SELAMAT DATANG!

Welkom! Wellcom!!benvenuto!willkommen!Bienvenue!!
Semua kata diatas berarti SELAMAT DATANG! dari Indonesia.
Semoga kalian-kalian yang mengunjungi blog ini akan merasa nyaman dan nggak pulang pulang kaya Bang Toyib, atau malah kesasar Nyari Alamat Palsu kaya Ayu Ting-Ting,,,,,,,
"DON'T COPAS PLEASE!!! TRY TO BE HONEST GUYS!!"
Semoga betah dan nggak kapok mampirr. :D

Wednesday, February 1, 2012

Protect Me!!!

Tuhan, aku ingin sehat
Kuat!
Bisa makan dengan bebas, bisa lari- larian dan nggak takut capek.
Bisa begadang tanpa takut besok masuk angin.
Bisa main ke rumah teman, sendiri tanpa perlu diantar jemput dan tanpa ada yang selalu telepon tiap satu jam sekali nanyain kabar
Dan nggak perlu diatur-atur sama cowok nyebelin kayak dia!!!

“Bang! Baksonya satu aja, jangan pake vetsin, jangan ada lemak. Sawinya yang banyak”
Aku hanya bisa menghela napas pasrah mendengar seseorang yang memesan bakso untukku tanpa menanyakan pendapatku. Seenaknya sendiri!
Itulah Kak Lio atau Lionel Perdana, tetangga seberang rumah, sekaligus anak sahabat kecil Ibu (Bunda Via) yang dari aku sebelum lahir sampai sampai sekarang udah kelas 1 SMA menemaniku. Ibu sama Bunda Via udah tetanggaan dari kecil, dari komplek yang dulu ada sampai komplek baru yang dirombak total dan direnovasi mereka nggak pindah-pindah. Kak Lio juga sahabat kakakku satu-satunya, Dimas Perdana, nama mereka belakangnya samaan karena Ibu sama Bunda saat itu janjian kalau anak pertama mereka lahir mereka akan memberi nama ‘Perdana’ sebagai nama belakang, entah itu cowok ataupun cewek. Untung saja aku bukan anak pertama, bayangkan saja namaku yang bagus, Adinda Sharalita, berubah jadi Adinda Perdana. Iyeeuuhhh!
Dan entah kebetulan atau takdir, tanggal lahir mereka pun sama. Mereka juga memiliki sifat yang miriiip banget, suka sekali mengatur hidupku!!!
Kak Lio duduk kembali di hadapanku. Aku bosan menunggu pesanan baksoku yang cukup lama, karena memang antreannya ramai sekali, mengambil kerupuk. Tapi, Hupp! Kerupuknya terlepas dari tanganku sebelum aku sempat mengangkatnya mendekat. Aku melotot kesal pada tangan dan pemiliknya bergantian, karena merebut kerupuk yang kelihatan renyah itu dari tanganku. Siapa lagi kalau bukan Kak Lio?
“Nanti lo batuk kayak kemarin dan suara lo ilang lagi. Kita kan nggak tahu ini bahannya berkualitas apa nggak” katanya lalu membuka plastik kerupuk tersebut dan memakannya. Aku hanya bisa melotot.
“Kok malah dimakan? Katanya, Kita kan nggak tahu ini bahannya berkualitas apa nggak?” kataku menirukan intonasi suaranya
“Gue kan nggak penyakitan kayak lo, gue bisa tahan kena penyakit” Aku langsung diam dengan sukses, tepat saat itu bakso yang kami pesan sampai. Baksoku yang sangat menyedihkan dan bakso Kak Lio yang sangat menggugah selera. Baksoku yang hanya berisi bola daging berjumlah satu buah!!!! Selebihnya berisi sayuran hijau menjijikkan yang memenuhi mangkukku, sawi! sementara bakso Kak Lio yang spesial dengan jumlah bola bakso yang lebih banyak dan karena ada gumpalan lemak yang kelihatan yummy. Walaupun nggak bakal se-yummy itu ketika ku makan. Aku pernah makan lemak sapi itu dan hasilnya kepalaku pusing sekali, aku nggak bisa tidur, hanya bisa menangis semalaman di pelukan mama dengan rintihan. ‘Sakit mamaaaaaa’
Sekarang melihat Kak Lio menambah saus, sambal, dan kecap lalu makan dengan lahap lemak-lemak itu aku jadi ngiler sendiri. Sepertinya Kak Lio sadar kuperhatikan, dia mendongakkan kepala dan dengan sengaja menyuap lemak yang bercampur saus, sambal, dan kecap. Gayanya berlebihan!! Bikin sebal!!
“Mau ya?” aku langsung mengangguk antusias
“Emang enak kok! Mau nyobain?” katanya menawarkan, aku pun dengan tersenyum lebar dan mengangguk semakin antusias. Melihat itu Kak Lio menyendokkan lemak sapi di mangkuknya dan mendekatkannya ke mulutku. Aku langsung membuka mulut dan memajukan wajahku, tapi saat sendoknya hampir tidak berjarak dari mulutku arahnya berbelok lalu masuk ke mulut Kak Lio. Lagi!! Aku pun langsung cemberut kesal, ditipu lagi!! Kak Lio malah ketawa ngakak.
“Hahahahahahahha!!! Lo mau gue ngasih ini??” tanyanya sambil menunjuk mangkuknya “Lo pikir gue gila? Waktu lo makan sebelum ini aja lo berisiknya minta ampun, nangis sepanjang malam. Berisik tahu!!”
“Kaaaakkk! Seupriit aja. Ya kaaaaak” kataku merajuk
“Nggak! Lo pikir gue Dimas yang masih bisa dirayu??”
“Ahhh. Yaudah deh” aku langsung menatap mangkuk baksoku dengan tidak semangat. Aku sudah makan dengan menu-menu seperti ini sejak kecil dan aku bosan setengah mati. Aku langsung beralih menatap Kak Lio yang kembali menekuni mangkuk baksonya lalu menatap botol saus dan kecap yang berjarak kurang dari 10 cm dariku. Sepertinya bisa. Tanganku perlahan-lahan mendekat ke arah botol saus, semakin dekat, semakin dekat. 8 cm, 4 cm, 2cm, daaaaan lenyap!! Hah? Aku langsung mendongak dan mendesah semakin pasrah. Botol sausnya berada di tangan Kak Lio.
“Yah, kakak. Tega banget siih?”
“Lo kan nggak boleh makan beginian, saus tomat itu asam banget” Jelasnya, Yaiyalah, memang sejak kapan saus tomat berubah jadi asin “Lo kan nggak boleh makan yang asam-asam, lambung lo nggak kuat, apalagi ini kan ada bahan pengawetnya, bahan kimia yang lain juga banyak, lo tahu ini pewarnya dari apa? Bisa aja ini pewarna pakaian seperti di TV itu” Selalu begitu, tapi pasti ujung-ujungnya dimakan sama Kak Lio juga. Nyesel deh pergi sama Kak Lio, mending tadi nungguin Kak Dimas aja, tapi kan Kak Dimas sekarang punya pacar jadi sibuk sama pacarnya sendiri.
Kak Lio kenapa sih nggak punya pacar juga? Kalau gitu kan aku nggak ada yang ngatur-ngatur begini? Heran deh!! Dia ganteng, Jelas! Tinggi 180 cm, kulit kecoklatan hasil main basket 1 on 1 sama Kak Dimas setiap sabtu siang sampai sore di lapangan basket komplek. Pinter! Terdaftar sebagai mahasiswa teknik perminyakan semester tiga di salah satu universitas negeri terkemuka, membuktikan kalau dia itu pinter. Kurang apalagi coba? Tapi heran banget si kakak satu ini nggak pernah kelihatan punya cewek dari kecil, padahal yang ngantre banyak. Cewek-cewek suka nitip cokelat atau hadiah ke Aku buat dikasihin sama Kak Dimas atau Kak Lio. Tapi biasanya cokelat-cokelat mereka mampirnya ke perutku juga. Sekolahku itu sekolah yayasan, TK, SD, SMP, dan SMAnya dalam satu komplek. Jadi Aku dan Kak Dimas yang beda 3 tahun selalu berangkat dan pulang bareng. Saat pulang pasti aku bawa tas plastik penuh hadiah, tapi sekarang karena mereka kuliah dan aku pindah sekolah jadinya nggak ada lagi yang ngasih hadiah.
“Ahhh, gue males makan” kataku mendorong mangkuk bakso
“Makan dong, kan lo tadi yang pengen banget makan bakso, punya gue aja udah abis” Suaranya melembut, saking lamanya aku kenal dan hidup tetanggaan sama Kak Lio dia jadi paham kapan aku marah, seneng, ataupun sedih. Dia sering tiba-tiba ngetok kamarku karena dia denger aku males makan karena nggak suka sama menunya dan dia langsung ngajakin aku keluar makan. Dia beliin makanan kesukaanku, siomay bandungnya mang cecep. Dia orang yang nyebelin tapi juga orang yang paling ngertiin aku selain Ibu, Ayah, dan Kak Dimas.
“Nggak mau, gue udah nggak napsu” kataku ngambek. Dia langsung berpindah duduk di sampingku. Mengambil mangkuk baksoku, memotong bakso, dan mendekatkan sendok ke mulutku.
Say aaaaa” Katanya menyuruhku membuka mulut, aku pun membuka mulut dan mulai mengunyah bakso tanpa tambahan penyedap lain. Rasanya hambar seperti biasa, cuma asin gurih aja. “Lo manja banget sih!” katanya kemudian
“Ihh, biarin! Siapa suruh lo ngelarang macem-macem” Aku kembali membuka mulut. Kami dililatin sama orang-orang yang juga lagi makan. Tapi biarin, aku nggak perduli!!
“Itu kan demi lo juga, lo gampang sakit jadinya perlu dijaga. Aaaa lagi” aku membuka mulut lalu menutupnya kembali. Aku menggeleng melihat sawi yang bertumpuk terlalu banyak di sendok.
“Lo kan udah biasa makan ini” Katanya, tapi dia akhirnya mengurangi jumlah sawi. Aku makan lagi
“Gue bosen tau. 15 tahun hidup hidup gue makannya itu lagi, itu lagi” aku selesai makan dan meminum air mineral di meja. “Udah”
“Sawinya belum abis!”
“Tapi baksonya kan udah abis, gue kesini Cuma mau makan bakso” kataku sambil memeletkan lidah.
“Dasar! Yaudah gue bayar dulu” Kak Lio bangkit. Ini nih salah satu keuntungan gue jalan sama kakak-kakak yang cakep. Mereka selalu bayarin apapun belanjaan atau makanan gue. Gue tinggal jalan dan milih macem-macem, tapi gue tau diri juga kali.
“Udah. Pulang yuk!”
♥♯♥
Keesokan harinya...
“Dindaaa” terdengar teriakan dari bawah, teriakan Kak Dimas
“Iyaaaa, bentar” sekarang sudah pukul 06:15. Aku masih bersiap-siap untuk sekolah, biasalah cewek kan dandannya lama. Aku berjalan terburu-buru menuju ruang makan. Sudah ada Ayah dan Kak Dimas disana. Sementara Ibu masih di dapur menyiapkan kopi untuk Ayah dan Kak Dimas. Di depanku sudah tersedia bubur ayam. Aku selalu heran, kapan Ibu bangun, karena ini hasil masakannya sendiri, dan ini bukan bubur ayam instan. Aku yang terlahir prematur yaitu saat Ibu hamil 7 bulan akhir menjelang 8 bulan mengalami beberapa kelainan pada tubuhku. Aku begitu sensitif terhadap bumbu-bumbu instan maupun bahan-bahan kimia seperti saus. Kecap sih masih boleh asal nggak banyak-banyak. Aku bisa langsung muntah-muntah, pusing, bahkan demam.
Kata dokter daya tahan tubuhku lemah sekali, jadi mudah terserang penyakit. Jadi sejak kecil aku tidak bisa bebas melakukan apapun maupun makan sembarangan. Harus rutin minum vitamin dan olahraga. Semua harus dibawah kontrol dan pengawasan. Ngeselin!! Tapi aku sadar kalau itu memang harus dipatuhi, kalau tidak akan merugikan diriku sendiri. Seperti kemarin saat aku makan lemak sapi aku pusing semalaman, sebelumnya saat aku makan kerupuk terlalu banyak aku malah batuk-batuk dan suaraku hilang, sebelumnya lagi aku makan dengan saus karena saat itu aku makan dengan teman sekolahku jadi tidak ada yang melarangku, tapi kemudian aku menyesal karena pulangnya perutku sakit sekali dan aku harus dirawat di rumah sakit beberapa hari karena infeksi lambung. Intinya kesehatanku itu P-A-R-A-H banget!!!
“Dinda, nanti gue nggak bisa jemput ya. Soalnya gue mau nganterin pacar gue buat ketemu dosennya” Kata Kak Dimas sambil menyuapkan nasi goreng bersaus miliknya. Aku jadi ngiler.
“Oke gue bisa balik sendiri” Ucapku sambil menyuapkan bubur ayam dengan kecap milikku
“Nggak!! Siapa suruh lo balik sendiri. Nanti lo pulangnya dijemput Lio”
“Nggak usah! Nanti gue pulang sendiri aja” Kataku meyakinkan, hari ini ada sale di Gramedia jadi aku mau main dulu sama teman-temanku. Dan aku nggak mau gagal lagi.
“Dinda, biar Kak Lio yang jemput. Nanti kamu kecapekan, lagian kan ini masih musim hujan. Nanti kamu sakit” Ucap Ibu dari dapur yang hanya dipisahkan sekat sepinggang dari ruang makan.
“Yah Ibu. Dinda bisa jaga diri kok! Dinda kan juga punya temen, mereka bisa nganterin Dinda” Aku protes
“Daripada kamu ngerepotin teman kamu mending sama Lio aja deh. Lagian kan itu teman baru kamu, papa belum kenal” Papa ikut menambahi, aku Cuma bisa manyun
“Iya deh” akhirnya aku mengalah “Buruan Kak Dimas! Gue nanti telat nih” Aku berpamitan pada Ayah kemudian berjalan menuju dapur dan berpamitan pada Ibu.
“Vitaminnya diminum dulu!” Perintah Kak Dimas melihat vitaminku masih belum disentuh dari tadi.
“Gue udah telat” kataku sudah berpamitan pada Ibu
“Diminum dulu sayang, biar kamu tambah sehat” Kata Ibu akhirnya, aku langsung kembali ke meja makan, mengambil tablet yang terletak di meja dan langsung meminumnya dengan air.
“Da Ibu, da ayah” teriakku sambil berjalan cepat keluar.
Saat berjalan menuju garasi aku menengok rumah Bunda Via, sepi. Pasti Bunda sama Ayah lagi dinas dinas di luar kota lagi deh. Kalau jam segini sih Kak Lio belum bangun, dia nggak bisa bangun sebelum jam udah menunjukkan pukul 9 pagi, dia insomnia berat. Pas SMA dia sering tidur di kelas gara-gara baru bisa tidur pukul 3 pagi.
♥♯♥
Kriiiingggg...
Pas banget! Aku sampai di depan kelas tepat saat bel masuk berbunyi. Ini semua berkat Kak Dimas, hobi ngebutnya yang selalu bikin aku jerit-jerit ternyata berguna. Seharusnya dengan jarak yang ditempuh dari rumah sampai sekolah yang cukup jauh ditambah macet-macet dijalan membutuhkan waktu setengah jam lebih, tapi berkat Kak Dimas aku bisa sampai ke sekolah cuma 20 menit aja. Hebat!! Tapi nyebelin juga.
''Bita!'' sapaku pada teman baruku di SMA. Dia cerewet dan gembul, suka makan. Dia cocok sekali denganku walaupun kami baru berkenalan saat MOS.
''Lo selalu last minute deh'' omel Bita, dia kelihatannya sedang menikmati m&m bungkus kesekian. Karena beberapa bungkus bertebaran di atas meja.
''Hehehehehehehe'' aku duduk di samping Bita ''biasalah, gue kan mesti dandan dulu''
''Dasar cewek! Semuanya sama aja'' Ucap Geo, cowok yang duduk di belakang kami. Dia selalu mengeluh tentang cewek, padahal dia sendiri sudah punya pacar. Cowok aneh!
Aku hanya mengabaikannya dan berusaha konsen pada pelajaran, karena gurunya sudah datang.
Aku suka sekolah di sini. Karena aku ingin mengalami suasana yang baru saat SMA, aku memutuskan pindah. Lagian di sekolahku yang lama banyak sekali fans fanatik Kak Dimas dan Kak Lio aku jadi gerah. Selain karena alasan tadi sekolah ini juga merupakan sekolah favorit. :)
Kurikulum, guru, jam belajar, proses pengajaran, kantin, toilet, laboratorium, sampai ke fasilitas olahraga, semuanya top banget deh.
''Nanti jadi kan?'' tanya Bita saat istirahat di kantin. Dia menyodorkan snack kentang padaku, aku hanya mengambil sekeping. Karena lebih dari itu aku nggak bisa nahan buat nambah lagi, nambah lagi. Nanti suaraku hilang lagi, nasib.....nasib!!
''Apanya??'' Tanyaku bingung, kami sedang duduk di depan kelas sambil melihat teman-teman sedang bertanding basket di bawah terik matahari.
''Ke sale bukunya!!!'' ucap Bita gemas, kami memang sudah merencanakannya seminggu yang lalu dan setiap hari dia seperti reminder, mengingatkan janji kami. Keterlaluan kalau aku lupa. :)
''Oh,, sorry, gue nggak bisa'' jawabku menyesal.
''Kenapa??'' katanya sambil menyemburkan kunyahan kripik kentang kearahku.
''Bita!'' aku berdiri sambil membersihkan bajuku.
''Biarin! Lo mau batalin janji sih'' aku langsung merasa bersalah
''Sorry Bit! Sorry buat janji kita yang harus dibatalin''
''Ahh, lo nggak asik nih! Kita kan udah janjian dari seminggu yang lalu. Nggak bisa dibatalin apa? Apa itu lebih penting dari janji kita?? Apa lo segitu nganggep nggak penting gue ya? Presiden aja kalo udah janji nggak bakal batalin kalo nggak emergency! Kalo nggak urgen-urgen banget. Lo Hmmmpptttt... hmmpttt” aku membekap mulutnya
“Stttt... diem dong Bit! Diliatin sama yang lain tuh. Gue emang ada emergency nih, sumpah gue nggak mau batalin janji kita” kataku lalu membuka bekapanku karena Bita sudah lebih tenang.
“Terus lo kenapa batalin?” tanyanya setelah bisa bernapas dengan normal
“Gue disuruh nyokap nemenin ke acara keluarga, sumpah gue juga dikasih taunya mendadak. Besok deh besok, besok masih ada kan?” aku langsung menggigit bibir, kebiasaanku kalau sedang berbohong. Maafin aku ya Bita, sumpah aku nggak niat boong sama kamu, tapi nanti aku mau di jemput Kak Lio. Aku nggak mau kejadian SMP ku terulang lagi.
“Hah! Mau gimana lagi? Gue besok nggak bisa, makannya gue jadwalinnya hari ini”
“Yahh!!” aku semakin merasa bersalah “Maafin gue ya. Lo pergi sama yang lain aja gimana?”
“Iya deh, nanti gue sama Diah aja” katanya menyebutkan nama teman sekelas kami.
“Iya, maaf banget yaa” kataku lagi, sepertinya seribu kali aku minta maaf pun aku nggak bakal bisa menebus kebohonganku pada sahabatku ini.
Maafin Ya Bita. Semua ada alasannya

No comments: