SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Sunday, May 27, 2012

Kita? part 1a

"Kamu jalan sama siapa kemarin?" Suara di seberang langsung menuntut sebuah jawaban saat dia mengangkat telepon. Tubuhnya yang sudah lelah terasa mau limbung saat dimarahi oleh seseorang yang begitu dicintai dan begitu ingin dibunuhnya disaat yang sama.

"Sama temenku, kok kamu tahu?" Helaan napas berikutnya muncul, dia berusaha untuk tidak menceritakan apapun yang akan membuatnya marah, tapi tetap saja pria di seberang itu tahu.

"Please, Aku capek. Bisa kita berhenti sekarang dan meneruskannya besok?" Tanpa menunggu jawaban Donnie di seberang dia memutuskan sambungan. Tubuhnya sudah tidak kuat diajak berjalan, jadi dia menyerah dan duduk di kursi lorong rumah sakit yang sepi


dan gelap


***


Veya membuka mata dan langsung menutupnya kembali. Kepalanya serasa mau pecah karena silau dan pusing, dengan refleks dia menghalau sinar lampu yang menyerangnya. Veya mengerang kecil, tenggorokannya serasa terbakar. Hal yang membuatnya teringat bahwa, dia belum minum apapun sejak tadi siang karena menghawatirkan kakaknya dan juga karena Donnie!! Laki-laki yang begitu dicintainya, tapi juga sumber kesedihannya. 

Donnie adalah pacarnya sewaktu kuliah di Jogja, Donnie dulu berkuliah di jurusan kedokteran sementara dirinya sendiri di jurusan akuntansi. Pertemuan mereka terjadi saat acara bakti sosial yang diadakan komunitas mahasiswa yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah tiga tahun lalu. Saat liburan berlangsung, komunitas mahasiswa kampus mereka mengadakan bantuan kesehatan dan pasar murah di sebuah desa, Donnie tentu saja bertugas di tempat pemeriksaan gratis, sedangkan dia bertugas di bagian pasar murah. Karena siang itu begitu terik Veya berkeringat dan pusing. Dia tidak pernah terbiasa dengan udara panas. Berkali-kali Veya mengelap keringatnya, tapi tetap saja keringatnya tidak habis-habis, ditambah lagi dia sedang menstruasi saat itu. Saat matahari sudah di puncak kepala, Veya sudah merasa tidak kuat, dia jatuh pingsan diantara keramaian pembeli di pasar murah. Semua heboh dan langsung ribut untuk menolongnya, Donnie yang dipanggil langsung sigap menggendong dan memberikan pertolongan pertama. Saat itulah mereka berkenalan, dan sejak itu Donnie sering melihat keadaan Veya, mencari-cari alasan untuk bertemu dengannya. Bukan sebuah cerita cinta istimewa sebenarnya, tapi siapa sih wanita yang tidak luluh walau hanya mendapatkan perhatian-perhatian kecil?

"Kamu udah makan? Jangan lupa makan ya, nanti kamu pingsan lagi."

atau

"Kamu mau pergi sendiri? nggak baik pergi malem-malem, aku anterin ya" Perhatian Donnie mulai mengisi hari-harinya. Memang kadang terasa mengganggu, tapi dulu Veya yang sedang terpesona dengan semua sikap baik dan usaha Donnie untuk mengambil hatinya merasa bahwa, semua yang Donnie lakukan adalah cara untuk menunjukkan rasa sayangnya.

Sampai suatu saat mereka akhirnya resmi bersama, lagi-lagi bukan melalui sebuah cara yang istimewa, hanya makan malam bersama, saat pulang mengantarkan Veya ke rumah kosnya, Donnie menyatakan cinta.

"Kamu mau jalan sama aku? Kita mencoba bersama? Aku sayang kamu, yang lain nggak penting lagi" Mendengar hal itu, Veya dengan senang hati mengangguk mengiyakan. Saat itu dia berpikir bahwa keputusannya sudah sangat tepat, tapi mungkin sekarang dia harus berpikir ulang. Mereka sudah putus, lalu...

"Ehm" Suara dehaman menyadarkannya dari lamunan, dia baru sadar, dari tadi dia masih berbaring di tempat aneh bercat putih. Apa dia masih di rumah sakit? Tadi dia baru saja akan pulang setelah menunggui kakak iparnya yang baru melahirkan di salah satu rumah sakit di kota Solo. Kakaknya sudah datang untuk menggantikannya, jadi dia sudah bisa beristirahat pulang. Tapi saat akan pergi, tiba-tiba dia merasa pusing. Apalagi ditambah dengan omelan Donnie tentang hal yang tidak penting.

Veya kemarin berangkat dari rumah orangtuanya di Klaten memang diantar oleh sahabat kakaknya yang juga ingin menjenguk, dia sengaja tidak memberitahu Donnie karena tahu pasti akan dimarahi ternyata tetap saja kena semprot.

"Ehm" Veya tergagap lagi, dia mau tidak mau mendelik kesal pada dokter muda yang berdiri di samping ranjangnya, Kenapa dari tadi berdeham terus? Ngomong kek!! Jadinya dia tidak akan malu karena ketahuan melamun sejak tadi.

"Maaf dok, saya nggak apa-apa kan?" Tanya Veya lirih,  suaranya terdengar serak dan tenggorokannya sakit.

"Kamu hanya terkena gejala flu dan darah rendah. Tidak usah khawatir, hanya istirahat dan minum vitamin saja" Veya merasa Dokter itu sepertinya sangat anti sekali padanya, entah kenapa. Dia sedikit merasa tersinggung dengan perlakuan dokter itu, dokter macam apa yang memandang pasiennya saja tidak mau? Umur mereka kelihatan sebaya, Veya sudah berumur 23 tahun dan bekerja di kantor akuntan di Solo, sedangkan Pak Dokter sepertinya berumur sama. Seperti tampang-tampang dokter kebanyakan, dokter ini tampan, tinggi, tegap. Mau tidak mau Veya merasa takjub dan kehilangan kata-katanya saat memandang wajah dokter itu.

Seharusnya Veya sudah terbiasa dengan aura seperti ini, aura seorang dokter yang berkharisma, Donnie memilikinya. Tapi ternyata dia masih juga sulit bernapas di hadapan dokter itu. Untung menghapus salah tingkahnya, dengan cepat Veya turun, tapi langsung menyesalinya. Ternyata kakinya belum kuat menopangnya berdiri, saat akan ambruk Pak dokter ber name-tag Dana itu segera merengkuhnya kemudian mendudukkannya di ranjang.

Dengan suara dinginnya dia secara tidak langsung memarahi Veya "Saya sudah bilang kamu istirahat dulu, bagaimana kalau kamu terbentur sesuatu? kamu nggak apa-apa?" 

Veya yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami hanya mengangguk lemah, dia terjebak antara mabuk dengan parfum Dana yang harum dan kepalanya yang masih pusing. Veya menengadah untuk mengucapkan terimakasih dan minta maaf, tapi saat dia akan mengucapkan kata itu, pandangannya tertuju ke arah lain.

Arghh,, kenapa dia datang saat waktu yang salah? Dengan posisi Dana yang sangat dekat dengannya pasti akan menimbulkan kesalahpahaman. Veya menelan ludah.

Pasti Donnie akan membunuhku!!


Eh,, apa Veya sudah menjelaskan? 
Sebenarnya Veya sudah putus dengan Donni dua bulan lalu!!


3 comments:

Unknown said...

Asiik cerbung baru :D

jd ini msalahnya si Donni masih suka y sbnernya sama Veya?
Kyaknya seru dehh, lanjut y kak.

Unknown said...

Baca part selanjutnya deh ;) udah ada tuh

Unknown said...

okee