SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Tuesday, January 29, 2013

Aku Milikmu


Kalau saja cinta bisa memilih siapa dia, bagaimana dia, dan mungkin kalau bisa meminta lebih kita juga bisa memilih bagaimana statusnya. Tapi ini bukan dunia yang seperti itu, ini dunia yang penuh dengan realitas, ini dunia dimana kita berada. Aku dan Kamu - Nadia

Tiit.. tiit
Nadia membaca sebuah BBM yang baru saja masuk dan mendesah
From : Malvin
Nnti mlm temenin gw beli baju

Nadia segera mengetik balasannya

To: Malvin
Sorry, gw mau nnton sama Kesha


Kenapa sih dia masih aja maksa? Ini jauh lebih sulit kalo dia begini terus. Malvin adalah orang yang membuat hidup Nadia yang biasanya selalu tenang dan damai, beberapa hari ini tidak lagi sama.

“Gue mau tunangan” Sebuah kalimat yang langsung membuat Nadia susah tidur beberapa hari ini. Seharusnya dia bahagia karena sahabatnya sedang berbahagia, tapi rasanya ada yang salah karena, ehm,,

Dia menyayangi Malvin.

Seperti di film – film ini bukanlah jenis sayang kepada sahabat, tapi rasa sayang seorang perempuan kepada laki – laki. Sejak pemberitahuan itu Nadia berusaha menjauh dari Malvin, tapi Malvin sepertinya tidak tahu atau tidak mau tahu. Malvin tidak curiga dengan tingkah Nadia yang tiba – tiba terlalu sibuk, Malvin malah dengan tidak peduli waktu mengganggu acara – acara Nadia yang sengaja tidak melibatkannya.

“Ah! Gue pusing! Pusing!” Nadia berteriak –teriak sendiri di kamarnya karena membayangkan lagi malam pengumuman itu. Untung Mama dan Papa masih bekerja dan Tama, adiknya juga sedang pergi, kalau tidak dia bisa kebanjiran protes. “Nggak tahu perasaan! Dasar cowok!” Nadia menggeleng keras, lalu melanjutkan berdandan untuk acara menonton bersama Kesha.

Ting.. tong

18.15 WIB

Kesha datang lebih cepat ternyata, mereka janjian pukul setengah tujuh. Nadia yang baru saja selesai dengan rambutnya berteriak, “Bentaaarrr”. Nadia menggunakan wedges- nya dengan tergesa – gesa dan langsung menyambar tas kemudian berlari untuk membuka pintu. Kamarnya yang berada di bagian belakang rumah lumayan jauh dari pintu depan, apalagi ditambah insiden terpeleset karena terburu - buru “Haaahh,, gue siap” Katanya dengan napas setengah – setengah. Nadia masih menunduk untuk menormalkan napasnya, Kesha menyerahkan sapu tangan padanya. “Thanks.. Lo baik de---” Aneh, tangan Kesha kok gede banget? Ini kayaknya tangan--- Nadia refleks mengangkat wajahnya, benar! “Malvin? Ngapain lo di sini?” Nadia menyadari bahwa itu bukan Kesha saat melihat tangan besar yang familier.

Malvin hanya tersenyum tenang dan menjawab “Kan tadi siang lo gue ajak nemenin beli baju”

“Tapi, gue kan juga bilang kalo gue mau nonton sama Kesha” Nadia mengerutkan kening heran. Apa dia jadi lupa ingatan terus lupa gimana caranya baca BBM ya? Nadia menggerutu dalam hati.

“Kesha nggak bakal dateng, jadi temenin gue aja yuk” Malvin menarik tangan Nadia, tapi Nadia tidak bergerak “Ada apa? Nggak percaya? Telepon aja” Kata Malvin sambil menyerahkan ponselnya. Nadia tetap diam, “Telepon aja, kita nanti kemaleman nih” Malvin mulai tidak sabar.

Nadia akhirnya mengambil ponselnya sendiri dan menekan kontak Kesha. Dering pertama, kedua, ketiga,, sampai akhirnya dering ke tujuh baru terdengar jawaban. “Heh Kesh! Kapan lo kesini?”
“Slurp,, sorry Nad, ehmm. Kita nggak jadi nonton” Kesha menjawab dengan suara terputus – putus.

“Lo lagi ngapain sih? Jawab yang jelas ih!”

Sorry, ini gue mau ngomong, tadi si Malvin dateng ke tempat gue, ehmm, ngasih sogokan” Suara Kesha semakin melemah dalam setiap katanya.

Nadia langsung curiga dan melirik Malvin, yang dilirik dingin – dingin saja “Lo disogok apa?”

“Eh? Hehehehe,, es krim cornetto seeeeeeeeguunung! Ini gue lagi makan, dia beliin gue tiga kantong kresek  gede yang semua isinya cornetto. Wihhhh,, Lo tahu kan gue lemah banget sama es krim satu itu, gue langsung iya-in aja semua yang dia mau. Lagia---“ Muka Nadia merah dan langsung menutup  sambungannya lalu memandang dingin ke arah Malvin.

“Udah siap?” Dengan menghembuskan napas keras – keras Nadia menuruti Malvin. Dia yakin kalau tidak dituruti, Malvin pasti akan melakukan hal yang lebih aneh daripada membelikan Kesha es krim satu toko.

Saat akan meninggalkan rumah, ponsel Nadia berdering tanda telepon masuk. Nama Kesha muncul di loayarnya, Nadia menghembuskan napas kesal dan mematikan ponselnya “Dasar setan es krim!”

***

Bersamamu selalu berarti bahagia, tentu saja. Tapi ada hal yang kutahu juga, bersamamu juga berarti tersiksa. Kamu bersamaku, tapi bukan milikku - Nadia

“Lo mau beli yang mana ih? Cepetan!” Nadia mulai merasa kesal karena Malvin belum juga bisa menentukan ingin membeli kemeja yang mana. Sepertinya Malvin sengaja berlama – lama karena dari tadi dia hanya memegang dua kemeja, hitam dan abu – abu. Seharusnya dia bisa menentukannya dengan cepat. “Lo liatin juga nggak bakal berubah”

“Sabar dong, gue kan nggak mau nyesel nantinya. Menurut lo calon tunangan gue suka yang mana ya?”

Nadia langsung bermuka sebal, Jadi ini alasan lo nyogok Kesha dan ngacauin acara nonton gue? Buat nemenin lo beli barang buat cewek perebut itu? “Yang mana aja, lo sama cakepnya pake yang mana aja” Nadia berusaha tersenyum santai

Wajah Malvin berubah “Kalo lo suka yang mana?” Nadia menghela napas sebentar “Gue suka yang abu - abu” Malvin mengangguk - angguk

“Udah ah, gue mau makan. Cepetan atau gue tinggal?” Tanpa menunggu jawaban Nadia berbalik menuju pintu keluar, dia berjalan cepat ke arah toilet dan berusaha mengatur emosinya. Arghhh! Malvin menguji kesabaran  gue! Maunya apa sih? Nggak sadar ya kalo gue suka sama dia? Dasar nggak peka! Katanya dalam hati sambil memandang kesal pada cermin, tidak terasa rasa sayangnya pada Malvin sudah begitu dalam. Airmata sudah menggenangi matanya, Nadia mengusapnya cepat – cepat. “Cengeng!” Ucapnya pada diri sendiri.

Setelah tenang Nadia keluar dari toilet, dan melihat Malvin menunggunya di depan pintu toilet perempuan, “Lo gimana sih? Gue bilang kan tunggu bentar gue mau bayar dulu” Malvin menunjukkan tas karton di tangannya, “Untung gue lihat lo kemana, kenapa lo? Sakit perut?-------“ Malvin masih terus berbicara, tapi Nadia tidak peduli. Dia lemah secara mental, sampai – sampai dia menurut saja digandeng Malvin menuju foodcourt pusat perbelanjaan tersebut. “Lo duduk di sini, gue yang pesan makanan” Kata Malvin sambil berjalan menuju salah satu konter fast food.

“Gue mau tunangan, gue dijodohin!” Malvin bercerita dengan semangat saat mereka makan malam di warung sate langganan mereka. Wajah Malvin berbinar saat menceritakan bahwa Ayahnya akan menjodohkan dia dengan seorang perempuan, anak kenalannya. “Ceweknya seumuran kita kata bokap gue” Malvin bercerita tentang kepribadian perempuan itu, yang kata Ayahnya, baik hati, perhatian, pintar memasak, intinya memang tipe calon istri idaman.

“Lo yakin sama tuh cewek? Lo kan belum pernah ketemu, liat fotonya aja belum” Nadia masih mencoba mencari celah untuk mempengaruhi Malvin agar tidak bertunangan.
“Gue yakin sama pilihan bokap gue, mana ada sih orang tua yang mau anaknya nggak bahagia. Jadi pasti Ayah milih yang terbaik”Jawabnya mantap

“Lo masih mau dijodohin di jaman sekarang? Nggak malu lo sama anak – anak? Masa anak kuliah jaman sekarang mau dijodohin? emang lo segitu nggak lakunya ya?” Nadia terus berusaha mempertanyakan keputusan Malvin.

“Nggak apa – apa kalo menurut gue sih, gue nggak bakal nikah pas gue masih kuliah kok. Gue mau kerja dulu baru nikah, tapi dua bulan lagi gue mau tunangan sama cewek itu. Eh tapi, kok lo sensi banget sih sama keputusan gue? Lo seharusnya seneng dong ngeliat temen lo yang udah jomblo dua tahun ini punya calon tunangan? Lo nggak seneng ya? Kenapa?” Gue sayang sama lo, Idiot! Ingin sekali Nadia meneriakkan kalimat itu keras – keras pada Malvin. Tapi tentu saja tidak mungkin.

“Gue cuma nggak mau lo nanti nyesel aja, ini keputusan yang bakal ngerubah hidup lo” Kata Nadia akhirnya

“Gue nggak bakal nyesel, yakin deh sama gue” Kata Malvin dengan penuh percaya diri, mengirimkan ribuan tusukkan menyakitkan ke jantung Nadia. Nadia akhirnya sadar, betapa dia sangat menyayangi sahabatnya itu.

Lamunan Nadia terhenti saat melihat Malvin membawa sebuah baki penuh makanan. Malvin tersenyum kearahnya tanpa memperdulikan tatapan dari perempuan – perempuan genit di foodcourt. Malvin memang seperti itu, selalu mendapat perhatian dari sekelilingnya, dimanapun dia berada. Berjalan dengan langkah tegap, senyumnya yang khas, dan badannya yang well- built. Dia adalah tipe pria yang akan membuat perempuan – perempuan menoleh saat dia berjalan.

Sorry ladies, dia bukan punya kalian” Nadia berbisik “Dan bukan punya gue juga” Tambahnya dengan senyum kecut




***
Menyayangimu seperti sesuatu yang ajaib. Membuatku merasakan ada sesuatu yang mengalir cepat melalui paru – paru menuju perut, menggelitik. Seperti kepakan beratus – ratus sayap kupu – kupu yang tidak mau berhenti beterbangan.
Menyayangimu adalah sebuah peristiwa magis di hidupku - Nadia

“Calon tunangan gue itu agak lemot deh menurut gue. Sampe sekarang dia nggak ngeh kalo gue itu suka sama dia. Mukanya malah sedih dan cemberut terus kalo ngeliat gue” Malvin melanjutkan ceritanya lagi tentang calon tunangannya yang sampai dua minggu setelah diceritakan masih belum dikenalkan pada Nadia.

“Mungkin emang nggak suka sama lo kali” Nadia yang sedang membaca majalah menjawab sekenanya, mau bilang apalagi? Setiap hari dalam dua minggu ini Malvin terus mendatanginya, walaupun Nadia terus berusaha menghindar, untuk menceritakan tentang tunangannya. Sekarang saja Malvin mengganggu istirahat siangnya di taman belakang. Oh ya, Malvin mengatakan kalau calon tunangannya bernama Sasti. Namanya aja udah udik, kok bisa - bisanya si Malvin masih suka sih sama dia?Pake pelet kali!

“Nggak mungkin!” Nadia langsung terlonjak, mengira kalau Malvin bisa membaca pikirannya, tapi tentu saja tidak mungkin. “Gue yakin seratus persen dia suka banget sama gue” Kata Malvin melanjutkan, Nadia langsung menutup majalahnya dengan keras dan berbalik menghadap Malvin secara langsung. Ini rumahnya, jadi dia berkuasa penuh.

“Apasih masalah lo?” Tanya Nadia tajam, wajah Malvin langsung berubah serius. “Gue udah sabar ya” Nadia terlihat sangat emosional

“Kamu kenapa sih?” Nada suara Malvin melembut, sapaannya juga berubah menjadi ‘kamu’. Dada Nadia naik turun menahan emosi, Malvin tahu kalau sahabatnya sejak kuliah semester pertama sampai sekarang itu sedang menahan teriakan histerisnya. Nadia memang jarang marah, tapi sekalinya marah cukup menyusahkan.

“Lo yang kenapa! Kenapa sih lo nggak bisa berhenti cerita tentang dia?” Nadia masih berusaha mengontrol napasnya.

“Aku cuma mau berbagi, kamu kan sahabat aku” Sahabat? Cih! Nadia langsung kehilangan kontrolnya memukuli tubuh Malvin “Arghhh” teriaknya lalu masuk ke dalam rumah, tanpa Nadia tahu Malvin malah tersenyum tipis.

“Aduhh” Rintihnya saat menggerakkan tangan bekas tonjokkan Nadia. Dia tahu kalau dia harus mendinginkan amarah Nadia, karena ini memang salahnya. Bersahabat dengan Nadia membuatnya tahu kalau gadis itu tidak pernah bisa menolak satu hal.

Cara yang paling mudah untuk mendinginkan amarah Nadia saat dia sedang marah begini adalah es krim! Kalau Nadia pernah mengatakan bahwa Kesha adalah setan es krim, sebenarnya Nadia adalah makhluk yang sama, setan es krim II.

Malvin datang ke rumah Nadia pada sore harinya, Tama adik Nadia mengatakan kalau Nadia mengurung diri sejak siang tadi, saat Malvin meninggalkan rumah mereka. “Tau tuh Mbak Nadia, bertapa di kamarnya nggak kelar – kelar” Malvin hanya bisa tersenyum santai sambil berjalan menuju kamar Nadia. Bersahabat lama dengan Nadia juga membuatnya memiliki akses penuh di rumah Nadia, bahkan sampai area privat Nadia. Malvin mengetuk pelan pintu kamar sahabatnya, satu kali, dua kali,

“Apaa?” Terdengar jawaban lemah dari dalam, Malvin masih terus mengetuk “Gue nggak mau makaan, nggak napsu” Malvin tetap mengetuk sampai suara orang jatuh, mengumpat, dan langkah terburu – buru mendekat menyambutnya “Lo ngapain sih ganggu gue Tam?” Akhirnya wajah sembab Nadia muncul, “Lo!” Malvin langsung menerobos masuk kamar Nadia dan menyeretnya menuju taman belakang yang memang terhubung langsung dengan teras kamar Nadia.

“Duduk!” Perintahnya pada Nadia, yang diperintah dengan patuh duduk di kursi teras. Malvin tersenyum lalu menyerahkan bungusan yang dari tadi dibawanya, es krim cornetto kesukaan Nadia. Nadia langsung menyambar dan membuka bungusnya. Malvin mendesah lega lalu duduk di samping Nadia yang sudah asyik dengan es krimnya. “Maafin gue ya buat tadi siang” Nadia menoleh sebentar lalu mengangguk, “Gue tahu gue salah, gue nggak ngertiin lo, mungkin lo belum nyaman sama cerita calon tunangan gue” Nadia terdiam “Gue janji bakal jaga perasaan lo, jadi kita baikan?” Nadia tersenyum menghadapnya dengan bibir belepotan es krim, tidak ada kata – kata, cukup senyumannya.

“Dasar setan es krim II!” Ejek Malvin.

***
Oke, hentikan semua ini! Aku yang seharusnya marah padamu! Aku di sini menunggumu sepanjang waktu, dalam waktu tersebut tidak sekalipun kamu mengalihkan pandanganmu padaku. Dan kini saat kamu melihatku, kamu malah ingin berlari menjauh? - Malvin

“Mau ke mana kita bos?” Tanya Malvin sambil memasang seat belt-nya. Seminggu lagi adalah ulang tahun Nadia yang ke 20 something, cewek manja seperti Nadia memang tidak bisa sedewasa umurnya. Tingkah lakunya masih seperti anak SMA, dan Malvin dengan sabar mengikuti semua keinginannya.

“Gue mau pesen kue, soalnya agak ribet. Gue mau macaron yang disusun gitu deh buat birthday cake gue” Kata Nadia bersemangat sambil menyeruput jus jeruk dalam kemasan miliknya. Mereka baru saja selesai fitting baju ulang tahun Nadia, tingkahnya mirip dengan tingkah  khas anak SMA yang baru saja ingin merayakan ulang tahun yang ke- 17.

Kringg.. Kringg..

Saat mereka sudah di perjalanan menuju toko kue, ponsel Malvin berdering, dengan memakai handsfree Malvin mengangkat telepon “Halo, ma? Iya? Oh!” Malvin terlihat gugup, kemudian menjawab “Semuanya udah beres, Malvin udah rencanain semuanya kok, nggak, acaranya si Nadia nggak bakal ngeganggu kok, okesip Ma”

“Tante bilang apa? Kok bilang tentang acara gue segala?” Tanya Nadia penasaran, Malvin tersenyum sambil melepas Handsfree-nya.

“Mama tanya soal persiapan acara pertemuan gue sama xalon tunangan gue, gue bilang acara lo nggak bakal ganggu acara gue” Malvin kemudian fokus untuk mengemudi, meninggalkan Nadia yang seperti kembali jatuh ke bumi setelah terlalu lama melayang. Dia sudah begitu bahagia karena selama tiga minggu ini Malvin tidak pernah menyinggung masalah pertunangannya. Ternyata ada saat di mana dia harus menerima sebuah kenyataan, Malvin memang memiliki calon tunangan.

“Lo sebenernya punya calon tunangan beneran apa boong sih Vin?” Tanya Nadia tiba – tiba “Gue nggak pernah lo kenalin sama dia, lo juga nggak pernah ketemu dia kayaknya. Kan lo sama gue terus”

“Hahaha, ada dong! Doain gue biar tuh cewek nggak nyekek gue pas kita tunangan nanti ya?”

“Nyekek? Cewek lo setan ya?” Malvin hanya bisa tertawa keras saat Nadia mengatakannya.

Persiapan pesta ulang tahun Nadia pada H- 3 masih berjalan cukup lancar sampai petugas toko kue menghubungi kalau ada masalah dengan kue ulang tahunnya. “Apa design yang kemarin aku gambar ilang? Kok bisa sih mbak? Yaudah saya mau kesana sebentar lagi” Nadia langsung menghubungi Malvin, Kesha tidak bisa diandalkan karena dia sendiri malah sedang berlibur keluar kota sementara ini, dia berkata kalau dia pasti akan datang saat acara ulang tahunnya, tapi tidak ingin repot – repot menjadi pembantu Nadia. Sahabat nggak setia!

Tuutt,, tuutt

Aneh, sampai deringnya habis Malvin belum juga mengangkat teleponnya, “Dia di mana sih? Giliran gue butuhin aja nggak bisa” Nadia mencoba menghubungi nomor Malvin sekali lagi, pada dering ke empat akhirnya diangkat, “Halo Malvin?”

“Halo? Sorry Malvin lagi ke toilet” Jawab seorang perempuan, “Ini siapa? Nanti gue kasih tau sama dia, Halo?”

Jantung Nadia berdegup kencang. Jadi benar Malvin sudah memiliki calon tunangan, Ini calon tunangan Malvin? “Ha,, halo? Kamu calon tunangan Malvin ya?” Tanya Nadia takut – takut.

Gadis mengerutkan keningnya karena orang yang menelepon menanyakan hal yang aneh, “Tunangan apa ya? Emang Malvin mau tunangan? gue sepupunya, jadi seharusnya gue tau semuanya” Bukannya mendapat jawaban, Nadia malah menutup teleponnya. “Gue salah apa ya?” Tanya gadis bingung.

Di tempat yang berbeda, Nadia merasa ada sesuatu yang menyumbat saluran paru – parunya. Dia sulit bernapas. Malvin nggak pernah tunangan atau mau tunangan? Dia bohong ke gue? Kenapa?
***
Aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan ya atau tidak, tidak tahu juga apakah ini benar atau salah. Hanya satu yang aku tahu, hatiku telah memilihmu – Nadia

Keesokan harinya Malvin datang ke rumah Nadia, tapi Nadia sedang pergi.  “Nadia mana sih Tam?” Tanya Malvin sambil duduk di samping Tama yang sedang sibuk dengan ponselnya. Tama hanya menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

“Rencana ulang tahunnya gimana? Dia masih perlu apa?” Tanya Malvin lagi, Tama mengacungkan jempolnya tanda baik – baik saja. Malvin mulai kesal karena adik sahabatnya ini malah tidak mengacuhkannya. Terdengar suara mobil dari depan rumah, Malvin menengok, ternyata Nadia baru keluar dari taksi dengan membawa beberapa barang. Sepertinya Nadia sedikit kerepotan, Malvin berjalan cepat untuk membantunya.

Thanks Tam, tumben lo baik” Nadia mengira yang menolongnya adalah Tama, karena pandangannya terhalang kotak sepatu. Mereka berjalan menuju ruang tamu bersama dalam diam, Nadia masih tidak sadar kalau yang membantunya adalah Malvin sampai Tama menyapanya.

“Bawa apa lo mbak?” Nadia langsung mendapat firasat buruk, dia cepat – cepat meletakkan barang bawaannya di meja ruang tamu dan benar, Malvin yang membantunya.

“Ngapain lo kesini?” Nadia mendesis tajam. Malvin ikut – ikutan meletakkan barang di meja ruang tamu.

“Kenapa sih lo nggak ngasih tau gue kalo mau ambil barang – barang? Kan gue bisa nganter”  Melihat suasana yang memanas, Tama langsung menyingkir.

“Gue nggak butuh bantuan dari tukang tipu macam lo!” Nadia langsung mengambil barangnya dari meja, tapi malah jatuh semua karena tarikan tangan Malvin. “Mau lo apa sih?” Teriak Nadia marah

“Lo kenapa sih? Lo marah sama gue?”

“Lo masih tanya? Tanya tuh sama sepupu lo! Oh mungkin gue salah, tanya tuh sama diri lo sendiri, siapa sebenarnya tunangan lo? Ada apa nggak!!!?” Nadia trerus – terusan berteriak marah. Malvin sendiri kaget, sepupu yang bersama dengannya kemarin adalah Gadis, tapi dia tidak mengatakan apapun.

“Lo mungkin salah denger” Malvin masih mencoba mengelak, Nadia tidak perlu menjadi cenayang untuk tahu kalau Malvin sedang berbohong, dan Malvin juga tahu itu. “Oke! Gue bohong terus kenapa? Apa masalahnya buat lo?”

“Kenapa?” Nadia bertanya dengan lirih “Lo anggep gue apa? Lo bilang ini yang namanya sahabat? Hah! Lo udah bikin gue ngerasa nggak punya muka sekarang! Lo bikin gue ngerasa kalo gue nggak ada harganya, lo bikin gue sadar kalo gue sayang sama lo terus lo bilang ke gue kalo lo mau tunangan dan sekarang lo bilang itu bohong? Sasti? Siapa itu sasti? ”

“Lo emang sayang sama gue” Malvin menggemakan kalimat Nadia   

“Tapi nggak penting lagi, sekarang lo bikin gue muak!” Nadia berlari menuju kamarnya dan terdengar suara batingan pintu yang cukup keras. Malvin menghela napas berat, tidak seharusnya begini, tidak seharusnya dengan cara ini.

Nadia mengurung diri di kamar sampai hari ulang tahunnya, kedua orangtuanya dan Tama jadi kebingungan sendiri. Ditambah lagi Malvin yang biasanya bertamu sesuka hati malah menghilang.

“Sayang, waktunya kamu siap – siap” Mama masuk ke kamar Nadia lalu mengelus kepala anaknya yang sedang berbaring di ranjang.

“Aku mau batalin acara ulang tahunnya Mam” Ucapnya lirih, Mama menghela napas. Sudah berkali – kali Nadia mengatakan hal yang sama, tapi tidak mungkin, semua sudah dipersiapkan, semua kerabat sudah diundang, jadi tidak mungkin dibatalkan.

“Nggak bisa sayang, ayo dong kalo ini bukan buat kamu sendiri lakukan ini buat sahabat dan kerabat kita” Nadia tersenyum mendengar kata sahabat. Sahabat? Mana tuh sahabat gue yang udah buat gue begini?Malvin?
  
“Ayo sayang, siap – siap?” Nadia akhirnya pasrah dengan berjalan malas ke kamar mandi, Ini ulang tahun terburuk sepanjang hidup gue!

***
Terimakasih telah memilihku, aku milikmu - Malvin

Ulang tahun Nadia berjalan cukup meriah, tapi kalau diperhatikan wajah si empunya acara malah tidak bersahabat. Nadia terus – terusan duduk di meja bagian belakang restoran tersebut. Baru ketika Mama menyeretnya untuk berkumpul dengan tamu yang datang, dengan ogah – ogahan Nadia menyapa tamu – tamunya. Nadia sudah mulai menstabilkan mood, sampai tiba – tiba tamu yang tidak diundang datang. Malvin? Kapan gue ngundang dia?
 Malvin datang bukan langsung menemuinya, malah naik ke panggung yang ada di restoran tersebut dan mulai bicara,

“Selamat ulang tahun Nadia Prasasti. Semoga kamu tetap menjadi Nadia yang kulihat selama ini” Malvin memulai pidatonya, Nadia hanya bisa diam sambil melihat seseorang yang telah menipunya, yang tak mampu dipungkirinya adalah orang yang saat ini merajai hatinya. “Nadia yang selalu membantu orang lain tanpa sadar, yang selalu ada kapanpun orang lain membutuhkannya, selalu memaafkan kesalahan orang lain. Semoga kesalahan gue juga bisa dimaafin” Malvin terkekeh sendiri.

“Kemarin gue buat dia kesel, marah mungkin dan sekarang gue di sini mau minta maaf. Maafin aku Nad, buat hari – hari ini, buat bikin kamu nangis, buat bohong ke kamu. Aku memang mau tunangan sama Sasti, tapi sebelum itu aku mau minta dia jadi pacarku dulu” Nadia sudah ingin menangis, jadi memang ada perempuan lain. “Kalau kemarin dia udah bilang sayang aku, sekarang aku mau bilang sama dia. Aku sayang kamu Nadia Prasasti” Nadia tersentak, Malvin jelas – jelas sedang memandangnya dengan lembut.

“Nadia, gue sayang sama lo, mau nggak jadi cewek gue?” Ucapan Malvin

“Sayang selamat ya” Papa dan Mama memeluknya sambil mengucapkan selamat, Nadia masih bingung, tapi mulai mengerti juga.

Jadi selama ini Malvin merencanakan semuanya untuk Nadia? Calon Tunangan Malvin itu gue?Dan dia sekarang sok nggak ngerasa bersalah udah mainin gue kemarin?Cowok!!!

“Ehm, Sasti itu?” Nadia merasa sebentar lagi dia pingsan. Semua orang melihat ke arahnya dengan tersenyum termasuk orang tuanya, semua tamu, bahkan Tama juga tersenyum – senyum.  Bodoh!

“Jadi kamu mau nggak jadian sama aku, Nadia Prasasti?’ Tanya Malvin sekali lagi dengan tersenyum lebar. Nadia bahagia sekali, dia mengangguk dengan malu – malu lalu langsung berlari menjauh menuju taman depan restoran, semuanya bohong? Dan dia sendiri, Nadia Prasasti, adalah calon tunangan Malvin yang selama ini dicemburuinya? Yang membuatnya menangis? Gue memang bodoh! Malvin pasti ngetawain gue selama ini!

Nadia langsung berbalik begitu mendengar suara batuk yang dibuat – buat, Malvin tentu saja. “Mau di sini sampai kapan? Kemarin katanya sayang, sekarang diajakin jadian malah kabur”

“Lo!” Deg deg deg, Nadia malu sendiri mendengar suara detak jantungnya yang begitu keras, Malvin tersenyum melihat Nadia yang salah tingkah.

Malvin berdehem, “Jadi kamu mau ngelanjutin acara ulang tahun kamu apa mau ngambek di sini sampai besok? Kita kan udah jadian sekarang, aku minta putus nih” Malvin pura – pura mengancam, Nadia masih ingin marah, tapi dia juga tidak bisa berbohong kalau dia sangat bahagia.

“Oke! Aku nggak marah sekarang, tapi lihat aja besok!”  Nadia gantian mengancam, Malvin tersenyum lebar sambil menggandeng tangan Nadia.
“Besok itu masih lama” Balas Malvin sambil tersenyum.

Acara kemudia dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun, Malvin dengan lembut mengecup kening Nadia di hadapan semua undangan, membuat Nadia tidak bisa berhenti tersenyum lebar. Dia bahagia, tentu saja.

“Selamat ulang tahun cantik, dan selamat, aku milikmu” Bisik Malvin lembut pada telinga Nadia yang langsung membuat wajah Nadia semakin merah.

“Dan aku milikmu” Balas Nadia 

  

2 comments:

Nurul Hidayah (NuerGic) said...

sweet banget ya :')

Unknown said...

Makasih udah bacaaa :) Masih perlu belajar banyak nih,.,