Hai-haiiii guys
Ini cuma bakal ada dua part aja kok, jadi cepet selesai deh :)
"Kamu akan ditunangkan dengan anak sahabat
Ibu"
Wajah Laras kaget sebentar, lalu datar lagi "Nggih, bu"
"Kamu keberatan? Merasa ndak nyaman? Ngomong saja sama Bapak atau Ibumu" tanya Pak
Baron, Bapak Laras
"Ndak,
Pak. Laras setuju saja apa keinginan Ibu dan Bapak" Laras diajarkan untuk
menuruti apa kehendak orangtuanya, ayahnya berasal dari keluarga yang sangat
memegang teguh budaya-budaya jawa, keluarga Ibunya pun begitu. Ditanamkan pada
dirinya bahwa semua perintah orangtuanya adalah sebuah kebaikan, bertujuan
baik. Dan selama ini dia membuktikannya. Saking menurutnya, Laras sering
mengambil keputusan dengan meminta persetujuan orangtuanya. Hal yang membuat
Ayahnya, terutama Ibunya yang lebih moderat, merasa gemas. Laras terlalu kalem
dan terlalu menurut, hampir tidak pernah marah ataupun kesal. Bahkan ketika
ibunya kadang mengerjai, seperti sekarang.
"Kamu memang anak kebanggaan Ibu nak, tapi jangan lempeng begitu terus dong. Kalau ada
yang pengen diomongin ya mbok bicara,
kalau ndak suka bilang sama Ibu
ya?" Laras mengangguk, tapi tidak mengatakan apapun. Ibunya langsung
cemberut dan mengirimkan sinyal pada suaminya.
Pak Baron berdeham "Lusa kita ketemu dia lho nduk, bisa kan?" Wajah Laras
langsung mendung, sebenarnya lusa dia sudah janjian dengan sahabat kecilnya, Bisma, untuk shopping. Ibu dan Bapak pun tahu hal itu
dan sengaja mengetesnya.
Bertentangan dengan kepentingannya itu Laras malah mengangguk
"Bisa Bu, Laras ke kamar dulu, mau kasih tau Bisma sama Tia" Ibunya
mengangguk. Saat melihat Laras sudah naik ke kamarnya, Bu Lintang, Ibu Laras
langsung mengomel.
"Anakmu lho Pak, Kenapa dia jadi lempeng begitu sih? Jadi pengen tak cubit itu anak"
"Kok nyalahin Bapak sih? Ibu juga, dulu suka banget
Laras itu nurut"
"Iya tau, tapi sekarang nurutnya kebangetan. Ibu
gemes sekali sama anak itu"
"Yaudah, jadi sekarang kita beneran mau jodohin
Laras?"
"Jadilah, nanti aku telepon Yanti biar urus itu
sama nak Bramastya. Pokoknya Laras biar gaul sedikit, biar dia nggak
nurut-nurut banget. Biar banyak ngomongnya"
Pak Baron hanya mengangguk tanda setuju sambil berharap
semoga semua berjalan sesuai rencana mereka.
¤¤¤
MissTia: Ras? Serius lo mau dijodohin?
LarasKinan: -.-
Bismalicious: Serius lo mau dijodohin?
LarasKinan: Kalian mau tanya ini sampe berapa kali? Aku kan udah bilang tadi. Ini Chat grup kok isinya pertanyaan kalian yang itu lagi itu lagi sih?
Bismalicious: hehehe
MissTia: Ups!
Ternyata Bisma mudah melupakan
rencananya shopping yang sudah disusun berminggu-minggu lalu dan malah semangat
untuk mendengarkan gosip terbaru. Seharusnya Laras tahu itu.
Bismalicious: jadi...
LarasKinan: Huuhh,, aku tegasin sekali lagi ya, kata Ibu tadi aku mau dijodohin sama anak sahabat lamanya, namanya tante Yanti atau siapa, lupa.
Bismalicious: Dan lo setuju?
LarasKinan: Ya!
LarasKinan: Menurutku apa yang orangtuaku rencanaain pasti tujuannya baik
MissTia: Ckckck! Gue nyerah sekaligus takjub *standingovation*
Bismalicious: lol!! Gue juga, yah Tia, kita gimana nih? Kalah sama si Laras
MissTia: Haha,, iya. Gue aja yang gaul begini masih belum siap dijodohin. Kita baru lulus SMA tahun ini gitu, udah mau nikah aja
Bismalicious: Gue juga yang gantengnya sejagat begini belom berani ngelamar cewek
LarasKinan: Guys, Guys stop! Aku masih ada di sini ya! Kalian kalo mau ngomongin sana chatting sendiri, udah ah aku mau tidur. Bye
Bismalicious: Yee,, ngambek nih, yaudah Bye
MissTia: Haha,, biarin deh. Gue mau tau dia secakep ap
LarasKinan: Aku baru mau dijodohin, bukan mau nikah!! Ugh!!!
LarasKinan signed out
Bismalicious: lol!! Gue juga, yah Tia, kita gimana nih? Kalah sama si Laras
MissTia: Haha,, iya. Gue aja yang gaul begini masih belum siap dijodohin. Kita baru lulus SMA tahun ini gitu, udah mau nikah aja
Bismalicious: Gue juga yang gantengnya sejagat begini belom berani ngelamar cewek
LarasKinan: Guys, Guys stop! Aku masih ada di sini ya! Kalian kalo mau ngomongin sana chatting sendiri, udah ah aku mau tidur. Bye
Bismalicious: Yee,, ngambek nih, yaudah Bye
MissTia: Haha,, biarin deh. Gue mau tau dia secakep ap
LarasKinan: Aku baru mau dijodohin, bukan mau nikah!! Ugh!!!
LarasKinan signed out
¤¤¤
Chatting dengan kedua
sahabatnya kemarin malam sedikit mengacaukan pikiran Laras, dari kemarin
teman-temannya terus meneleponnya untuk mengetahui perkembangan terakhir
perjodohan Laras. Laras jadi sedikit kesal, dia sering kesal pada
sahabat-sahabatnya, hal yang jarang dirasakannya untuk kedua orangtuanya atau
orang lain. Laras lebih bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya pada
sahabat-sahabatnya daripada siapapun. Laras mulai terpengaruh bisikan-bisikan
hiperbolis kedua sahabatnya itu, apa sebenarnya tujuan perjodohan ini? Apa
benar untuk menikahkannya? Laras bergidik membayangkan akan menikah dengan
orang yang tidak dikenalnya. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Untuk
pertamakalinya dia ragu dengan keputusan kedua orangtuanya, tapi seperti yang
selalu diajarkan orangtuanya dia tidak akan melawan.
“Ini Nak Larasnya? Aduh ayu tenan kowe cah ayu” Suara seorang
perempuan yang memuji kecantikannya membuatnya kaget dan langsung tersadar.
Laras tersenyum, sudah banyak orang yang menyebutnya cantik, bukan cantik
seperti perempuan eropa, tapi cantik sederhananya wanita Jawa. Kulit Laras
hitam manis, wajahnya tirus, badannya kecil langsing karena sering berolahraga
pagi dengan kedua orangtuanya juga karena minum jamu buatan Mbok Warsih,
pembantu di rumahnya, kalem, wajahnya sabar penuh senyum, tipe-tipe menantu
idaman.
“Gimana Yan? Anakku cantik kan?” Tanya
Ibu Laras pada tante Yanti setelah tante Yanti duduk. Tante Yanti mengangguk
“Iya, cantik sekali. Ayu gadis jawa
begitu. Lama sekali ndak ketemu kamu
sama Ibumu lho nak Laras. Sudah berapa lama aku pindah ya Lin?” Tanya Tante
Yanti pada sahabatnya. Tante Yanti baru kembali dari Inggris karena ikut tugas
suaminya. Menurut Ibunya, Tante Yanti ini hanya mempunyai dua anak, anak
pertamanya yang akan dijodohkan dengannya. Namanya masih disamarkan. Sebenarnya
Tante Yanti sudah kembali dari Inggris setahun yang lalu, tapi baru setahun
kemudian bertemu lagi dengan orangtua Laras. Anak-anak Tante Yanti sudah pindah
ke Indonesia dua tahun yang lalu karena merasa kangen pada nenek mereka. Hanya
sebatas itu yang Laras tahu, yang lainnya masih dirahasiakan oleh Ibunya. Kata
beliau agar Laras mau mengenal sendiri calon jodohnya.
“Delapan tahun yang lalu sepertinya,
pas Laras kelas 4 SD dan Bramastya kelas 6 SD” Laras langsung siaga, Bramastya?
Jadi nama laki-laki anak tante Yanti namanya Bramastya? Dan dua tahun lebih tua? Laras semakin meragukan keputusan
orangtuanya. Dua tahun lebih tua, itu berarti sudah kuliah. Karena ini tahun
ajaran baru berarti si Bramastya itu sudah masuk ke semester 5, sudah siap
menikah dong. Jangan-jangan kata-kata sahabatnya ada benarnya. Jangan-jangan
dia benar-benar akan dinikahkan? Oh ini mimpi buruk!!
“Ras, maafin mas Bram ya, dia masih
ada tugas kuliah. Jadi dia ndak bisa datang” Kata tante Yanti tiba-tiba.
Laras tersenyum menenangkan, dalam
hati dia juga merasa lega. Semakin lama dia bertemu dengan Bramastya, semakin lama
juga pembicaraan yang mengarah pada perjodohan “Nggak apa-apa tante, Laras
ngerti”
“Hhh” Tante Yanti mendesah senang
“Seneng banget kalau punya menanti seperti Laras ya Lin?”
Laras langsung tersedak padahal dia
tidak sedang minum apapun.
¤¤¤
Karena perkembangan
yang mengejutkan ini Laras kembali mengadu kepada sahabat-sahabatnya lewat chat grup. Baru Bisma yang online, maklum karena ini baru musim
liburan sambil menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi, jadi Tia sedang
berlibur di rumah neneknya di Kalimantan, sinyal sulit. Bisma sih lebih senang shopping daripada apapun, jadi dia lebih
suka menghabiskan waktunya tanpa bepergian keluar kota.
LarasKinan: Gimana nih? Sepertinya aku benar-benar akan nikah muda
Bismalicious: lol!! Hahha gue nggak nyangka lo bakal nikah duluan. Cerita lo tadi tuh udah sinyal yang kuat
LarasKinan: Haduhh, terus aku harus gimana?
Bismalicious: Hahaha,, yaudah duduk manis aja jeng! Gue tunggu undangannya
MissTia is online now
LarasKinan: Bisma? Jahat!!!
MissTia: Hei hei hei, gue baru dateng kok udah ribut aja. Waduh gue baca cerita di atas kok kayaknya gawat banget sih?
Bismalicious: Tuh katanya si emak juga gitu kan. Pasrah aja deh Ras
MissTia: Heh Bisma!! Sableng! Jangan nakutin si Laras dong!! Gue tendang nanti lo
Bismalicious: Ups! Maap maap
Semuanya terdiam, satu detik,, dua detik,, tiga detik...
MissTia: Ras?
LarasKinan: Ya?
MissTia: Lo baik-baik aja?
LarasKinan: Iya, thanks
MissTia: Bisma?
Bismialicious: Yap!
MissTia: Yap? Mana minta maafnya?
Bismalicious: hehhe,, maafin gue ya Ras sayang. Gue tadi cuma bercanda. Kita bakal bantuin lo kok. Ya kan mak?
MissTia: Iya bener, lo mau gue pulang sekarang? Lo mu gue dateng ke rumah tu cowok biar nggak mau dijodohin sama lo? Gue ancem dia? Gue guna-gunain dari sini? Atau gimana?
LarasKinan: Hehehe,, jangan ah. Kasian
LarasKinan: Biar aku aja yang nyelesaiin. Kalian doain aja deh :)
MissTia: Yaudah deh, semangat yaa J
Bismalicious: Wah sayang banget nih, padahal gue pengen ngeliat tuh cowok minta ampun sambil jalan pincang terus perutnya buncit diisi paku sama emak
MissTia: Bisma!! Ngomong lo ngaco deh, gue guna-gunain lo baru tau rasa
Bismalicious: Eh ampuuuuun!!
LarasKinan: Hahahahaha
Walaupun belum mendapatkan solusi apapun, Laras senang masih bisa berbagi cerita dengan sahabat-sahabatnya.
¤¤¤
Bramastya, Bramastya
Eka Putra. Baru sekali ini merasa aneh dengan permintaan orangtuanya.
Dijodohkan? Dia sering mendengarnya dari cerita-cerita teman-temannya di
kampus. Ternyata itu juga yang akan dialaminya. Dia sebenarnya setuju-setuju
saja, asal calonnya juga “menarik”, tapi melihat foto yang diberikan mamanya,
dia merasa bahwa anak ini akan sangat “menarik”. Dia juga sudah menyuruh salah
satu staff di kantor Papanya untuk menyelidiki latar belakang serta semua data
tentang gadis itu, Laras Kinanti.
Bram
membuka lembar pertama data diri Laras. “Laras Kinanti, 18 tahun, baru tamat
SMA dan akan melanjutkan pendidikan di Universitas Bakti Luhur jurusan
psikologi---” Mata Bram membelalak sebentar, ternyata Laras akan berkuliah di
perguruan tinggi yang sama dengan dirinya, tapi di jurusan yang berbeda, Bram
mengambil jurusan manajemen.
“--bersama kedua sahabatnya dari kecil, Bismaranda
Muljono dan Tiara Pramudia. Kedua sahabatnya mengambil jurusan berbeda.
Bismaranda mengambil jurusan teknik kimia sedangkan Tiara mengambil jurusan
kedokteran hewan. Hobi Laras: Olahraga pagi dengan kedua orangtuanya, memasak,
membatik bersama neneknya, membaca, berkebun, bermain tenis dengan kedua
sahabatnya, shopping dengan
Bismaranda, pergi ke kebun binatang dengan Tiara, dan chatting” Bram tertawa kecil membaca hobi-hobi Laras. Ternyata anak
itu cukup random dalam hobinya.
“Sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan bersama sahabat maupun keluarganya, benci kotor,
sangat lembut, baik dengan semua orang, suka tersenyum, tidak pernah membantah,
tipe perempuan jawa yang kalem. Hum,, seperti putri jawa aja” Bram melanjutkan
membaca, semua data tentang Laras menunjukkan semua yang baik-baik. Bram
melanjutkan dengan lembar kedua dan kembali terbelalak, “Hah? Apaan nih? Buat apa
Pak Rahmat pake nulisin ukuran-ukuran beginian, ukuran bra? Emang gue mau
beliin apa?” Tapi setelah berkata seperti itu Bram maloah melanjutkan membaca
“Wow! Semua ukurannya proporsional, ni cewek keren banget, menarik!”
Tapi
dia belum memutuskan apapun, walaupun dari data-data ini menunjukkan betapa
menariknya Laras, tetap saja dia belum bertemu dengannya. Besok rencananya
keluarganya akan bertemu dengan keluarga Laras untuk membicarakan perjodohan
mereka.
Keesokan
sorenya, Bram, Pak Bintoro, Tante Yanti, dan Dimas adiknya yang baru kelas 6 SD
datang berkunjung ke rumah keluarga Laras. Bram bersemangat untuk melihat
langsung bagaimana Laras itu.
“Kamu
kok ganteng banget sih Bram? Hari ini aja apa kemarin-kemarin juga ya?” Bram
tersenyum kecil
“Papa
nih, ya jelas jadi ganteng lah wong
mau ketemu calon jodohnya kok. Iya kan Bram?” Mamanya malah menggoda. Bram
tidak menanggapinya.
Sesampainya
di rumh keluarga Laras, ternyata mereka telah ditunggu. “Selamat datang Yan,
Bin di rumah kami ini” Sambut Pak Baron dan istrinya.
“Wah,
rumah kamu enak banget ya Lin, asri tenan
lho” Puji Tante Yanti pada sahabatny. Obrolan mereka lalu berlanjut pada
nostalgia saat mereka kecil hingga menikah. Masalah Laras dan Bram malah belum
tersentuh sama sekali, membuat Bram kesal, tapi Laras kelihatan tetap sabar.
Bram sempat berpikir, Laras itu apakah memang seperti ini? Ini sih bukan kalem,
tapi sudah seperti patung. Keluarga Bram memang sudah tidak terlalu dipengaruhi
oleh budaya-budaya Jawa, keluarganya lebih moderat. Untuk panggilan orangtua
saja dia memakai sapaan Mama dan Papa, mungkin itu juga karena mereka pernah
tinggal di luar negeri. Bram masih terus berspekulasi ketika panggilan Ibunya
mengusiknya, “Bram, kamu mau diajak berkeliling sama Laras itu lho, ayo
jalan-jalan keliling rumah. Biar kalian tambah akrab” Bram langsung mendongak
dan tatapannya bertemu dengan Laras, tapi Laras langsung menundukkan tatapannya
lagi.
¤¤¤
“Kamu
maunya gimana sih? Mau kita dijodohin apa nggak?” Tanya Bram tiba-tiba membuat
Laras kaget.
“Maksud
Mas Bram apa?” Bram langsung geli, baru pertamakalinya dia dipanggil Mas oleh seorang
perempuan.
“Kenapa
panggil Mas sih?”
“Maaf,
jadi maunya dipanggil apa?”
Bram langsung salah tingkah, baru pertamakali dia bertemu perempuan kalem seperti ini, beberapa gadis jawa yang dikenalnya pertamakali akan memiliki kesan seperti Laras, tapi setelah diajak ngobrol pasti sudah keluar jeleknya. Sedangkan Laras sepertinya memang kalem dari sananya. “Panggil gue Bram aja”
Bram langsung salah tingkah, baru pertamakali dia bertemu perempuan kalem seperti ini, beberapa gadis jawa yang dikenalnya pertamakali akan memiliki kesan seperti Laras, tapi setelah diajak ngobrol pasti sudah keluar jeleknya. Sedangkan Laras sepertinya memang kalem dari sananya. “Panggil gue Bram aja”
“Tapi
itu nggak sopan kan? Laras takut kalau nanti Ibu dengar malah dimarahin”
“Hah? Terserah deh mau manggil gue apa. Mas juga nggak apa-apa deh” Laras lalu mengangguk. Mereka terdiam cukup lama, Bram jadi kesal “Eh, lo kok diem, kan tadi gue tanya lo nggak nolak kita dijodohin?”
“Hah? Terserah deh mau manggil gue apa. Mas juga nggak apa-apa deh” Laras lalu mengangguk. Mereka terdiam cukup lama, Bram jadi kesal “Eh, lo kok diem, kan tadi gue tanya lo nggak nolak kita dijodohin?”
“Maaf,
tapi selama itu bisa bahagiain Ibu, Laras mau. Mas Bram menolak ya? Maafin Laras
ya Mas sampai kita bisa dijodohin”
Bram
langsung mengusap wajah, ini cewek berasal dari abad berapa sih???!
Selesai
acara berkunjung ke rumah keluarga Baron, Bram merasa salah waktu. Gadis itu
seharusnya sudah punah dari seratus tahun yang lalu di Jakarta, atau
berpuluh-puluh tahun yang lalu di Jogja atau Solo. Gadis itu sangat ayu dalam
bertindak, cerdas, tapi penurutnya luar biasa.
“Mana
ada cewek macam begitu di jaman sekarang? Pasti Laras mau ngetes gue. Dia pasti
cuma pura-pura” Bram bergumam sendiri dalam mobil.
Setelah
malam kejadian itu, Bram merasa harus mengeluarkan sisi asli Laras yang
diduganya pasti sama dengan cewek-cewek yang biasa dia kenal. Sementara Laras
tetap bercerita pada sahabat-sahabatnya lewat chatting
Bismalicious: Gimana Ras? Cakep anaknya?
MissTia: jangan kasih tau, nanti mau diembat Bisma
Bismalicious: Enak aja, gue suka cewek ya. Gue cowok sejati tau
LarasKinan: Hehehe, cakep kok kelihatannya juga baik, tapi...
MissTia: Tapi kenapa?
Bismalicious: Kenapa?
Laras bingung, apa dia harus mengatakannya pada kedua sahabatnya, Ini
sangat pribadi dan dia merasa itu kurang pantas untuk menjadi konsumsi umum,
tapi mereka kan sahabatnya.
LarsKinan: kayaknya Mas Bram nggak suka dijodohin sama aku
deh
Semua terdiam karena membaca kiriman Laras, lalu
datang jawaban yang datang bertubi-tubi
MissTia: APA? BERANI-BERANINYA!!!!
Bismalicious: What? Wow!!
MissTia: Gue butuh alamat sama rambutnya, gue dua minggu
lagi pulang
Bismalicious:
lo bisa manfaatin ini, kan lo
kemaren ragu mau dijodohin apa nggak, ini pertanda
Bismalicious: pertanda kalo lo harus batalin perjodohan ini
MissTia: Jangan mau dijodohin sama dia kalo gitu
MissTia: Bisma bener
LarasKinan: Hei!!! Kalian!
Bismalicious:
Ups! Kami kelepasan lagi, sorry ya. Tapi gue saranin lo batalin
aja tuh perjodohan kalian
LarasKinan: Bisma?!!
Bismalicious: Ups!!
LarasKinan: Kalian kan selalu tahu, ini keputusanku. Aku bakal
menjalaninya
MissTia: Oke, tapii
LarasKinan: Nggak ada tapi-tapi
Bismalicious: Oke
MissTia: Okeeee
LarasKinan: Thanks J Bisa ki ngomong yang lain?
Bismalicious: Gue kemarin dapet baju
keren banget,,
MissTia: Jangaaannnnnnn
Laras
menikmati saat-saat seperti ini, tapi ternyata ini tidak berlangsung lama. Setelah
acara perkenalan kemarin. Ibu dan bapaknya telah menjadwalkan berbagai kegiatan
yang melibatkan Bram. Mulai dari olahraga pagi yang seharusnya milik mereka
bertiga sekarang Bram ikut, makan siang di rumah Laras, belanja bulanan dan
segala macamnya. Laras bukannya tidak menyadari atau pura-pura tidak tahu, tapi
dia akan tetap menjalaninya, seperti sekarang karena dua minggu lagi mereka
akan masuk kuliah, Bram dihubungi untuk menemani Laras ke toko buku. Laras
sudah mendapat daftar buku apa saja yang wajib, jadi mudah untuk mencari
referensinya.
“Mas,
kamu mau makan abis ini?” Tanya Laras pada Bram setelah mjereka keluar dari
toko buku. Bram sudah mulai terbiasa dengan panggilan mas dari Laras, tapi dia
masih bingung dengan tingkah Laras yang seperti perempuan zaman Kartini. Dia
belum percaya kalau ini Laras sebenarnya, dia sudah mulai menyukai Laras, tapi
rasanya aneh. Dia belum membuat keputusan
“Kamu
mau makan di mana?” Tanya Bram sambil mengambil plastik buku dari tangan Laras.
Laras menyadari kalau selama ini Bram sangat memperhatikannya melalui hal-hal
kecil, seperti saat ini membawakan plastik berat berisi buku.
“Terserah
Mas Bram aja, aku ikut aja” Bram juga sudah terbiasa memilihkan makanan untuk
Laras karena Laras lebih suka ngikut.
“Aku
mau makan ayam bakar aja ya ras?” Laras kemudian mengangguk dan mengikuti Bram
yang sudah berjalan menuju foodcourt.
Setelah mereka duduk, sambil menunggu makanannya
datang mereka mengobrol. Laras cukup enak diajak berbicara, awalnya Laras agak
sedikit malu-malu, tapi Bram dengan sabar membuat keadaan senyaman mungkin
untuk Laras bicara. Sekarang Laras lebih cerewet
saat bersama Bram, sedikit. Pak Baron
dan istrinya juga melihat perubahan pada Laras dan menyukainya, ternyata
keputusan mereka untuk menjodohkan Laras dengan Bramastya ada benarnya. “Kamu udah siap buat ospek minggu depan?” Hari
ini hari Sabtu, jadi resminya dua hari lagi Ospek akan dilaksanakan.
“Siap
sih, nanti Laras kan ada temennya. Bisma sama Tia”
“Kamu
nggak mau aku anterin?”
“Eh?
Bukan begitu, tapi Laras sudah janji sama Tia, kami kan satu arah. Kalau nanti
Mas Bram jemput kan kasian, rumah kita berlawanan”
“Oh,,
kirain kamu nggak mau aku anterin” Suasana langsung canggung, Bram sengaja
mengatakannya untuk memancing reaksi Laras, tapi sepertinya Laras tidak
terpengaruh.
“Mas,
aku boleh tanya sesuatu kan?” Tanya Laras bertepatan dengan datangnya pelayan
yang membawa pesanan mereka. Sebelum Bram menjawab terdengar panggilan dari
seseorang,
“Laras?”
Laras menengok, Bram juga. Laras terdiam kemudian tersenyum sementara Bram agak
kaget melihat teman-teman Laras. Mereka seperti perempuan-perempuan gaul
jakarta lainnya. Baju ketat dan celana pendek, serta tindikan di berbagai
tempat seperti hidung, alis, sudut bibir, dan telinga. Mereka kelihatan sangat
bertolak belakang dengan Laras yang anggun dengan blouse hijau terang dan rok panjang warna putih bunga-bunga.
“Mbak
Linda sama Mbak Kinar? Apa kabar?” Laras berdiri dan langsung mencium pipi
mereka, kelihatannya mereka akrab. Laras kemudian teringat bahwa tadi dia tidak
sendirian, dia bersama Bram. “Eh,, Mas Bram,, Eh ini kenalin, Mbak Kinar sama
Mbak Linda, mereka, eh,, mereka temenku” Bram dengan cepat menguasai diri
langsung bangkit menyalami keduanya, Kinar dan Linda langsung berusaha menarik
perhatian Bram dengan berbicara manis. Laras hanya tersenyum masam, dia tidak
terlalu menyukai keduanya jadi dsebenarnya dia kurang senang memperkenalkannya
pada Bram. Tapi kan tidak sopan pura-pura sok kenal atau malah tidak
mengacuhkan mereka. Mereka adalah anak tiri Mbok Warsih, pembantu di rumahnya.
Gayanya saja sering membuat Laras sendiri menghela napas atau mengurut dada. Akhirnya
dengan sedikit tatapan tajam dari Bram mereka menyingkir dan berpamitan.
“Mas
bram nggak apa-apa?” Tanya Laras khawatir, Bram mengangguk tanpa bicara. Mereka
kemudian makan, tapi suasanannya sudah tidak menyenangkan lagi, kali ini
suasanannya tegang, Bram lebih banyak diam, tapi tetap berusaha tersenyum. Saat
Laras izin ke toilet Bram menggunakan waktu tersebut untuk menelepon staff
Papanya, Pak Rahmat.
“Pak
Rahmat? Tolong cari tahu tentang Bismaranda Muljono dan Tiara Pramudia. Secara lengkap
dan nggak boleh ada yang terlewat” Sepertinya kali ini waktu yang tepat untuk
membuktikan siapa dan bagaimana sebenarnya Laras. Tadi dia cukup kaget melihat
teman-teman Laras, dia jadi meragukan kembali tingkah laku Laras selama
bersamanya.
“Gue
harus melakukan sesuatu dan ini saatnya”
No comments:
Post a Comment