Kalau saja cinta bisa memilih siapa
dia, bagaimana dia, dan mungkin kalau bisa meminta lebih kita juga bisa memilih
bagaimana statusnya. Tapi ini bukan dunia yang seperti itu, ini dunia yang
penuh dengan realitas, ini dunia dimana kita berada. Aku dan Kamu - Nadia
Tiit.. tiit
Nadia
membaca sebuah BBM yang baru saja masuk dan mendesah
From
: Malvin
Nnti mlm temenin gw beli baju
Nadia
segera mengetik balasannya
To: Malvin
Sorry, gw mau nnton sama
Kesha
Kenapa
sih dia masih aja maksa? Ini jauh lebih sulit kalo dia begini terus.
Malvin adalah orang yang membuat hidup Nadia yang biasanya selalu tenang dan
damai, beberapa hari ini tidak lagi sama.
“Gue mau tunangan”
Sebuah kalimat yang langsung membuat Nadia susah tidur beberapa hari ini.
Seharusnya dia bahagia karena sahabatnya sedang berbahagia, tapi rasanya ada
yang salah karena, ehm,,
Dia menyayangi Malvin.
Seperti di film – film
ini bukanlah jenis sayang kepada sahabat, tapi rasa sayang seorang perempuan
kepada laki – laki. Sejak pemberitahuan itu Nadia berusaha menjauh dari Malvin,
tapi Malvin sepertinya tidak tahu atau tidak mau tahu. Malvin tidak curiga
dengan tingkah Nadia yang tiba – tiba terlalu sibuk, Malvin malah dengan tidak peduli
waktu mengganggu acara – acara Nadia yang sengaja tidak melibatkannya.
“Ah! Gue pusing!
Pusing!” Nadia berteriak –teriak sendiri di kamarnya karena membayangkan lagi
malam pengumuman itu. Untung Mama dan Papa masih bekerja dan Tama, adiknya juga
sedang pergi, kalau tidak dia bisa kebanjiran protes. “Nggak tahu perasaan! Dasar
cowok!” Nadia menggeleng keras, lalu melanjutkan berdandan untuk acara menonton
bersama Kesha.
Ting..
tong
18.15 WIB
Kesha datang lebih
cepat ternyata, mereka janjian pukul setengah tujuh. Nadia yang baru saja
selesai dengan rambutnya berteriak, “Bentaaarrr”. Nadia menggunakan wedges- nya dengan tergesa – gesa dan
langsung menyambar tas kemudian berlari untuk membuka pintu. Kamarnya yang
berada di bagian belakang rumah lumayan jauh dari pintu depan, apalagi ditambah
insiden terpeleset karena terburu - buru “Haaahh,, gue siap” Katanya dengan
napas setengah – setengah. Nadia masih menunduk untuk menormalkan napasnya,
Kesha menyerahkan sapu tangan padanya. “Thanks..
Lo baik de---” Aneh, tangan Kesha kok gede banget? Ini kayaknya
tangan--- Nadia refleks mengangkat wajahnya, benar! “Malvin? Ngapain lo di
sini?” Nadia menyadari bahwa itu bukan Kesha saat melihat tangan besar yang
familier.
Malvin hanya tersenyum
tenang dan menjawab “Kan tadi siang lo gue ajak nemenin beli baju”
“Tapi, gue kan juga
bilang kalo gue mau nonton sama Kesha” Nadia mengerutkan kening heran. Apa dia jadi lupa ingatan terus lupa gimana
caranya baca BBM ya? Nadia menggerutu dalam hati.
“Kesha nggak bakal
dateng, jadi temenin gue aja yuk” Malvin menarik tangan Nadia, tapi Nadia tidak
bergerak “Ada apa? Nggak percaya? Telepon aja” Kata Malvin sambil menyerahkan
ponselnya. Nadia tetap diam, “Telepon aja, kita nanti kemaleman nih” Malvin
mulai tidak sabar.
Nadia akhirnya
mengambil ponselnya sendiri dan menekan kontak Kesha. Dering pertama, kedua,
ketiga,, sampai akhirnya dering ke tujuh baru terdengar jawaban. “Heh Kesh!
Kapan lo kesini?”
“Slurp,, sorry Nad, ehmm. Kita nggak jadi nonton”
Kesha menjawab dengan suara terputus – putus.
“Lo lagi ngapain sih?
Jawab yang jelas ih!”
“Sorry, ini gue mau ngomong, tadi si Malvin dateng ke tempat gue,
ehmm, ngasih sogokan” Suara Kesha semakin melemah dalam setiap katanya.
Nadia langsung curiga
dan melirik Malvin, yang dilirik dingin – dingin saja “Lo disogok apa?”
“Eh? Hehehehe,, es krim
cornetto seeeeeeeeguunung! Ini gue lagi makan, dia beliin gue tiga kantong
kresek gede yang semua isinya cornetto. Wihhhh,,
Lo tahu kan gue lemah banget sama es krim satu itu, gue langsung iya-in aja
semua yang dia mau. Lagia---“ Muka Nadia merah dan langsung menutup sambungannya lalu memandang dingin ke arah
Malvin.
“Udah siap?” Dengan
menghembuskan napas keras – keras Nadia menuruti Malvin. Dia yakin kalau tidak
dituruti, Malvin pasti akan melakukan hal yang lebih aneh daripada membelikan
Kesha es krim satu toko.
Saat akan meninggalkan
rumah, ponsel Nadia berdering tanda telepon masuk. Nama Kesha muncul di
loayarnya, Nadia menghembuskan napas kesal dan mematikan ponselnya “Dasar setan
es krim!”
***
Bersamamu
selalu berarti bahagia, tentu saja. Tapi ada hal yang kutahu juga, bersamamu juga
berarti tersiksa. Kamu bersamaku, tapi bukan milikku - Nadia
“Lo mau beli yang mana
ih? Cepetan!” Nadia mulai merasa kesal karena Malvin belum juga bisa menentukan
ingin membeli kemeja yang mana. Sepertinya Malvin sengaja berlama – lama karena
dari tadi dia hanya memegang dua kemeja, hitam dan abu – abu. Seharusnya dia
bisa menentukannya dengan cepat. “Lo liatin juga nggak bakal berubah”
“Sabar dong, gue kan
nggak mau nyesel nantinya. Menurut lo calon tunangan gue suka yang mana ya?”
Nadia langsung bermuka
sebal, Jadi ini alasan lo nyogok Kesha
dan ngacauin acara nonton gue? Buat nemenin lo beli barang buat cewek perebut
itu? “Yang mana aja, lo sama cakepnya pake yang mana aja” Nadia berusaha
tersenyum santai
Wajah Malvin berubah “Kalo
lo suka yang mana?” Nadia menghela napas sebentar “Gue suka yang abu - abu” Malvin
mengangguk - angguk
“Udah ah, gue mau
makan. Cepetan atau gue tinggal?” Tanpa menunggu jawaban Nadia berbalik menuju
pintu keluar, dia berjalan cepat ke arah toilet dan berusaha mengatur emosinya.
Arghhh! Malvin menguji kesabaran gue! Maunya apa sih? Nggak sadar ya kalo gue
suka sama dia? Dasar nggak peka! Katanya dalam hati sambil memandang kesal
pada cermin, tidak terasa rasa sayangnya pada Malvin sudah begitu dalam.
Airmata sudah menggenangi matanya, Nadia mengusapnya cepat – cepat. “Cengeng!”
Ucapnya pada diri sendiri.
Setelah tenang Nadia
keluar dari toilet, dan melihat Malvin menunggunya di depan pintu toilet
perempuan, “Lo gimana sih? Gue bilang kan tunggu bentar gue mau bayar dulu”
Malvin menunjukkan tas karton di tangannya, “Untung gue lihat lo kemana, kenapa
lo? Sakit perut?-------“ Malvin masih terus berbicara, tapi Nadia tidak peduli.
Dia lemah secara mental, sampai – sampai dia menurut saja digandeng Malvin
menuju foodcourt pusat perbelanjaan
tersebut. “Lo duduk di sini, gue yang pesan makanan” Kata Malvin sambil
berjalan menuju salah satu konter fast
food.
“Gue
mau tunangan, gue dijodohin!” Malvin bercerita dengan semangat saat mereka
makan malam di warung sate langganan mereka. Wajah Malvin berbinar saat
menceritakan bahwa Ayahnya akan menjodohkan dia dengan seorang perempuan, anak
kenalannya. “Ceweknya seumuran kita kata bokap gue” Malvin bercerita tentang
kepribadian perempuan itu, yang kata Ayahnya, baik hati, perhatian, pintar
memasak, intinya memang tipe calon istri idaman.
“Lo
yakin sama tuh cewek? Lo kan belum pernah ketemu, liat fotonya aja belum” Nadia
masih mencoba mencari celah untuk mempengaruhi Malvin agar tidak bertunangan.
“Gue
yakin sama pilihan bokap gue, mana ada sih orang tua yang mau anaknya nggak
bahagia. Jadi pasti Ayah milih yang terbaik”Jawabnya mantap
“Lo
masih mau dijodohin di jaman sekarang? Nggak malu lo sama anak – anak? Masa
anak kuliah jaman sekarang mau dijodohin? emang lo segitu nggak lakunya ya?”
Nadia terus berusaha mempertanyakan keputusan Malvin.
“Nggak
apa – apa kalo menurut gue sih, gue nggak bakal nikah pas gue masih kuliah kok.
Gue mau kerja dulu baru nikah, tapi dua bulan lagi gue mau tunangan sama cewek
itu. Eh tapi, kok lo sensi banget sih sama keputusan gue? Lo seharusnya seneng
dong ngeliat temen lo yang udah jomblo dua tahun ini punya calon tunangan? Lo
nggak seneng ya? Kenapa?” Gue sayang sama lo, Idiot! Ingin sekali Nadia meneriakkan kalimat itu
keras – keras pada Malvin. Tapi tentu saja tidak mungkin.
“Gue
cuma nggak mau lo nanti nyesel aja, ini keputusan yang bakal ngerubah hidup lo”
Kata Nadia akhirnya
“Gue
nggak bakal nyesel, yakin deh sama gue” Kata Malvin dengan penuh percaya diri,
mengirimkan ribuan tusukkan menyakitkan ke jantung Nadia. Nadia akhirnya sadar,
betapa dia sangat menyayangi sahabatnya itu.
Lamunan Nadia terhenti
saat melihat Malvin membawa sebuah baki penuh makanan. Malvin tersenyum
kearahnya tanpa memperdulikan tatapan dari perempuan – perempuan genit di foodcourt. Malvin memang seperti itu,
selalu mendapat perhatian dari sekelilingnya, dimanapun dia berada. Berjalan
dengan langkah tegap, senyumnya yang khas, dan badannya yang well- built. Dia adalah tipe pria yang
akan membuat perempuan – perempuan menoleh saat dia berjalan.
“Sorry ladies, dia bukan punya kalian” Nadia berbisik “Dan bukan
punya gue juga” Tambahnya dengan senyum kecut
***
Menyayangimu
seperti sesuatu yang ajaib. Membuatku merasakan ada sesuatu yang mengalir cepat
melalui paru – paru menuju perut, menggelitik. Seperti kepakan beratus – ratus sayap
kupu – kupu yang tidak mau berhenti beterbangan.
Menyayangimu
adalah sebuah peristiwa magis di hidupku - Nadia
“Calon tunangan gue itu
agak lemot deh menurut gue. Sampe sekarang dia nggak ngeh kalo gue itu suka
sama dia. Mukanya malah sedih dan cemberut terus kalo ngeliat gue” Malvin
melanjutkan ceritanya lagi tentang calon tunangannya yang sampai dua minggu
setelah diceritakan masih belum dikenalkan pada Nadia.
“Mungkin emang nggak
suka sama lo kali” Nadia yang sedang membaca majalah menjawab sekenanya, mau
bilang apalagi? Setiap hari dalam dua minggu ini Malvin terus mendatanginya,
walaupun Nadia terus berusaha menghindar, untuk menceritakan tentang
tunangannya. Sekarang saja Malvin mengganggu istirahat siangnya di taman
belakang. Oh ya, Malvin mengatakan kalau calon tunangannya bernama Sasti. Namanya aja udah udik, kok bisa - bisanya si
Malvin masih suka sih sama dia?Pake pelet kali!
“Nggak mungkin!” Nadia
langsung terlonjak, mengira kalau Malvin bisa membaca pikirannya, tapi tentu saja
tidak mungkin. “Gue yakin seratus persen dia suka banget sama gue” Kata Malvin
melanjutkan, Nadia langsung menutup majalahnya dengan keras dan berbalik
menghadap Malvin secara langsung. Ini rumahnya, jadi dia berkuasa penuh.
“Apasih masalah lo?”
Tanya Nadia tajam, wajah Malvin langsung berubah serius. “Gue udah sabar ya” Nadia
terlihat sangat emosional
“Kamu kenapa sih?” Nada
suara Malvin melembut, sapaannya juga berubah menjadi ‘kamu’. Dada Nadia naik
turun menahan emosi, Malvin tahu kalau sahabatnya sejak kuliah semester pertama
sampai sekarang itu sedang menahan teriakan histerisnya. Nadia memang jarang
marah, tapi sekalinya marah cukup menyusahkan.
“Lo yang kenapa! Kenapa sih lo nggak bisa berhenti cerita tentang dia?” Nadia masih berusaha mengontrol napasnya.
“Aku cuma mau berbagi,
kamu kan sahabat aku” Sahabat? Cih!
Nadia langsung kehilangan kontrolnya memukuli tubuh Malvin “Arghhh” teriaknya
lalu masuk ke dalam rumah, tanpa Nadia tahu Malvin malah tersenyum tipis.
“Aduhh” Rintihnya saat
menggerakkan tangan bekas tonjokkan Nadia. Dia tahu kalau dia harus
mendinginkan amarah Nadia, karena ini memang salahnya. Bersahabat dengan Nadia
membuatnya tahu kalau gadis itu tidak pernah bisa menolak satu hal.
Cara yang paling mudah
untuk mendinginkan amarah Nadia saat dia sedang marah begini adalah es krim!
Kalau Nadia pernah mengatakan bahwa Kesha adalah setan es krim, sebenarnya
Nadia adalah makhluk yang sama, setan es krim II.
Malvin datang ke rumah
Nadia pada sore harinya, Tama adik Nadia mengatakan kalau Nadia mengurung diri
sejak siang tadi, saat Malvin meninggalkan rumah mereka. “Tau tuh Mbak Nadia,
bertapa di kamarnya nggak kelar – kelar” Malvin hanya bisa tersenyum santai
sambil berjalan menuju kamar Nadia. Bersahabat lama dengan Nadia juga membuatnya
memiliki akses penuh di rumah Nadia, bahkan sampai area privat Nadia. Malvin
mengetuk pelan pintu kamar sahabatnya, satu kali, dua kali,
“Apaa?” Terdengar
jawaban lemah dari dalam, Malvin masih terus mengetuk “Gue nggak mau makaan,
nggak napsu” Malvin tetap mengetuk sampai suara orang jatuh, mengumpat, dan
langkah terburu – buru mendekat menyambutnya “Lo ngapain sih ganggu gue Tam?” Akhirnya
wajah sembab Nadia muncul, “Lo!” Malvin langsung menerobos masuk kamar Nadia
dan menyeretnya menuju taman belakang yang memang terhubung langsung dengan
teras kamar Nadia.
“Duduk!” Perintahnya
pada Nadia, yang diperintah dengan patuh duduk di kursi teras. Malvin tersenyum
lalu menyerahkan bungusan yang dari tadi dibawanya, es krim cornetto kesukaan
Nadia. Nadia langsung menyambar dan membuka bungusnya. Malvin mendesah lega
lalu duduk di samping Nadia yang sudah asyik dengan es krimnya. “Maafin gue ya
buat tadi siang” Nadia menoleh sebentar lalu mengangguk, “Gue tahu gue salah, gue
nggak ngertiin lo, mungkin lo belum nyaman sama cerita calon tunangan gue”
Nadia terdiam “Gue janji bakal jaga perasaan lo, jadi kita baikan?” Nadia
tersenyum menghadapnya dengan bibir belepotan es krim, tidak ada kata – kata,
cukup senyumannya.
“Dasar setan es krim II!”
Ejek Malvin.
***
Oke,
hentikan semua ini! Aku yang seharusnya marah padamu! Aku di sini menunggumu
sepanjang waktu, dalam waktu tersebut tidak sekalipun kamu mengalihkan
pandanganmu padaku. Dan kini saat kamu melihatku, kamu malah ingin berlari
menjauh? - Malvin
“Mau
ke mana kita bos?” Tanya Malvin sambil memasang seat belt-nya. Seminggu lagi adalah ulang tahun Nadia yang ke 20 something, cewek manja seperti Nadia
memang tidak bisa sedewasa umurnya. Tingkah lakunya masih seperti anak SMA, dan
Malvin dengan sabar mengikuti semua keinginannya.
“Gue
mau pesen kue, soalnya agak ribet. Gue mau macaron
yang disusun gitu deh buat birthday cake
gue” Kata Nadia bersemangat sambil menyeruput jus jeruk dalam kemasan miliknya.
Mereka baru saja selesai fitting baju
ulang tahun Nadia, tingkahnya mirip dengan tingkah khas anak SMA yang baru saja ingin merayakan
ulang tahun yang ke- 17.
Kringg.. Kringg..
Saat
mereka sudah di perjalanan menuju toko kue, ponsel Malvin berdering, dengan
memakai handsfree Malvin mengangkat
telepon “Halo, ma? Iya? Oh!” Malvin terlihat gugup, kemudian menjawab “Semuanya
udah beres, Malvin udah rencanain semuanya kok, nggak, acaranya si Nadia nggak
bakal ngeganggu kok, okesip Ma”
“Tante
bilang apa? Kok bilang tentang acara gue segala?” Tanya Nadia penasaran, Malvin
tersenyum sambil melepas Handsfree-nya.
“Mama
tanya soal persiapan acara pertemuan gue sama xalon tunangan gue, gue bilang
acara lo nggak bakal ganggu acara gue” Malvin kemudian fokus untuk mengemudi,
meninggalkan Nadia yang seperti kembali jatuh ke bumi setelah terlalu lama
melayang. Dia sudah begitu bahagia karena selama tiga minggu ini Malvin tidak
pernah menyinggung masalah pertunangannya. Ternyata ada saat di mana dia harus
menerima sebuah kenyataan, Malvin memang memiliki calon tunangan.
“Lo
sebenernya punya calon tunangan beneran apa boong sih Vin?” Tanya Nadia tiba –
tiba “Gue nggak pernah lo kenalin sama dia, lo juga nggak pernah ketemu dia
kayaknya. Kan lo sama gue terus”
“Hahaha,
ada dong! Doain gue biar tuh cewek nggak nyekek gue pas kita tunangan nanti
ya?”
“Nyekek?
Cewek lo setan ya?” Malvin hanya bisa tertawa keras saat Nadia mengatakannya.
Persiapan
pesta ulang tahun Nadia pada H- 3 masih berjalan cukup lancar sampai petugas
toko kue menghubungi kalau ada masalah dengan kue ulang tahunnya. “Apa design yang kemarin aku gambar ilang?
Kok bisa sih mbak? Yaudah saya mau kesana sebentar lagi” Nadia langsung
menghubungi Malvin, Kesha tidak bisa diandalkan karena dia sendiri malah sedang
berlibur keluar kota sementara ini, dia berkata kalau dia pasti akan datang
saat acara ulang tahunnya, tapi tidak ingin repot – repot menjadi pembantu
Nadia. Sahabat nggak setia!
Tuutt,, tuutt
Aneh,
sampai deringnya habis Malvin belum juga mengangkat teleponnya, “Dia di mana
sih? Giliran gue butuhin aja nggak bisa” Nadia mencoba menghubungi nomor Malvin
sekali lagi, pada dering ke empat akhirnya diangkat, “Halo Malvin?”
“Halo?
Sorry Malvin lagi ke toilet” Jawab
seorang perempuan, “Ini siapa? Nanti gue kasih tau sama dia, Halo?”
Jantung
Nadia berdegup kencang. Jadi benar Malvin sudah memiliki calon tunangan, Ini
calon tunangan Malvin? “Ha,, halo? Kamu calon tunangan Malvin ya?” Tanya Nadia
takut – takut.
Gadis
mengerutkan keningnya karena orang yang menelepon menanyakan hal yang aneh,
“Tunangan apa ya? Emang Malvin mau tunangan? gue sepupunya, jadi seharusnya gue
tau semuanya” Bukannya mendapat jawaban, Nadia malah menutup teleponnya. “Gue
salah apa ya?” Tanya gadis bingung.
Di
tempat yang berbeda, Nadia merasa ada sesuatu yang menyumbat saluran paru –
parunya. Dia sulit bernapas. Malvin nggak
pernah tunangan atau mau tunangan? Dia bohong ke gue? Kenapa?
***
Aku tidak tahu apakah aku harus
mengatakan ya atau tidak, tidak tahu juga apakah ini benar atau salah. Hanya
satu yang aku tahu, hatiku telah memilihmu – Nadia
Keesokan
harinya Malvin datang ke rumah Nadia, tapi Nadia sedang pergi. “Nadia mana sih Tam?” Tanya Malvin sambil
duduk di samping Tama yang sedang sibuk dengan ponselnya. Tama hanya menggeleng
tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
“Rencana
ulang tahunnya gimana? Dia masih perlu apa?” Tanya Malvin lagi, Tama
mengacungkan jempolnya tanda baik – baik saja. Malvin mulai kesal karena adik
sahabatnya ini malah tidak mengacuhkannya. Terdengar suara mobil dari depan
rumah, Malvin menengok, ternyata Nadia baru keluar dari taksi dengan membawa
beberapa barang. Sepertinya Nadia sedikit kerepotan, Malvin berjalan cepat
untuk membantunya.
“Thanks Tam, tumben lo baik” Nadia
mengira yang menolongnya adalah Tama, karena pandangannya terhalang kotak
sepatu. Mereka berjalan menuju ruang tamu bersama dalam diam, Nadia masih tidak
sadar kalau yang membantunya adalah Malvin sampai Tama menyapanya.
“Bawa
apa lo mbak?” Nadia langsung mendapat firasat buruk, dia cepat – cepat
meletakkan barang bawaannya di meja ruang tamu dan benar, Malvin yang
membantunya.
“Ngapain
lo kesini?” Nadia mendesis tajam. Malvin ikut – ikutan meletakkan barang di
meja ruang tamu.
“Kenapa
sih lo nggak ngasih tau gue kalo mau ambil barang – barang? Kan gue bisa
nganter” Melihat suasana yang memanas,
Tama langsung menyingkir.
“Gue
nggak butuh bantuan dari tukang tipu macam lo!” Nadia langsung mengambil
barangnya dari meja, tapi malah jatuh semua karena tarikan tangan Malvin. “Mau
lo apa sih?” Teriak Nadia marah
“Lo
kenapa sih? Lo marah sama gue?”
“Lo
masih tanya? Tanya tuh sama sepupu lo! Oh mungkin gue salah, tanya tuh sama
diri lo sendiri, siapa sebenarnya tunangan lo? Ada apa nggak!!!?” Nadia trerus
– terusan berteriak marah. Malvin sendiri kaget, sepupu yang bersama dengannya
kemarin adalah Gadis, tapi dia tidak mengatakan apapun.
“Lo
mungkin salah denger” Malvin masih mencoba mengelak, Nadia tidak perlu menjadi
cenayang untuk tahu kalau Malvin sedang berbohong, dan Malvin juga tahu itu. “Oke!
Gue bohong terus kenapa? Apa masalahnya buat lo?”
“Kenapa?”
Nadia bertanya dengan lirih “Lo anggep gue apa? Lo bilang ini yang namanya
sahabat? Hah! Lo udah bikin gue ngerasa nggak punya muka sekarang! Lo bikin gue
ngerasa kalo gue nggak ada harganya, lo bikin gue sadar kalo gue sayang sama lo
terus lo bilang ke gue kalo lo mau tunangan dan sekarang lo bilang itu bohong? Sasti?
Siapa itu sasti? ”
“Lo
emang sayang sama gue” Malvin menggemakan kalimat Nadia
“Tapi
nggak penting lagi, sekarang lo bikin gue muak!” Nadia berlari menuju kamarnya
dan terdengar suara batingan pintu yang cukup keras. Malvin menghela napas
berat, tidak seharusnya begini, tidak seharusnya dengan cara ini.
Nadia
mengurung diri di kamar sampai hari ulang tahunnya, kedua orangtuanya dan Tama
jadi kebingungan sendiri. Ditambah lagi Malvin yang biasanya bertamu sesuka
hati malah menghilang.
“Sayang,
waktunya kamu siap – siap” Mama masuk ke kamar Nadia lalu mengelus kepala
anaknya yang sedang berbaring di ranjang.
“Aku
mau batalin acara ulang tahunnya Mam” Ucapnya lirih, Mama menghela napas. Sudah
berkali – kali Nadia mengatakan hal yang sama, tapi tidak mungkin, semua sudah
dipersiapkan, semua kerabat sudah diundang, jadi tidak mungkin dibatalkan.
“Nggak
bisa sayang, ayo dong kalo ini bukan buat kamu sendiri lakukan ini buat sahabat
dan kerabat kita” Nadia tersenyum mendengar kata sahabat. Sahabat? Mana tuh sahabat gue yang udah buat gue begini?Malvin?
“Ayo
sayang, siap – siap?” Nadia akhirnya pasrah dengan berjalan malas ke kamar
mandi, Ini ulang tahun terburuk sepanjang
hidup gue!
***
Terimakasih telah memilihku, aku
milikmu - Malvin
Ulang
tahun Nadia berjalan cukup meriah, tapi kalau diperhatikan wajah si empunya
acara malah tidak bersahabat. Nadia terus – terusan duduk di meja bagian
belakang restoran tersebut. Baru ketika Mama menyeretnya untuk berkumpul dengan
tamu yang datang, dengan ogah – ogahan Nadia menyapa tamu – tamunya. Nadia
sudah mulai menstabilkan mood, sampai
tiba – tiba tamu yang tidak diundang datang. Malvin? Kapan gue ngundang
dia?
Malvin datang bukan langsung menemuinya, malah
naik ke panggung yang ada di restoran tersebut dan mulai bicara,
“Selamat
ulang tahun Nadia Prasasti. Semoga kamu tetap menjadi Nadia yang kulihat selama
ini” Malvin memulai pidatonya, Nadia hanya bisa diam sambil melihat seseorang
yang telah menipunya, yang tak mampu dipungkirinya adalah orang yang saat ini
merajai hatinya. “Nadia yang selalu membantu orang lain tanpa sadar, yang
selalu ada kapanpun orang lain membutuhkannya, selalu memaafkan kesalahan orang
lain. Semoga kesalahan gue juga bisa dimaafin” Malvin terkekeh sendiri.
“Kemarin
gue buat dia kesel, marah mungkin dan sekarang gue di sini mau minta maaf.
Maafin aku Nad, buat hari – hari ini, buat bikin kamu nangis, buat bohong ke
kamu. Aku memang mau tunangan sama Sasti, tapi sebelum itu aku mau minta dia
jadi pacarku dulu” Nadia sudah ingin menangis, jadi memang ada perempuan lain. “Kalau
kemarin dia udah bilang sayang aku, sekarang aku mau bilang sama dia. Aku sayang
kamu Nadia Prasasti” Nadia tersentak, Malvin jelas – jelas sedang memandangnya
dengan lembut.
“Nadia,
gue sayang sama lo, mau nggak jadi cewek gue?” Ucapan Malvin
“Sayang
selamat ya” Papa dan Mama memeluknya sambil mengucapkan selamat, Nadia masih
bingung, tapi mulai mengerti juga.
Jadi
selama ini Malvin merencanakan semuanya untuk Nadia? Calon Tunangan Malvin itu gue?Dan dia sekarang sok nggak ngerasa
bersalah udah mainin gue kemarin?Cowok!!!
“Ehm,
Sasti itu?” Nadia merasa sebentar lagi dia pingsan. Semua orang melihat ke
arahnya dengan tersenyum termasuk orang tuanya, semua tamu, bahkan Tama juga tersenyum
– senyum. Bodoh!
“Jadi
kamu mau nggak jadian sama aku, Nadia Prasasti?’ Tanya Malvin sekali lagi dengan
tersenyum lebar. Nadia bahagia sekali, dia mengangguk dengan malu – malu lalu langsung
berlari menjauh menuju taman depan restoran, semuanya bohong? Dan dia sendiri,
Nadia Prasasti, adalah calon tunangan Malvin yang selama ini dicemburuinya?
Yang membuatnya menangis? Gue memang
bodoh! Malvin pasti ngetawain gue selama ini!
Nadia
langsung berbalik begitu mendengar suara batuk yang dibuat – buat, Malvin tentu
saja. “Mau di sini sampai kapan? Kemarin katanya sayang, sekarang diajakin
jadian malah kabur”
“Lo!”
Deg deg deg, Nadia malu sendiri mendengar suara detak jantungnya yang begitu
keras, Malvin tersenyum melihat Nadia yang salah tingkah.
Malvin
berdehem, “Jadi kamu mau ngelanjutin acara ulang tahun kamu apa mau ngambek di
sini sampai besok? Kita kan udah jadian sekarang, aku minta putus nih” Malvin
pura – pura mengancam, Nadia masih ingin marah, tapi dia juga tidak bisa
berbohong kalau dia sangat bahagia.
“Oke!
Aku nggak marah sekarang, tapi lihat aja besok!” Nadia gantian mengancam, Malvin tersenyum
lebar sambil menggandeng tangan Nadia.
“Besok
itu masih lama” Balas Malvin sambil tersenyum.
Acara
kemudia dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun, Malvin dengan lembut
mengecup kening Nadia di hadapan semua undangan, membuat Nadia tidak bisa
berhenti tersenyum lebar. Dia bahagia, tentu saja.
“Selamat
ulang tahun cantik, dan selamat, aku milikmu” Bisik Malvin lembut pada telinga
Nadia yang langsung membuat wajah Nadia semakin merah.
“Dan
aku milikmu” Balas Nadia
2 comments:
sweet banget ya :')
Makasih udah bacaaa :) Masih perlu belajar banyak nih,.,
Post a Comment