku pada Bunda, aku tidak melihat Kak Lio setelah menonton TV.
“Iya dong, Bunda yang masak” Bunda langsung menepuk dadanya tanda bangga "Lio ada di luar, ada temennya"
“Ah Bunda GR nihhh” Godaku, lalu membawa piring kosongku ke arah dapur, di sana ada mbok Minah yang sedang mencuci panci. Aku menyerahkan piringku padanya. "Emang temen Kak Lio siapa Bun? Kok nggak masuk"
Bunda hanya mengangkat bahu sambil mengangkat piringnya ke dapur juga."Bunda nggak kenal"
“Ohhh,,, Bunda aku bobok dulu ya, aku ngantuk banget. Da Bunda” Kataku langsung menuju kamar Kak Lio, setiap aku menginap di rumah Bunda pasti aku tidur di kiamar Kak Lio dan Kak Lio akan tidur di kamar tamu. Ini keinginan Kak Lio sendiri, katanya aku nanti takut kalau melihat kamat tamu yang memang berada di pojokan.
Saat Aku melewati ruang tamu aku mengintip lewat gorden dan melihat Kak Lio dengan tampang marah berbicara dengan seorang perempuan di pinggir jalan. Pacar Kak Lio? Pikirku begitu, tapi sama cewek sendiri kok malah marah-marah? Aku melihat mobil perempuan itu terpakir di samping mereka, sepertinya aku kenal mobil itu. sebelum aku bisa mengingat Kak Lio sudah berjalan menuju pintu meninggalkan perempuan itu. Aku langsung berlari menuju kamar Kak Lio.
Ah mungkin bukan orang yang aku kenal, Pikirku
22:30
Aku merasa tidak enak badan, badanku terasa lemas.
“Sakiittt” Aku hanya bisa merintih sambil meneteskan air mata
“Ibuuu” 20 menit berlalu, tapi Ibu tidak datang-datang.
“Sakiiitttt” Klek, sepertinya itu suara pintu yang terbuka
“Ibuuu” seseorang datang mendekatiku dan memegang keningku. Tidak jelas karena aku sedang menangis.
“Ck! Panas” Ucapnya lirih, lalu orang itu pergi. Aku masih terus memanggil Ibu, antara sadar dan tidak sadar aku melihat orang itu kembali. Kemudian aku merasakan basah dan hangat di keningku.
Badanku rasanya semakin sakit, tidak nyaman, dan aku kedinginan. Aku menggigil, kemudian aku merasakan selimut hangat diatasku. Aku menangis lagi.
“Sakiiittt” Kurasakan seseorang menyusut airmataku dan mengelus rambutku “Ibuuu” Aku memanggilnya Ibu, sepertinya dia Ibuku. Setelah lelah menangis aku tertidur.
“Lo tidur aja” saat Aku mendengar suaranya lagi aku sadar itu bukan Ibu.

2 comments:

al faatihah nurfilaily said...

enaak yaa..punya tetangga kayak Lio ..:D
hohoo..:p
pengeen deh...

Unknown said...

Iyaaaa...
aku juga ngarep punya tetangga kayak diaa...
*mupeng