xthespot.blogspot.com |
Selamat Pagii semuaaa,,,
Our Treasure datang lagiiii :)
Selamat membaca :)
"Tikaa,, Sayang" Suara Tante Murni menyambut mereka di bandara. Tika langsung menjatuhkan travel bag-nya dan menghambur memeluk Tante Murni, tidak menyadari kalau travel bag miliknya jatuh ke atas kaki Dio.
Our Treasure datang lagiiii :)
Selamat membaca :)
"Tikaa,, Sayang" Suara Tante Murni menyambut mereka di bandara. Tika langsung menjatuhkan travel bag-nya dan menghambur memeluk Tante Murni, tidak menyadari kalau travel bag miliknya jatuh ke atas kaki Dio.
"Tanteee,,, Tika kangen sama Tante" Mereka lalu berputar-putar
seperti anak kecil dan tidak memperdulikan ringisan kesakitan Dio. Dio hanya
bisa memutar bola matanya, setidaknya ini masih lebih baik. Satu bulan yang
lalu saat mereka berdua baru pulang dari Australia untuk mengambil sebuah Mandau langka dari Kalimantan Timur yang dulu dicuri dan kemudian ditemukan berada di salah satu rumah
duta besar Australia, Tika dan Ibunya berpelukan erat sambil menangis. Bagi Tika Tante Murni atau Ibu Dio seperti Ibunya
sendiri, mereka sudah saling mengenal sejak Tika lahir, Tante Murni lah yang
menjadi walinya setelah kedua orangtua Tika meninggal akibat kecelakaan pesawat
dua tahun lalu. Dio hanya bisa menunggu sambil
menelusuri sudut-sudut bandara dengan matanya, tiba-tiba dia merasakan ada yang
mengawasinya. Dio sudah sering mengalaminya, jadi dia dengan mudah bisa
membedakan antara orang yang biasa saja dengan orang yang sudah ahli.
"Bunda, ayo kita pulang" Tanpa memperdulikan tatapan Tika
dan Ibunya, Dio menyeret mereka segera menuju mobil. Matanya tetap mengawasi
sekitar tanpa mencurigakan, dia harus segera pergi karena perasaannya berkata
ini serius.
"Kamu kenapa sih Di?" Tegur Ibunya karena untuk kesekian
kalinya Dio melirik ke belakang, bahkan setelah mereka berada di dalam mobil.
"Nggak apa apa Bun, Bunda apa kabar" Katanya langsung
mengecup pipi Ibunya, dia sedang mengalihkan pembicaraan. Dan berhasil.
"Baik ganteng" Balas Ibunya sambil mencium pipinya, “Kamu nggak apa-apa? Kata Tika kamu sempat
akan tertangkap gara-gara kamu nolongin Tika” Dio langsung mendelik ke arah
Tika yang pura-pura memandangi kukunya. Dasar!!
Cewek! Nggak bisa diem ya?
“Nggak apa-apa Bun, Ada kejadian apa Bun pas aku
di Rusia?” Tanya Dio mengalihkan pembicaraan
Wajah Ibunya langsung berubah “Nanti aja kita
bicarain di rumah."
***
Sesampainya di rumah Tika heran dengan keramaian
rumah itu, biasanya rumah mereka selalu sepi. Rumah mereka ramai, tapi tidak
pernah ada yang parkir di depan rumah mereka yang besar ini karena biasanya
tamu mereka akan lewat gang di belakang rumah agar tidak mencurigakan. Mungkin
hari ini pengecualian.
Tika turun dari mobil langsung melirik Dio, Dio
juga melakukan hal yang sama, hanya Tante Murni yang bersikap wajar. Mereka
lalu masuk ke rumah dan berjalan terus sampai melewati lorong yang ditempeli foto
mereka sekeluarga ditambah Tika, anggota mereka dua tahun yang lalu. Dengan
menggeser foto mereka saat di Bali, tiba-tiba sebuah ruangan muncul di hadapan
mereka. Mereka langsung masuk dan lorong tersebut kembali normal.
“Ada ap---“ Tika yang akan bertanya langsung
menghentikan kata-katanya. Di depan mereka ada beberapa orang berjas hitam
sedang menanti mereka sambil duduk di sofa yang memang disediakan untuk
pertemuan, tapi bukan dengan mereka,
batin Tika.
“Selamat siang Pak Rahmat, saya kira kita akan
bertemu nanti malam” Sapa Tante Murni ceria, tapi Tika Tahu bahwa sahabat
mamanya ini sedang kesal.
“Selamat siang, saya berubah pikiran. Saya ingin
melihat segera, bagaimana rupa treasure
hunter itu? Ternyata mereka anak-anak remaja, saya jadi kagum” Ucap Pak
Rahmat, para pengikutnya hanya mengangguk-angguk.
"Sebenarnya bukan mereka saja, mereka adalah salah satunya. Mereka baru saja kembali dari Rusia dengan membawa Parung Dewa Wisnu asli menggantikan replika yang dititipkan di Museum Prabu geusan Ulun Sukabumi, peninggalan kerajaan Tarumanegara" Tante Murni meminta travel bag yang berisi patung Dewa Wisnu pada Dio. Dia menarik resleting untuk membukanya. Decak kagum menggema di dalam ruangan, patung itu memang sangat indah dan langka. Bisa dibayangkan kristal yang dibuat Cina pada zaman kerajaan Hindu kuno, tentu sangat berkualitas dan tanpa cela. Patung itu berkilau di setiap jengkalnya, membutakan orang-orang yang memandang. Harta karun milik Indonesia, yang dulunya hanya tersimpan dalam bentuk replika. Bangsa Belanda melakukan penyitaan barang bersejarah yang asli kemudian menyuruh buruh Indonesia membuat replikanya dan disimpan di sini pada saat penjajahan, bukti lain bahwa penjajahan sangat merugikan.
"Sebenarnya bukan mereka saja, mereka adalah salah satunya. Mereka baru saja kembali dari Rusia dengan membawa Parung Dewa Wisnu asli menggantikan replika yang dititipkan di Museum Prabu geusan Ulun Sukabumi, peninggalan kerajaan Tarumanegara" Tante Murni meminta travel bag yang berisi patung Dewa Wisnu pada Dio. Dia menarik resleting untuk membukanya. Decak kagum menggema di dalam ruangan, patung itu memang sangat indah dan langka. Bisa dibayangkan kristal yang dibuat Cina pada zaman kerajaan Hindu kuno, tentu sangat berkualitas dan tanpa cela. Patung itu berkilau di setiap jengkalnya, membutakan orang-orang yang memandang. Harta karun milik Indonesia, yang dulunya hanya tersimpan dalam bentuk replika. Bangsa Belanda melakukan penyitaan barang bersejarah yang asli kemudian menyuruh buruh Indonesia membuat replikanya dan disimpan di sini pada saat penjajahan, bukti lain bahwa penjajahan sangat merugikan.
“Luar biasa, ini berkali-kali lipat bagusnya
daripada yang replika, saya sudah pernah melihatnya. Tidak semenyilaukan ini”
Pak Rahmat akan bergerak menyentuhnya, tapi Tante Murni langsung menepis
tangannya halus.
“Maaf pak, ini benda bersejarah, sebersih apapun
tangan anda, anda tidak boleh menyentuhnya kecuali memakai sarung tangan” Tante
Murni memang selalu memakai sarung tangan setiap hari, karena dia sering sekali
memegang benda bersejarah. Benda-benda harta karun Indonesia baginya adalah
bagian hidup, sesuatu yang harus dijaga agar dia tetap ada.
“Maafkan saya” Pak Rahmat kelihatan malu, tapi dia
menghargai keputusan Tante Murni. Sebenarnya
siapa sih Pak Rahmat dan pengikutnya ini? Dio tau nggak ya? Tika mengalihkan pandangannya ke Dio yang
sedang mengetik SMS di HP-nya. Tika menyikut lengan Dio untuk bertanya, tapi
Dio sendiri menggeleng. “Ehm! Saya kira saya harus memperkenalkan diri dulu Bu
Murni, kepada dua anak kebanggaan kita ini” Ucap Pak Rahmat akhirnya
“Oh, maafkan saya Pak, Ini anak kedua saya, Didio
Lintang Darmawan” Dio menganggukkan kepalanya singkat, kemudian tatapan Tante
Murni beralih ke Tika “Ini anak almarhumah sahabat saya, Dewi, yang tinggal
bersama kami sekarang. Kartika Dian Pragiwaksono. Mereka ada di tim dua” Tika
dan Dio kemudian bersalaman satu persatu dangen mereka. “Tika, Dio, Pak Rahmat
ini adalah ketua DPN (Dewan Pertahanan Negara) yang baru, mereka kesini karena
mengetahui apa yang kita kerjakan di bawah Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata. Mereka merasa—“
“Kami merasa kalian terlalu sembrono karena tidak melibatkan lembaga negara yang
berwenang seperti kami. Kalian bisa saja membahayakan negara kita. Kalian...
Bla.. bla.. bla..” Tika hanya bisa melongo kemudian menggelengkan kepalanya,
sedangkan Dio hanya memutar bola matanya.
“Ehm!!” Sebuah suara mengagetkan mereka semua, Om
Darmawan, Ayah Dio. “Bapak-bapak sekalian, maaf lama menunggu, selamat datang
di rumah kami” Ucap Om Darmawan ramah. “Tika, Dio” Om Darmawan mendekati mereka
dan langsung memeluk mereka “Kalian tidur gih, ini urusan orang dewasa” Dan yang bisa dilakukan Tika dan Dio hanya
menurut, karena perintah Om Darmawan lebih baik dipatuhi atau konsekuensinya
lebih berat.
***
Dio berjalan lambat-lambat, mereka semua aneh. Dio
melirik Tika yang dengan santainya malah mengeluh tentang rambutnya yang masih
sudah lepek karena perjalanan jauh. Kenapa
anak ini masih tenang-tenang aja sih? Seharusnya dia khawatir!! Dio jadi
kesal sendiri.
“Dasar cewek!! Kenapa sih lo nggak bisa mikir yang
lebih jauh dikit dari masalah perawatan fisik?”
“Lo kenapa sih Di? Marah mulu! Gue kan cewek,
cewek yang dilihat dari fisiknya. Lo kan cowok gue. Masak lo nggak seneng gue
cakep sih?” Tika langsung protes
Dio langsung bergerak-gerak gelisah, dia salah
tingkah “Udah ah! Gue mau mandi” Dio berjalan menjauh menuju kamarnya, tapi
baru dua langkah Tika mencegahnya.
“Lo nggak mau dengerin percakapan mereka?” Tika
mengedip centil kemudian menunjukkan handsfree
wireless ditangannya. Ternyata Tika telah meletakkan alat perekam di ruang
pertemuan, yang langsung bisa didengarkan lewat handsfree wireless. Dio langsung tersenyum senang dan mereka
berjalan menuju dapur.
Mereka duduk di kusi meja makan sambil berbagi
handsfree, kemudian berkonsentrasi pada percakapan yang bisa mereka dengar.
“Kami
memiliki tugas baru yang sangat penting, ada pusaka peninggalan keraton
Yogyakarta. Sebuah keris turun-temurun yang dipercayai diberikan oleh Ratu
pantai selatan. Dianggap sebagai benda keramat. Pusaka itu dicuri tadi malam
dan belum diketahui siapa pencurinya. TKP bersih” Dio mengenali itu suara Ayahnya.
“Kami
sudah tahu, lalu masalahnya apa? Kami tetap ikut”
Dio kemudian mendengar helaan napas terdengar dari
seorang perempuan, Ibunya “Bapak-bapak
yang terhormat, dengan tidak mengurangi rasa hormat kami, tolong jangan
mempersulit keadaan yang sudah sulit. Kami sudah tahu kira-kira siapa
pencurinya dan bagaimana proses selanjutnya. Kami baik-baik saja selama ini
tanpa bantuan kalian. Kenapa sekarang main ikut campur saja?”
“Kalian
terima saja kami atau kalian kami bubarkan. Kalian tentu tahu siapa yang
mengincar kalian. Salah satu ketua perompak terkuat di Somalia, mereka tahu
pergerakan kalian. Kalian sudah tidak bisa menyombongkan diri”Dio dan Tika tersentak kaget, jadi mereka buron?
Kenapa? Apa hubungannya ketua perompak dengan barang kuno? Jadi mereka tadi yang kurasakan di bandara? Sulit dipercaya
“Tap---“
“Bapak-bapak
sekalian, kami ini bekerja sama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
kami legal. Ada suratnya, kalian sebenarnya tidak boleh mengintervensi keadaan
kami. Kami juga dilindungi”
“Kami
bersikeras ikut, kami adalah penanggungjawab pertahanan negara. Kami tidak
ingin kecolongan apapun! Kalian tahu? Saat kalian keluar dari bandara sudah ada
orang yang mengikuti kalian, agen kami yang juga mengikuti dari belakang
mengetahuinya. Dia sudah ditangkap. Dan kalian tentu tidak heran kalau
penguntit kalian itu berkebangsaan Somalia” Pak Rahmat berucap tegas, tidak ingin dibantah.
Hening yang cukup lama, akhirnya keluar kata-kata
dari Ayahnya. “Baiklah, mulai sekarang
persiapkan anak buah bapak. Ini bukan pekerjaan mudah. Kita ini tim, harus
bekerjasama”
“Terimaksih
Pak, kalau begitu kami pergi dulu. Kami akan meninggalkan beberapa anggota kami
untuk berjaga-jaga. Karena seperti yang saya katakan, kalian diincar oleh orang
yang berpengalaman”
Dio dan Tika langsung berpandangan, mereka lemas
karena mendengar berita yang tidak terduga ini. Dan mereka juga harus bekerja
bersama orang-orang tadi, mereka tidak pernah membayangkan hal ini akan
terjadi.
“Dio, Tika!!” Dio tersentak kaget mendengar
panggilan Ibunya dari handsfree,
“Kalian sudah mendengar kan? Ayo kesini!” Dengan menghela napas mereka berjalan
gontai menuju markas.
TREASURE
HUNTER
4 comments:
satu lagi cerbung yg bikin aku penasaran dan ketagihan bwt baca lanjutannya ^^
Aminnn.. semoga lanjutannya juga suka,, Lagi ngetik yang KITA dulu baru ini dilanjuttt :)
siiipp, banyak project ya kak :D
Iya nihh,, pertamanya sih nggak yakin mau buat 2 cerbung sekaligus, tapi udah terlanjur jadi harus lanjuuut :)
Post a Comment