"Gimana keadaan kamu? udah sehat?" Pertanyaan itu membuat Veya terbangun dari tidurnya di ruang TV, pertanyaan itu juga yang langsung membuatnya menyunggingkan senyum. Veya mengangguk senang. Donnie memang sudah terbiasa keluar masuk rumah kontrakan Veya, karena di sini Veya hanya tinggal berdua dengan sepupunya, Dania, jadinya tidak ada yang menjaga mereka.
"Mau aku periksa?" Tanya Donnie lagi, ini adalah salah satu hal yang membuat Veya begitu sulit melepaskan Donnie, dia masih tetap memperhatikan Veya walaupun mereka sudah putus dua bulan yang lalu. Donnie sendiri yang menginginkan putus, Veya tentu sangat tegas menolaknya. Dia masih sangat menyayangi Donnie, tapi Donnie sudah memutuskan. Beberapa hari kemudian mereka akhirnya putus, tapi dalam beberapa minggu saja, Donnie mulai mengirim SMS dan menelepon Veya lagi. Memberi perhatian yang sama seperti saat mereka pacaran, bahkan lebih. Mulanya Veya merasa bingung dan ingin menghindar. Karena sebenarnya dia sudah mengiklaskan apa yang terjadi antara dia dan Donnie, tapi Donnie hadir membawa begitu banyak harapan yang sulit untuk ditolak. Akhirnya Veya menerima Donnie kembali. Jujur saja dia masih menyayangi Donnie, tapi Veya merasa ragu juga. Sejak mereka kembali bersama Donnie belum menyatakan cinta padanya lagi. Apa sekarang mereka bersama lagi sebagai pasangan? atau apa?
Dia tidak tahu
"Nggak usah, aku udah baikan kok, kemarin kan pingsannya di rumah sakit" Kata yang salah. Donnie marah!
"Aku kemarin dikasih tau mbak Dita, kamu sama dokter Dana berduaan ya? Aku nggak suka" Arghh,, memang darah lebih kental daripada air. Tentu saja Mbak Dita akan menyampaikan apa yang dilihatnya kemarin pada adik satu-satunya. Mbak Dita juga seorang dokter di tempat kemarin aku pingsan, untung saja Donnie bukan dokter di rumah sakit yang sama, kalau iya pasti sudah terjadi keributan.
"Itu nggak sengaja Don, aku mau turun tapi masih lemes jadi dokter Dana bantuin" Seharusnya kan Donnie yang lebih tahu, dia juga seorang dokter, tapi sepertinya dia tidak berpikir dari sisi itu. Hanya egonya sebagai laki-laki yang sedang diperjuangkannnya.
"Kamu tahu kan, banyak dokter yang kurang ajar sama pasiennya, mungkin dia salah satunya" Veya lelah dengan semua kecurigaan dan, Veya rasa, kecemburuan tidak beralasan ini mulai mencekiknya semakin kuat.
"Jangan mikir yang aneh-aneh deh ya,, Aku kan biasa aja,, aku sakit. Kamu kan dokter juga Don, masa nggak ngerti sih?"
"Aku ngerti, tapi aku khawatir sama kamu, aku dokter, tapi malah nggak ada di saat kamu butuhin"
"Udah Don, kamu kan emang lagi tugas" Donnie selalu berlebihan dalam menghadapi masalah seperti ini, dia sensitif dengan kalimat , 'kenapa bukan aku?'. Dia kemudian merengkuh Veya dalam dekapannya, meminta maaf, lagi-lagi hal ini yang membuat Veya begitu sulit melepas Donnie.
"Makasih buat semuanya" Donnie melepas pelukannya dan mulai memagut bibir Veya lembut, Veya membalasnya, tiba-tiba terdengar dehaman seseorang, Dania. Wajah mereka langsung merah, Donnie dengan cepat pamit, katanya ada urusan.
"Ckckck, lo itu ya, udah gue bilangin kenapa masih ngeyel juga!! Donnie itu buang ke laut!!!" Dania memang sangat tidak suka pada Donnie, karena Donnie sudah menggantungkan sepupunya seperti ini.
"Udah deh, jangan marah-marah lagi, tumben lo pulang cepet?" Dania selalu mengajarkan sapaan 'gue-elo' ke Veya karena Dania berasal dari Jakarta dan geli dengan sapaan aku-kamu. Dania sekarang mengurusi Yayasan milik Ibunya yang bergerak di bidang sosial, jadi Dania harus rela pindah ke Solo untuk mengelola Panti asuhan Kasih Ibu dan beberapa sekolah yang berada di bawah naungan yayasan milik keluarga Ibunya.
"Gue mau ngajak lo ketemu sama temen gue, dia dokter juga mungkin kenal sama Donnie. dia mau bantuin kita di acara Panti Kasih Ibu itu, dia mau jadi dokter tetap. Free" Dania berkata dengan ceria, tidak banyak yang mau membantu dengan sukarela jaman sekarang, apalagi untuk kepentingan medis. Dan sekarang ada yang menawarkan diri dengan sukarela? Tentu saja dia sangat senang
"Iya? wah baik banget,, yaudah gue siap-siap dulu"
***
"Jangan cepat-cepat dong jalannya Dan, santai aja" Ucap Veya dengan napas memburu karena berjalan setengah berlari, apalagi dia menggunakan high heels.
"Lo dandannya lelet banget sih, telat deh jadinya, pake high heels segala lagi" Gerutu Dania tanpa mengurangi kecepatan berjalannya. Tiba-tiba Dania berhenti, karena Veya tidak siap, dia malah menabrak tubuh Dania dan terjatuh.
"Aduuhh!! Dania!!" Tegurnya, saat akan berdiri sebuah tangan kokoh membantunya. "Makasih!" Saat mendongak untuk melihat wajah orang itu dia kaget, begitu pula orang yang menolongnya
Dokter Dana!!
"Aduhh,, sorry, kebetulan nih, eh sekalian kenalin, dia dokter Dana, dokter yang mau jadi dokter tetap di Kasih Ibu"
Hah??
6 comments:
waa, malah ketemu sama dokter Dana lagii tuuhhh, Donnie tambah cemburuuu
Hahaha,,, Apa iyaaa??? Kita lihat di part berikutnya,, kayaknya kalo nggak nanti malem besok deh,,,
lama gak buka internet, kepotong sama UKK,
manaaaa nihh lanjutannyaaa ? :D
Huaaa,, jangan ditanyaain duluu,, udah 5 lembar siiihh, masih mau dilanjut lembar-lembar berikutnya ;)
ahahaha,, okeokeee biar puas ntar bacanyaa :D
Iyaaa,, tapi susaahh T.T
mentok di lembar ke tujuh,,, bentar lagi dehh :)
Post a Comment