SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Wednesday, February 1, 2012

BFFF(BEST FRIEND : FANTASTIC AND FABULOUS) 4

Teror
“Kamu tahu sayang, semua ini takdir kamu” kata mama sambil mengelus kepalaku. Aku sedang berada di ruang TV sambil kepalaku rebahan di pangkuan mama. Ini kejadian langka nih, bisa terjadi sebulan sekali bahkan setahun sekali tergantung kesibukan Mama.
“Maksud mama?” aku masih bingung, mama hari ini pulang sendiri karena papa masih ada urusan di Dubai.
“Kamu yang kehilangan sahabat kamu, terpuruk, sedih, tapi sekarang kamu punya sahabat-sahabat baru yang baik dan juga ada cowok yang cute banget itu” mama meledekku soal Kak Davi
“Ih mama, masa kehilangan sahabat musti disyukuri sih? Lagian kak Davi nggak se cute itu” balasku, sambil mengubah posisi untuk menghadap Mama.
“Karena Tuhan selalu punya rencana buat kamu, kamu kehilangan pasti akan diganti sama Tuhan, percaya deh, Rencana Tuhan itu indah. Dan masalah Davi, iya pas Mama lihat kemarin dia nganterin kamu dia cute lo sayang” Melihatku hanya mengerutkan kening Mama langsung tertawa.
“Hahahaha, beneran sayang Davi memang ganteng dan kamu harus inget kata-kata mama tadi. Bukan kamu yang menyebabkan ini semua, tapi takdir. Jadi kamu nggak boleh nyalahin diri kamu, yang udah ya udah, biar jadi pengalaman ya sayang? Kedepannya kamu harus jadi orang yang lebih baik lagi”
“Lo belum tidur?” Suara seseorang menyadarkanku saat mengingat percakapanku dengan Mama kemarin.
“Kakak juga belum tidur” kataku balik
“Gue udah tidur, tapi kebangun. Ngapain lo disini? Kesambet setan laut baru tahu rasa lo” Kak Davi menggodaku. Kami sedang berada di salah satu pulau di karimun jawa, sekarang sudah Pukul 22.00 dan aku yang belum mengantuk sedang berdiri di luar resort sambil memandangi laut. Halaman resort kami memang langsung menghadap pantai.
“Hahahahaha, nggak usah takut, setannya kan di samping gue”
“Kurang ajar lo! Mikirin apa? Kejadian tadi siang?” tanyanya terlihat khawatir. Sebenarnya aku sudah tidak memikirkan itu. Tadi siang saat kami baru tiba di Resort setelah kami bermain di pantai, aku dikejutkan dengan keadaan kamar ku. Berantakan, acak-acakan, seperti ada pencuri yang masuk, tapi anehnya tidak ada barang yang hilang. Tapi saat aku melihat cermin aku melihat lipstick warna pinkku sudah berpindah menjadi tulisan di cermin dengan inisial DAD, itu inisialku dan kedua sahabatku, Desti Avi Diana. Aku jadi merasa tidak tenang, tadi juga saat aku mandi tiba-tiba airnya mati, padahal aku pas keramas, jadinya aku berteriak-teriak heboh yang membuat Febi yang sedang tidur sekamar denganku panik dann memanggil yang lainnya termasuk kak Davi. Setelah mengetahui apa yang terjadi mereka malah tertawa terbahak-bahak dan bukannya menolongku. Sebeelll!!!! Saat aku mengambil handuk aku menemukan kertas dengan inisial yang sama, aku sudah menebak semuanya, aku tahu ini pasti teror darinya.
“Nggak juga sih, tapi lo ngomong gitu gue jadi inget kak”
“Menurut lo itu kelihatan janggal nggak sih?”
“Janggal gimana? Biasa aja sih” Aku pura-pura bersikap biasa.
“Aneh nggak sih kalau tiba-tiba kamar lo berantakann parah begitu? Padahal sebelum ditinggal masih rapi-rapi aja. Kejadian lo mandi juga gitu, air di tempat gue nyala kok” aku jadi memikirkannya.
“Terus menurut kakak apa?” aku menatapnya sebentar lalu kembali menatap laut, udaranya lembab banget. Iyeeuhhh nanti aku musti mandi lagi sebelum tidur.
“Bukan apa, tapi siapa!” Perkataannya sukses membuatku deg deg an. Siapa? Maksudnya?
“Lo belum cerita sama gue soal Rasti” Hah?? Kenapa tiba-tiba?
■□■□■□■□■□■☺☺☺□■□■□■□■□■□■□
“Dianaaaaaa, banguunnn” Siapa sih yang bangunin pagi buta begini? Nggak tahu apa aku baru tidur jam satu! Kok jam satu? Soalnya aku abis diintrogasi sama Kak Davi. Dia maksa aku nyeritain sampai ke akar-akarnya. Aku jadi nangis heboh lagi. Argghhhhhhh! Malu-maluin, tapi kak Davi ternyata bisa menerima dan benar kata mama kak Davi juga mikir aku nggak salah. Aku masih ingat kata-katanya, “Lo nggak salah, jadi jangan menghukum diri lo sendiri” aaahh Aku jadi terharu.
“Dianaaaaaa????” Buseeeeet! Aku langsung membuka mata, disana ada Aliya. Aku langsung memberikan tatapan membunuh padanya. Febi yang tidur di sampingku juga langsung meloncat bagun, dia juga langsung memelototi Aliya.
“Kenapa sih lo?” tanyaku sewot, Febi malah cuek langsung tidur lagi.
“Hayooo, tadi malem lo ngapain malem-malem sama abang gue? Gue liat lhoo” tanyanya yang langsung membuat Febi bangkit, Febi kan suka sama gosip-gosip begini. Aku sendiri langsung deg deg an, apa Aliya mendengar pembicaraan kami?
“Kenapa kenapa?’ tanya Febi bersemangat. Aku langsung memelototinya yang malah membuatnya nyengir lebar.
“Kenapa sih lo semua? Emang lo liat apa?” semoga saja nggak denger apa yang aku bicarakan dengan Kak Davi semalam
“Gue liat kak Davi nyamperin lo, pas itu gue mau cari minum. Ngomong apaan lo?” Fiuuhh, untung saja dia tidak mendengar curhatanku.
“Nggak ngomongin apa-apa” jawabku langsung menutup mukaku dengan selimut, kembali tidur. Febi dan Aliya malah dengan kasarnya menarik selimutku, jadinya kami saling tarik-tarikan selimut.
“Aaaaaaaaaa” itu teriakanku
“Aaaaaaaaa” itu teriakan Febi dan Aliya
Di ruang makan ada Bea dan Kak Davi yang sedang menikmati sarapan mereka terkejut lalu menggelengkan kepala. Bea dengan sereal dan air putihnya sementara kak davi dengan roti bakar dan kopinya. Wajah Kak Davi masih terlihat sangat mengantuk dan sering sekali menguap. Bea mendesah,
“Kelakuan anak-anak itu, mirip banget sama anak TK”
“dan lo apa? SD?” kak Davi terkekeh
“Paling nggak gue nggak nangis tengah malem kaya si Diana” ucapan Bea sukses membuat Kak Davi yang sedang menyeruput kopinya terbatuk-batuk
“Lo denger?” Maksud Kak Davi pembicaraanku dengannya
“Ngga sempet, lo udah mau balik sih” Kata Bea enteng
“Hah dasar lo!”
“Kenapa? Lo pikir gue nggak tahu apa yang lo omongin sama Diana?” tantang Bea
“Tau apa sih lo?”
“Ini pasti tentang Kak Rasti, tapi gue nggak tahu apa. Gue bakal cari tahu” ucapan Bea membuat kak Davi bernapas lega. Dia saja masih kelihatan syok, tapi dia tidak menyalahkanku.
“Hahahaha, sok tahu lo. Cari aja sampe lo pusing” Kak Davi kemudian pergi mandi, Bea yang ditinggalkan makin penasaran.
■□■□■□■□■□■☺☺☺□■□■□■□■□■□■□
“Pantaaiiiiiiiiiiiiiiiii” Seruku, Bea, Febi, dan Aliya. Kami berlari-lari sepanjang pantai, saling menyipratkan air dan saling dorong agar terjatuh di air laut.
Kak Davi yang melihat kelakuan kami menggeleng dan tersenyum-senyum “ Anak Tk semuanya, Bea juga, apalagi si Diana. Katanya anak SMA tapi kelakuannya??? Ckckckckck” Teriaknya. Kami berempat langsung berpandangan lalu munculah sebuah ide jahil. Kami berlari menuju Kak Davi, dia yang tidak tahu apa-apa cuek saja. Aliya kemudian memberi aba-aba,
1...2....3
Bruk,,, Whoaaaaa....Sret.. Sret...Aaaaaaa....Yeeeeeeeiiiii
Hahahaha Kami berempat tertawa keras. Suara-suara tadi adalah saat-saat kami menjegal kaki Kak Davi, lalu teriakan kagetnya. Kami menyeretnya dengan memegangi masing-masing kaki dipegang dua orang, yaiyalah badan Kak Davi kan tinggi besar begitu. Kami menyeretnya sampai ke laut dan mebuatnya basah.
O o o o o
Kak Davi yang kelihatan marah langsung berdiri, aku yang memang mempunyai koordinasi kurang baik tidak sempat mengelak. Bea, Febi, dan Aliya sudah pergi entah kemana. Aku yang panik malah tidak bisa lari, hanya mundur teratur.
“Lo nggak lari?” tanya Kak Davi senyum jahil. Aku cuma bisa menggeleng. Kak Davi semakin berjalan mendekat, aku mengedarkan pandangan. Sialan, mana nih krucil-krucil itu?
Aku mengumpulkan tekat untuk kabur, aku mulai menghitung dalam hati. 1...2.. lariiiiiii
Aku berusaha lari sekuat tenaga, tapi sayang aku memang tidak kuat berlari jadi kak Davi dengan mudah menangkapku.
“Aaaaaaaaaa” kak davi menggendongku, aku berteriak karena Kak Davi semakin mendekat ke arah laut. Aku bergerak-gerak dalam gendongannya.
“Lepasin Kakaaaakk” Kataku, aduh malu sekali ada beberapa orang melihat ke arah kami karena kehebohan ini. Kak Davi berhenti sebentar dan memandangku, aku jadi salah tingkah.
“Lepasin?? Enak aja, Berani berbuat berani bertanggung jawab”
“Tanggung jawab apaan? Emangnya gue ngapain lo, ihhh kak Davi ih porno”
“Porno? Porno darimananya? Pikiran lo tuh ya. Perlu dicuci” Kami yang sudah sampai ujung pantai membuatku tambah deg deg an, mampus nih, Basah basah deh. Kak Davi akan melemparkanku ke laut, tapi ternyata dia kesandung kakinya sendiri, jadilah kami jatuh bersama.
“Hahahaha...” Aku menghentikan tawa ketika kak Davi memelukku, erat.
■□■□■□■□■□■☺☺☺□■□■□■□■□■□■□
Aku dan kak Davi pulang dari pantai sambil bercanda. Sampai di Resort kami melihat Bea, Aliya, dan Febi yang menunggu di teras, aku memiliki firasat yang buruk sekali. Febi yang pertama mendatangiku kemudian menyerahkan sebuah amplop padaku. Tidak ada nama pengirimnya, aku kembali memandang Febi, wajahnya keruh.
“Ini apaan?” tanyaku penasaran.
“Buka aja, kayaknya ini buat lo kalau diliat dari kartunya” aku membuka amplopnya dan menemukan kartu.
To: Diana Roseva
From: DAD
Inisial ini lagi, batinku. Aku kemudian menarik lembar-lembar di dalam amplop, ternyata lembar foto. Aku membaliknya dan terkejut, tanganku bergetar. Ini ini foto ini, aku meraba foto-foto ini. Disana digambarkan kebersamaan kami bertiga, aku, Desti, dan Avi, kami saat makan di food court, kami saat berlibur ke Dufan, dan kami yang ada di sekolah. Aku membalik-balik fotonya dan sampailah aku pada foto terakhir, foto yang membuatku ingin menghilang. Foto almarhumah Desti dan Avi saat kecelakaan, foto mereka yang bersimbah darah, badan Desti yang terjepit body mobil, Avi yang meninggal di rumah sakit.
Aku semakin gemetar dan jatuh terduduk, lalu semuanya gelap.
■□■□■□■□■□■☺☺☺□■□■□■□■□■□■□
“Maafin Gue, maaf” Aku terus saja menggumamkan kata maaf saat pingsan
“Diana, sayang? bangun” Kudengar suara-suara yang memanggilku, kurasakan juga seseorang membauiku dengan minyak angin, dan ada juga yang mengelus rambutku.
“Maafin gue” aku masih saja tidak bisa mengucapkan kata yang lain.
“Udah Diana, lo gue maafin deh” Kata seseorang, kelihatannya Aliya. Aku sebenarnya sudah bisa mendengar pembicaraan mereka tapi aku belum bisa membuka mataku.
“Sembarangan lo! Emang ngapain Diana punya salah sama lo?” Ini suara Febi
“Kak, Diana sebenernya kenapa sih?” Kali ini Bea
“Nanti Be, biar dia sendiri yang cerita”Kak Davi menjawab, aku masih saja menggumamkan kata maaf.
“Dia mana mau cerita? Udah berapa kali juga gue tanya” Bea membalas
“Dia punya alasan” Saat kata-kata itu keluar aku sudah bisa memegang kesadaran, aku membuka mata.
“Diana?” Seru Febi
“Hmm, hai, kalian kangen gue ya?” tanyaku sambil tersenyum lemah, dan malah menghasilkan toyoran dari 3 sisi tentu saja Kak Davi nggak ikutan. Aku menemukan diriku tidur di sofa ruang tengah yang cukup besar dan menemukan sahabat-sahabatku dihadapanku.
“Dasar lo. Baru bangun aja udah berlagak, gue bikin pingsan lagi nih” Ancam Aliya
“Iya nih, apa mau diceburin lagi?” Kali ini febi menambahkan, aku langsung sadar kalau aku sudah berganti pakaian, sekarang aku memakai kaus dan pants baru yang berbeda warna, aku juga merasakan dalamanku juga tidak basah.
“Eh, siapa yang gantiin baju gue?” tanyaku panik, mama saja belum pernah menggantikan bajuku saat aku sudah besar. Mereka langsung berpandangan,
“Kita bertigalah, tapi nggak tahu deh, tanya aja Kak Davi” Jawab Bea menggantung sambil memandang kearah Kak Davi yang ternyata yang dari tadi mengelus rambutku adalah Kak Davi. Aku menoleh ke arah kak Davi, aku merasa takut sekali dengan kata-katanya.
“Gimana ya sayang, Gue udah nggak betah, jadi ngintip deh” katanya dengan senyum nakal dan kerlingan mata.
“Aaaaaaaaaaaaa”
*nutup muka*
■□■□■□■□■□■☺☺☺□■□■□■□■□■□■□
“Lo beneran nggak mau cerita sama kita?” Bea membuyarkan lamunanku, hari masih sore dan aku sedang melihat sunset sambil melamun di beranda resort. Aku selalu suka melihat sunset, seperti meninggalkan hari ini untuk menjelang sesuatu yang baru: Sunset. Aku menoleh pada Bea, aku akan menjawab, tapi Bea sudah mendahuluiku berbicara,
“Jangan bilang lo mau menghindar lagi? Kali ini nggak bakal gue lepasin!” kata Bea tegas, aku jadi takut. Ternyata Bea nggak sendiri, Febi dan Aliya ada di belakangnya, curang nih main keroyokan.
“Lo nganggep kita apa?” tanya Febi
“Katanya sahabat? Kalo gitu lo harus berbagi dong!” lanjutnya
“Betul” Aliya menanggapi
“Lo ngeraguin kita?” Aku langsung menggeleng saat Bea bertanya
“Masa sahabat ngeraguin sahabat?”
“Betul” Aliya kembali menambahkan
“Aliya lo bisa diem nggak?” Disusul tatapan panas dari Febi, Aliya akhirnya diem.
“Berarti lo nganggep kita bukan sahabat dong kalo lo nggak mau cerita?” Tandas Bea
Nasib nih, harus cerita. Aku mengedarkan pandangan untuk mengumpulkan keberanian, tapi tidak sengaja pandanganku bertemu dengan mata kak Davi yang sedang berjalan di halaman, lalu dia mengangguk menyemangati.
“Oke gue cerita” Mereka langsung tersenyum dan mencari tempat.
Dasar!
Aku pun bercerita pada mereka, semuanya. Tentang awal aku bertemu Avi dan Desti, tentang persahabatan kami, kecelakaan itu,Kak Rasti ,dan sampai saat ini. Aku masih saja menangis saat menceritakan kisah kami, aku masih merindukan mereka.
“Jadi begitu” hanya Aliya yang mampu bersuara, Bea dan Febi hanya terdiam. Aku sudah pasrah, jika nanti mereka menjauhiku karena dianggap pembawa sial dan pembunuh. Ternyata kata mama dan Kak Davi nggak bener. Ternyata Bea, Aliya, dan Febi tidak bisa menerima masa laluku.
“Jadi lo pembawa sial dong?” Bea mulai bersuara, aku semakin sedih, aku berharap mereka bisa menerimaku saat aku berani menceritakannya.
“Seandainya aja lo melarang mereka pasti itu nggak terjadi” Febi menambahkan
“Kalau aja lo bisa nyadarin mereka buat nggak bolos, mereka akan tetap hidup”
“Gue mau sendiri” Aku tidak tahan, aku kecewa sekali dan ingin menyendiri, aku kemudian berbalik dan mulai berjalan cepat. Ake mencoba tidak menangis tapi gagal.
Saat aku sudah cukup jauh Bea kembali berteriak dan itu membuatku berbalik “Tapi kalau nggak ada dulu nggak ada sekarang”
“Kalau lo nggak kecelakaan lo nggak ketemu kita” Febi sekarang berteriak, mereka semua mendekat, aku tercekat.
“Kalau lo nggak ketemu kita, gue nggak bakal ketemu sahabat yang luar biasa kayak lo” Aliya, Bea, dan Febi berlari lalu menubrukku, kami jatuh bersama dan kemudian tertawa.
Hahahahahahahhahaha.....
“Lo itu cewek paling kuat yang pernah gue tau” kata Febi masih di posisi yang sama, masih berbaring telentang di pasir.
“Kenapa lo nggak mau cerita soal ini sama kita? “ Tanya Aliya, tumben pertanyaan Aliya lumayan bermutu
“Gue, gue takut kalo kalian nggak bisa nerima masa lalu gue” kataku malu-malu dan membuat wajah ketiga temanku kesal
“Sialan lo! Lo kira kita berpikiran sempit?” Febi langsung kesal dan mencekikku
“Aaaaaa, udaaah,,” kataku kehabisan napas
“Minta maaf nggak lo?” sambil terus mencekikku
“Iyaa maaf, Hahahahaha, Kalian nggak berpikiran sempit sih, tapi masih ada” kataku sedih mengingat kak Rasti
“Pasti ada jalan kok, kita bakal bantuin lo” Kata Bea membuatku terharu
“Aaaaaaaaa, jadi terharuuu” aku langsung memeluk mereka, jadilah kami bergelimpangan di pasir, kotor biarin deh, sekali-sekali.
“Eh kalian? Main timpa-timpaan kok gue nggak diajak?” Suara kak Davi memecah kehebohan kami.
Kami langsung heboh memberi komentar,
“Ihhh, kakak ngomong apa sih?”
“Iya nih, kakak pikirannya aneh-aneh pasti”
“Kakak ikut-ikut deh”
“Ih kak Davi porno deh”
“Kalian semua ngomong apa sih? Pada kurang ajar ya sama kakak tingkat?” Kak Davi mencak-mencak
Hahahahahahahahahha
■□■□■□■□■□■☺☺☺□■□■□■□■□■□■□
Dari kejauhan ada yang melihat kehebohan kami dengan tatapan panasnya, dia merasa terkhianati. Dia merasa tidak adil , kami bahagia sementara dia masih saja memendam sakit.
“Sialan, tambah deket aja lo sama Davi, tunggu aja klimaksnya, lo udah ngilangin nyawa adek due dan lo sekarang mau ngambil Davi? Mimpi lo!”
Quote:
Diana Roseva: Kalau deket sahabat bawaannya pengen duduk sampe sore terus cerita semuanya
Beatrice Wicaksono: Sahabat itu nggak bisa dibeli pake apapun
Britania Febi: walaupun gosip sama sahabat itu nyenengin, tapi kalau gosipin sahabat sendiri rasanya nggak keren
Aliya Prameswari: Kamu tahu nggak kenapa aku sayang banget sama sahabatku? Karena mereka ada

No comments: