SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Thursday, July 5, 2012

Aku suka kamu, selesai


Hai-haiiii guys 
Ini cuma bakal ada dua part aja kok, jadi cepet selesai deh :)


"Kamu akan ditunangkan dengan anak sahabat Ibu"
Wajah Laras kaget sebentar, lalu datar lagi "Nggih, bu"
"Kamu keberatan? Merasa ndak nyaman? Ngomong saja sama Bapak atau Ibumu" tanya Pak Baron, Bapak Laras

"Ndak, Pak. Laras setuju saja apa keinginan Ibu dan Bapak" Laras diajarkan untuk menuruti apa kehendak orangtuanya, ayahnya berasal dari keluarga yang sangat memegang teguh budaya-budaya jawa, keluarga Ibunya pun begitu. Ditanamkan pada dirinya bahwa semua perintah orangtuanya adalah sebuah kebaikan, bertujuan baik. Dan selama ini dia membuktikannya. Saking menurutnya, Laras sering mengambil keputusan dengan meminta persetujuan orangtuanya. Hal yang membuat Ayahnya, terutama Ibunya yang lebih moderat, merasa gemas. Laras terlalu kalem dan terlalu menurut, hampir tidak pernah marah ataupun kesal. Bahkan ketika ibunya kadang mengerjai, seperti sekarang.
"Kamu memang anak kebanggaan Ibu nak, tapi jangan lempeng begitu terus dong. Kalau ada yang pengen diomongin ya mbok bicara, kalau ndak suka bilang sama Ibu ya?" Laras mengangguk, tapi tidak mengatakan apapun. Ibunya langsung cemberut dan mengirimkan sinyal pada suaminya.
Pak Baron berdeham "Lusa kita ketemu dia lho nduk, bisa kan?" Wajah Laras langsung mendung, sebenarnya lusa dia sudah janjian dengan sahabat kecilnya, Bisma, untuk shopping. Ibu dan Bapak pun tahu hal itu dan sengaja mengetesnya.
Bertentangan dengan kepentingannya itu Laras malah mengangguk "Bisa Bu, Laras ke kamar dulu, mau kasih tau Bisma sama Tia" Ibunya mengangguk. Saat melihat Laras sudah naik ke kamarnya, Bu Lintang, Ibu Laras langsung mengomel.
"Anakmu lho Pak, Kenapa dia jadi lempeng begitu sih? Jadi pengen tak cubit itu anak"
"Kok nyalahin Bapak sih? Ibu juga, dulu suka banget Laras itu nurut"
"Iya tau, tapi sekarang nurutnya kebangetan. Ibu gemes sekali sama anak itu"
"Yaudah, jadi sekarang kita beneran mau jodohin Laras?"
"Jadilah, nanti aku telepon Yanti biar urus itu sama nak Bramastya. Pokoknya Laras biar gaul sedikit, biar dia nggak nurut-nurut banget. Biar banyak ngomongnya"
Pak Baron hanya mengangguk tanda setuju sambil berharap semoga semua berjalan sesuai rencana mereka.
¤¤¤


MissTia: Ras? Serius lo mau dijodohin?

LarasKinan: -.-

Bismalicious: Serius lo mau dijodohin?

LarasKinan: Kalian mau tanya ini sampe berapa kali? Aku kan udah bilang tadi. Ini Chat grup kok isinya pertanyaan kalian yang itu lagi itu lagi sih?

Bismalicious: hehehe

MissTia: Ups!


Ternyata Bisma mudah melupakan rencananya shopping yang sudah disusun berminggu-minggu lalu dan malah semangat untuk mendengarkan gosip terbaru. Seharusnya Laras tahu itu.


Bismalicious: jadi...

LarasKinan: Huuhh,, aku tegasin sekali lagi ya, kata Ibu tadi aku mau dijodohin sama anak sahabat lamanya, namanya tante Yanti atau siapa, lupa.
Bismalicious: Dan lo setuju?
LarasKinan: Ya!
LarasKinan: Menurutku apa yang orangtuaku rencanaain pasti tujuannya baik
MissTia: Ckckck! Gue nyerah sekaligus takjub *standingovation*

Bismalicious: lol!! Gue juga, yah Tia, kita gimana nih? Kalah sama si Laras

MissTia: Haha,, iya. Gue aja yang gaul begini masih belum siap dijodohin. Kita baru lulus SMA tahun ini gitu, udah mau nikah aja

Bismalicious: Gue juga yang gantengnya sejagat begini belom berani ngelamar cewek

LarasKinan: Guys, Guys stop! Aku masih ada di sini ya! Kalian kalo mau ngomongin sana chatting sendiri, udah ah aku mau tidur. Bye

Bismalicious: Yee,, ngambek nih, yaudah Bye

MissTia: Haha,, biarin deh. Gue mau tau dia secakep ap

LarasKinan: Aku baru mau dijodohin, bukan mau nikah!! Ugh!!!

LarasKinan signed out

¤¤¤

Chatting dengan kedua sahabatnya kemarin malam sedikit mengacaukan pikiran Laras, dari kemarin teman-temannya terus meneleponnya untuk mengetahui perkembangan terakhir perjodohan Laras. Laras jadi sedikit kesal, dia sering kesal pada sahabat-sahabatnya, hal yang jarang dirasakannya untuk kedua orangtuanya atau orang lain. Laras lebih bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya pada sahabat-sahabatnya daripada siapapun. Laras mulai terpengaruh bisikan-bisikan hiperbolis kedua sahabatnya itu, apa sebenarnya tujuan perjodohan ini? Apa benar untuk menikahkannya? Laras bergidik membayangkan akan menikah dengan orang yang tidak dikenalnya. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Untuk pertamakalinya dia ragu dengan keputusan kedua orangtuanya, tapi seperti yang selalu diajarkan orangtuanya dia tidak akan melawan.
“Ini Nak Larasnya? Aduh ayu tenan kowe cah ayu” Suara seorang perempuan yang memuji kecantikannya membuatnya kaget dan langsung tersadar. Laras tersenyum, sudah banyak orang yang menyebutnya cantik, bukan cantik seperti perempuan eropa, tapi cantik sederhananya wanita Jawa. Kulit Laras hitam manis, wajahnya tirus, badannya kecil langsing karena sering berolahraga pagi dengan kedua orangtuanya juga karena minum jamu buatan Mbok Warsih, pembantu di rumahnya, kalem, wajahnya sabar penuh senyum, tipe-tipe menantu idaman.
“Gimana Yan? Anakku cantik kan?” Tanya Ibu Laras pada tante Yanti setelah tante Yanti duduk. Tante Yanti mengangguk
“Iya, cantik sekali. Ayu gadis jawa begitu. Lama sekali ndak ketemu kamu sama Ibumu lho nak Laras. Sudah berapa lama aku pindah ya Lin?” Tanya Tante Yanti pada sahabatnya. Tante Yanti baru kembali dari Inggris karena ikut tugas suaminya. Menurut Ibunya, Tante Yanti ini hanya mempunyai dua anak, anak pertamanya yang akan dijodohkan dengannya. Namanya masih disamarkan. Sebenarnya Tante Yanti sudah kembali dari Inggris setahun yang lalu, tapi baru setahun kemudian bertemu lagi dengan orangtua Laras. Anak-anak Tante Yanti sudah pindah ke Indonesia dua tahun yang lalu karena merasa kangen pada nenek mereka. Hanya sebatas itu yang Laras tahu, yang lainnya masih dirahasiakan oleh Ibunya. Kata beliau agar Laras mau mengenal sendiri calon jodohnya.
“Delapan tahun yang lalu sepertinya, pas Laras kelas 4 SD dan Bramastya kelas 6 SD” Laras langsung siaga, Bramastya? Jadi nama laki-laki anak tante Yanti namanya Bramastya? Dan dua tahun  lebih tua? Laras semakin meragukan keputusan orangtuanya. Dua tahun lebih tua, itu berarti sudah kuliah. Karena ini tahun ajaran baru berarti si Bramastya itu sudah masuk ke semester 5, sudah siap menikah dong. Jangan-jangan kata-kata sahabatnya ada benarnya. Jangan-jangan dia benar-benar akan dinikahkan? Oh ini mimpi buruk!!
“Ras, maafin mas Bram ya, dia masih ada tugas kuliah. Jadi dia ndak bisa datang” Kata tante Yanti tiba-tiba.
Laras tersenyum menenangkan, dalam hati dia juga merasa lega. Semakin lama dia bertemu dengan Bramastya, semakin lama juga pembicaraan yang mengarah pada perjodohan “Nggak apa-apa tante, Laras ngerti”
“Hhh” Tante Yanti mendesah senang “Seneng banget kalau punya menanti seperti Laras ya Lin?”
Laras langsung tersedak padahal dia tidak sedang minum apapun.
            ¤¤¤

Karena perkembangan yang mengejutkan ini Laras kembali mengadu kepada sahabat-sahabatnya lewat chat grup. Baru Bisma yang online, maklum karena ini baru musim liburan sambil menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi, jadi Tia sedang berlibur di rumah neneknya di Kalimantan, sinyal sulit. Bisma sih lebih senang shopping daripada apapun, jadi dia lebih suka menghabiskan waktunya tanpa bepergian keluar kota.


LarasKinan: Gimana nih? Sepertinya aku benar-benar akan nikah muda

Bismalicious: lol!! Hahha gue nggak nyangka lo bakal nikah duluan. Cerita lo tadi tuh udah sinyal yang kuat

LarasKinan: Haduhh, terus aku harus gimana?

Bismalicious: Hahaha,, yaudah duduk manis aja jeng! Gue tunggu undangannya

MissTia is online now

LarasKinan: Bisma? Jahat!!!

MissTia: Hei hei hei, gue baru dateng kok udah ribut aja. Waduh gue baca cerita di atas kok kayaknya gawat banget sih?

Bismalicious: Tuh katanya si emak juga gitu kan. Pasrah aja deh Ras

MissTia: Heh Bisma!! Sableng! Jangan nakutin si Laras dong!! Gue tendang nanti lo

Bismalicious: Ups! Maap maap


Semuanya terdiam, satu detik,, dua detik,, tiga detik...


MissTia: Ras?

LarasKinan: Ya?

MissTia: Lo baik-baik aja?

LarasKinan: Iya, thanks

MissTia: Bisma?

Bismialicious: Yap!

MissTia: Yap? Mana minta maafnya?

Bismalicious: hehhe,, maafin gue ya Ras sayang. Gue tadi cuma bercanda. Kita bakal bantuin lo kok. Ya kan mak?

MissTia: Iya bener, lo mau gue pulang sekarang? Lo mu gue dateng ke rumah tu cowok biar nggak mau dijodohin sama lo? Gue ancem dia? Gue guna-gunain dari sini? Atau gimana?

LarasKinan: Hehehe,, jangan ah. Kasian

LarasKinan: Biar aku aja yang nyelesaiin. Kalian doain aja deh :)

MissTia: Yaudah deh, semangat yaa J

Bismalicious: Wah sayang banget nih, padahal gue pengen ngeliat tuh cowok minta ampun sambil jalan pincang terus perutnya buncit diisi paku sama emak

MissTia: Bisma!! Ngomong lo ngaco deh, gue guna-gunain lo baru tau rasa

Bismalicious: Eh ampuuuuun!!

LarasKinan: Hahahahaha

Walaupun belum mendapatkan solusi apapun, Laras senang masih bisa berbagi cerita dengan sahabat-sahabatnya.

                                                           ¤¤¤
Bramastya, Bramastya Eka Putra. Baru sekali ini merasa aneh dengan permintaan orangtuanya. Dijodohkan? Dia sering mendengarnya dari cerita-cerita teman-temannya di kampus. Ternyata itu juga yang akan dialaminya. Dia sebenarnya setuju-setuju saja, asal calonnya juga “menarik”, tapi melihat foto yang diberikan mamanya, dia merasa bahwa anak ini akan sangat “menarik”. Dia juga sudah menyuruh salah satu staff di kantor Papanya untuk menyelidiki latar belakang serta semua data tentang gadis itu, Laras Kinanti.
          Bram membuka lembar pertama data diri Laras. “Laras Kinanti, 18 tahun, baru tamat SMA dan akan melanjutkan pendidikan di Universitas Bakti Luhur jurusan psikologi---” Mata Bram membelalak sebentar, ternyata Laras akan berkuliah di perguruan tinggi yang sama dengan dirinya, tapi di jurusan yang berbeda, Bram mengambil jurusan manajemen.
           “--bersama kedua sahabatnya dari kecil, Bismaranda Muljono dan Tiara Pramudia. Kedua sahabatnya mengambil jurusan berbeda. Bismaranda mengambil jurusan teknik kimia sedangkan Tiara mengambil jurusan kedokteran hewan. Hobi Laras: Olahraga pagi dengan kedua orangtuanya, memasak, membatik bersama neneknya, membaca, berkebun, bermain tenis dengan kedua sahabatnya, shopping dengan Bismaranda, pergi ke kebun binatang dengan Tiara, dan chatting” Bram tertawa kecil membaca hobi-hobi Laras. Ternyata anak itu cukup random dalam hobinya.
          “Sangat menyukai kegiatan yang dilakukan bersama sahabat maupun keluarganya, benci kotor, sangat lembut, baik dengan semua orang, suka tersenyum, tidak pernah membantah, tipe perempuan jawa yang kalem. Hum,, seperti putri jawa aja” Bram melanjutkan membaca, semua data tentang Laras menunjukkan semua yang baik-baik. Bram melanjutkan dengan lembar kedua dan kembali terbelalak, “Hah? Apaan nih? Buat apa Pak Rahmat pake nulisin ukuran-ukuran beginian, ukuran bra? Emang gue mau beliin apa?” Tapi setelah berkata seperti itu Bram maloah melanjutkan membaca “Wow! Semua ukurannya proporsional, ni cewek keren banget, menarik!”
          Tapi dia belum memutuskan apapun, walaupun dari data-data ini menunjukkan betapa menariknya Laras, tetap saja dia belum bertemu dengannya. Besok rencananya keluarganya akan bertemu dengan keluarga Laras untuk membicarakan perjodohan mereka.
     Keesokan sorenya, Bram, Pak Bintoro, Tante Yanti, dan Dimas adiknya yang baru kelas 6 SD datang berkunjung ke rumah keluarga Laras. Bram bersemangat untuk melihat langsung bagaimana Laras itu.
     “Kamu kok ganteng banget sih Bram? Hari ini aja apa kemarin-kemarin juga ya?” Bram tersenyum kecil
    “Papa nih, ya jelas jadi ganteng lah wong mau ketemu calon jodohnya kok. Iya kan Bram?” Mamanya malah menggoda. Bram tidak menanggapinya.
     Sesampainya di rumh keluarga Laras, ternyata mereka telah ditunggu. “Selamat datang Yan, Bin di rumah kami ini” Sambut Pak Baron dan istrinya.
    “Wah, rumah kamu enak banget ya Lin, asri tenan lho” Puji Tante Yanti pada sahabatny. Obrolan mereka lalu berlanjut pada nostalgia saat mereka kecil hingga menikah. Masalah Laras dan Bram malah belum tersentuh sama sekali, membuat Bram kesal, tapi Laras kelihatan tetap sabar. Bram sempat berpikir, Laras itu apakah memang seperti ini? Ini sih bukan kalem, tapi sudah seperti patung. Keluarga Bram memang sudah tidak terlalu dipengaruhi oleh budaya-budaya Jawa, keluarganya lebih moderat. Untuk panggilan orangtua saja dia memakai sapaan Mama dan Papa, mungkin itu juga karena mereka pernah tinggal di luar negeri. Bram masih terus berspekulasi ketika panggilan Ibunya mengusiknya, “Bram, kamu mau diajak berkeliling sama Laras itu lho, ayo jalan-jalan keliling rumah. Biar kalian tambah akrab” Bram langsung mendongak dan tatapannya bertemu dengan Laras, tapi Laras langsung menundukkan tatapannya lagi.
¤¤¤
          “Kamu maunya gimana sih? Mau kita dijodohin apa nggak?” Tanya Bram tiba-tiba membuat Laras kaget.
          “Maksud Mas Bram apa?” Bram langsung geli, baru pertamakalinya dia dipanggil Mas oleh seorang perempuan.
          “Kenapa panggil Mas sih?”
          “Maaf, jadi maunya dipanggil apa?”
          Bram langsung salah tingkah, baru pertamakali dia bertemu perempuan kalem seperti ini, beberapa gadis jawa yang dikenalnya pertamakali akan memiliki kesan seperti Laras, tapi setelah diajak ngobrol pasti sudah keluar jeleknya. Sedangkan Laras sepertinya memang kalem dari sananya. “Panggil gue Bram aja”
          “Tapi itu nggak sopan kan? Laras takut kalau nanti Ibu dengar malah dimarahin”
          “Hah? Terserah deh mau manggil gue apa. Mas juga nggak apa-apa deh” Laras lalu mengangguk. Mereka terdiam cukup lama, Bram jadi kesal “Eh, lo kok diem, kan tadi gue tanya lo nggak nolak kita dijodohin?”
          “Maaf, tapi selama itu bisa bahagiain Ibu, Laras mau. Mas Bram menolak ya? Maafin Laras ya Mas sampai kita bisa dijodohin”
          Bram langsung mengusap wajah, ini cewek berasal dari abad berapa sih???!
          Selesai acara berkunjung ke rumah keluarga Baron, Bram merasa salah waktu. Gadis itu seharusnya sudah punah dari seratus tahun yang lalu di Jakarta, atau berpuluh-puluh tahun yang lalu di Jogja atau Solo. Gadis itu sangat ayu dalam bertindak, cerdas, tapi penurutnya luar biasa.
          “Mana ada cewek macam begitu di jaman sekarang? Pasti Laras mau ngetes gue. Dia pasti cuma pura-pura” Bram bergumam sendiri dalam mobil.
          Setelah malam kejadian itu, Bram merasa harus mengeluarkan sisi asli Laras yang diduganya pasti sama dengan cewek-cewek yang biasa dia kenal. Sementara Laras tetap bercerita pada sahabat-sahabatnya lewat chatting
          Bismalicious: Gimana Ras? Cakep anaknya?
          MissTia: jangan kasih tau, nanti mau diembat Bisma
          Bismalicious: Enak aja, gue suka cewek ya. Gue cowok sejati tau
          LarasKinan: Hehehe, cakep kok kelihatannya juga baik, tapi...
          MissTia: Tapi kenapa?
          Bismalicious: Kenapa?
         
          Laras bingung, apa dia harus mengatakannya pada kedua sahabatnya, Ini sangat pribadi dan dia merasa itu kurang pantas untuk menjadi konsumsi umum, tapi mereka kan sahabatnya.

          LarsKinan: kayaknya Mas Bram nggak suka dijodohin sama aku deh

Semua terdiam karena membaca kiriman Laras, lalu datang jawaban yang datang bertubi-tubi

          MissTia: APA? BERANI-BERANINYA!!!!
          Bismalicious: What? Wow!!
          MissTia: Gue butuh alamat sama rambutnya, gue dua minggu lagi pulang
          Bismalicious: lo bisa manfaatin ini, kan lo kemaren ragu mau dijodohin apa nggak, ini pertanda
          Bismalicious: pertanda kalo lo harus batalin perjodohan ini
          MissTia: Jangan mau dijodohin sama dia kalo gitu
          MissTia: Bisma bener
          LarasKinan: Hei!!! Kalian!
       Bismalicious: Ups! Kami kelepasan lagi, sorry ya. Tapi gue saranin lo batalin aja tuh perjodohan kalian
          LarasKinan: Bisma?!!
          Bismalicious: Ups!!
          LarasKinan: Kalian kan selalu tahu, ini keputusanku. Aku bakal menjalaninya
          MissTia: Oke, tapii
          LarasKinan: Nggak ada tapi-tapi
          Bismalicious: Oke
          MissTia: Okeeee
          LarasKinan: Thanks J Bisa ki ngomong yang lain?
          Bismalicious: Gue kemarin dapet baju keren banget,,
          MissTia: Jangaaannnnnnn

          Laras menikmati saat-saat seperti ini, tapi ternyata ini tidak berlangsung lama. Setelah acara perkenalan kemarin. Ibu dan bapaknya telah menjadwalkan berbagai kegiatan yang melibatkan Bram. Mulai dari olahraga pagi yang seharusnya milik mereka bertiga sekarang Bram ikut, makan siang di rumah Laras, belanja bulanan dan segala macamnya. Laras bukannya tidak menyadari atau pura-pura tidak tahu, tapi dia akan tetap menjalaninya, seperti sekarang karena dua minggu lagi mereka akan masuk kuliah, Bram dihubungi untuk menemani Laras ke toko buku. Laras sudah mendapat daftar buku apa saja yang wajib, jadi mudah untuk mencari referensinya.
          “Mas, kamu mau makan abis ini?” Tanya Laras pada Bram setelah mjereka keluar dari toko buku. Bram sudah mulai terbiasa dengan panggilan mas dari Laras, tapi dia masih bingung dengan tingkah Laras yang seperti perempuan zaman Kartini. Dia belum percaya kalau ini Laras sebenarnya, dia sudah mulai menyukai Laras, tapi rasanya aneh. Dia belum membuat keputusan
          “Kamu mau makan di mana?” Tanya Bram sambil mengambil plastik buku dari tangan Laras. Laras menyadari kalau selama ini Bram sangat memperhatikannya melalui hal-hal kecil, seperti saat ini membawakan plastik berat berisi buku.
          “Terserah Mas Bram aja, aku ikut aja” Bram juga sudah terbiasa memilihkan makanan untuk Laras karena Laras lebih suka ngikut.
          “Aku mau makan ayam bakar aja ya ras?” Laras kemudian mengangguk dan mengikuti Bram yang sudah berjalan menuju foodcourt. Setelah mereka duduk, sambil  menunggu makanannya datang mereka mengobrol. Laras cukup enak diajak berbicara, awalnya Laras agak sedikit malu-malu, tapi Bram dengan sabar membuat keadaan senyaman mungkin untuk Laras bicara. Sekarang Laras lebih cerewet saat bersama Bram, sedikit. Pak Baron dan istrinya juga melihat perubahan pada Laras dan menyukainya, ternyata keputusan mereka untuk menjodohkan Laras dengan Bramastya ada benarnya.  “Kamu udah siap buat ospek minggu depan?” Hari ini hari Sabtu, jadi resminya dua hari lagi Ospek akan dilaksanakan.
          “Siap sih, nanti Laras kan ada temennya. Bisma sama Tia”
          “Kamu nggak mau aku anterin?”
          “Eh? Bukan begitu, tapi Laras sudah janji sama Tia, kami kan satu arah. Kalau nanti Mas Bram jemput kan kasian, rumah kita berlawanan”
          “Oh,, kirain kamu nggak mau aku anterin” Suasana langsung canggung, Bram sengaja mengatakannya untuk memancing reaksi Laras, tapi sepertinya Laras tidak terpengaruh.
          “Mas, aku boleh tanya sesuatu kan?” Tanya Laras bertepatan dengan datangnya pelayan yang membawa pesanan mereka. Sebelum Bram menjawab terdengar panggilan dari seseorang,
          “Laras?” Laras menengok, Bram juga. Laras terdiam kemudian tersenyum sementara Bram agak kaget melihat teman-teman Laras. Mereka seperti perempuan-perempuan gaul jakarta lainnya. Baju ketat dan celana pendek, serta tindikan di berbagai tempat seperti hidung, alis, sudut bibir, dan telinga. Mereka kelihatan sangat bertolak belakang dengan Laras yang anggun dengan blouse hijau terang dan rok panjang warna putih bunga-bunga.
          “Mbak Linda sama Mbak Kinar? Apa kabar?” Laras berdiri dan langsung mencium pipi mereka, kelihatannya mereka akrab. Laras kemudian teringat bahwa tadi dia tidak sendirian, dia bersama Bram. “Eh,, Mas Bram,, Eh ini kenalin, Mbak Kinar sama Mbak Linda, mereka, eh,, mereka temenku” Bram dengan cepat menguasai diri langsung bangkit menyalami keduanya, Kinar dan Linda langsung berusaha menarik perhatian Bram dengan berbicara manis. Laras hanya tersenyum masam, dia tidak terlalu menyukai keduanya jadi dsebenarnya dia kurang senang memperkenalkannya pada Bram. Tapi kan tidak sopan pura-pura sok kenal atau malah tidak mengacuhkan mereka. Mereka adalah anak tiri Mbok Warsih, pembantu di rumahnya. Gayanya saja sering membuat Laras sendiri menghela napas atau mengurut dada. Akhirnya dengan sedikit tatapan tajam dari Bram mereka menyingkir dan berpamitan.
          “Mas bram nggak apa-apa?” Tanya Laras khawatir, Bram mengangguk tanpa bicara. Mereka kemudian makan, tapi suasanannya sudah tidak menyenangkan lagi, kali ini suasanannya tegang, Bram lebih banyak diam, tapi tetap berusaha tersenyum. Saat Laras izin ke toilet Bram menggunakan waktu tersebut untuk menelepon staff Papanya, Pak Rahmat.
          “Pak Rahmat? Tolong cari tahu tentang Bismaranda Muljono dan Tiara Pramudia. Secara lengkap dan nggak boleh ada yang terlewat” Sepertinya kali ini waktu yang tepat untuk membuktikan siapa dan bagaimana sebenarnya Laras. Tadi dia cukup kaget melihat teman-teman Laras, dia jadi meragukan kembali tingkah laku Laras selama bersamanya.
          “Gue harus melakukan sesuatu dan ini saatnya”

No comments: