Cek cek..
Maaf ya lama banget, MUSIM UJIAN!!! Arghhh, sibuuukkkk
Maaf ya lama banget, MUSIM UJIAN!!! Arghhh, sibuuukkkk
:)
Happy reading aja deh :)
"Hmmm" Aku kembali menemukan kesadaranku, pusing. Aku mencoba memegang kepalaku, tapi tidak bisa. Ada tangan yang menahan tanganku, aku menoleh, Kak Lio. Dia sedang melamun menghadap jendela, sekarang sudah malam, karena gerakanku dia tersadar.
"Kenapa kakak disini? Ini kamar gue kan?" tanyaku
linglung, Kak Lio mengernyit lalu tersenyum.
"Iyalah, emang gue yang punya cat kamar warna pink?" melihatku masih bingung dia
menambahkan "Lo inget tadi siang di mana? Sama siapa? Ngapain?"
Lalu aku mengingat semuanya "Oh" Kak Lio hanya mengangguk.
Tadi siang sepertinya aku akan diantar Kak Dimas pulang, tapi tiba-tiba semua
gelap. "Tadi gue kenapa? Pingsan?"
Kak Lio mengangguk lagi, aneh, biasanya dia akan cerewet dan
menasehatiku agar tidak terlalu memikirkan masalah ini. "Kakak kenapa sih?
Kok diem aja?"
"Nunggu lo marah"
"Hah? Marah? Kenapa?" Aku bingung, masih lemas. Bukannya
tadi siang yang salah si Vei?
"Lo nggak marah soal tadi siang? Vei dateng ke rumah terus
bikin ribut" Tanyanya, aku memang marah, tapi pada Vei, bukan Kak Lio.
"Kenapa harus marah?"
"Lo kan harus marah sama gue, kalo lo nggak sama gue, kalo gue
nurutin Dimas buat nggak ketemu lo dulu. Mungkin nggak begini ceritanya"
"Kakak kenapa sih? Yang nyuruh kakak Pergi siapa? Aku butuh
kakak banget! Siapa yang nolong aku kalo bukan kakak?"
Dia tersenyum senang "Bagus deh kalo gitu, sekarang lo mau apa?
Minum? Makan? Mandi?"
"Gue mau minum, mandi, terus makan. Suapinnn"
"Hahaha,, siap!" Dia lalu mengambilkan gelas yang berisi
air putih dan membantuku minum. Padahal aku bisa sendiri.
"Udah, gue mau mandi. Kakak keluar deh" Dia menurut,
langsung keluar dari kamarku.
30 menit kemudian...
Tokk tokk
"Cepetan pake bajunya" Seperti biasa Kak Lio hapal kapan
aku selesai mandi. Agak menakutkan memang, tapi aku suka. Kak Lio terlalu
mengerti aku.
"Iyaaaaa" aku segera memakai baju. Celana pendek selutut
dan kaos, lalu turun. Di bawah ada Ibu, hari ini jadwal Kak Dimas dan Ayah
Futsal. Jadi mereka tidak ada di rumah. Sempat-sempatnya ya Kak Dimas futsal?
Aku kan tadi pingsan? Seharusnya dia merawatku dong!
"Ibu masak apa?" Tanyaku
"Masak semur, kamu suka kan?" Sepertinya Ibu tidak tahu
kalau aku pingsan. Tadi siang Ibu belum pulang dan mungkin Kak Dimas dan Kak
Lio tidak akan memberi tahu Ibu apa yang terjadi. Kalau sampai bilang, mereka bisa dipanggang.
"Sukaa doong! Kak Lio mana sih Bu?" Kak Lio tidak berada
di dapur dan suaranya tidak terdengar.
"Di depan, tadi ada telepon" Telepon? Aku langsung was-was,
jangan-jangan itu Vei? Aku kan belum bertanya, bagaimana Kak Lio bisa
menghadapi Vei? Tiba-tiba Kak Lio muncul, sesaat kulihat wajahnya kesal, tapi
mungkin aku salah. Sekarang senyum menghiasi wajahnya.
"Lo mau makan?" Aku masih terus melihatnya, dia balas
menatapku. Aku bertanya 'kenapa' lewat tatapanku. Kak Lio hanya tersenyum.
"Wah, enak nih Bu" Kak Lio memuji masakan Ibu yang sudah terhidang di
meja. Menolak menjawabku, lalu duduk di sampingku, berseberangan dengan Ibu.
"Iya doong, cepetan makan!" Ibu Mengambil piring dan
mengisinya dengan nasi, lalu memberikannya padaku, tapi Kak Lio menyela.
"Kasih aku aja Bu, Dinda lagi kumat manjanya" Ibu
tersenyum simpul, lalu menyerahkan piring ke Kak Lio. kenapa sih? Kan biasa
aja. Kak Lio biasa mengantarku kemana saja, menjemputku, menemaniku makan,
memasakkan makan malam kalau Ayah Ibu tidak ada, menyuapiku, menghiburku,
melindungiku. Biasa kan? Bukannya itu memang tugas Kak Lio? Iya kan?
Kak Lio mengambilkan semur ayam, lalu mulai menyuapiku. Dia tidak
makan, hanya menyuapiku. Seperti biasa, kebutuhanku didahulukan. Kak Lio
menyuapkan nasinya sedikit-sedikit, sekali lagi, Kak Lio terlalu mengerti aku.
Aku jadi tersenyum sendiri, dia lebih dari Kakak untukku, itu yang baru
kusadari kemarin, saat Vei datang dan berteriak-teriak pada kami. Kak Lio
untukku, cuma aku.
"Ah, Ibu ngiri deh. Ayah mana ya? Ibu juga mau disuapin
nih!" Aku yang sedang mengunyah langsung terbatuk! Ukh! Ibu nihh? Kak Lio
langsung mengambilkanku air putih. Aku meminumnya cepat-cepat.
"Ibuu ihh! Ngeledek" Aku cemberut, Kak Lio hanya
tersenyum-senyum. Sialan!
"Abiiis, ibu aja kalah mesra sama kalian" kata Ibu sebelum
menyuapkan nasi.
"Yaudah deh, aku nggak mau makan lagi" Kak Lio dan Ibu
berpandangan lalu sama-sama tersenyum. Ishhh!
"Makan doong!" Kak Lio mendekatkan sendok pada mulutku.
Aku menggeleng. Kak Lio pantang menyerah, dia semakin mendekatkan sendoknya.
Aku menggeleng dan menutup mulutku dengan tangan.
Kak Lio mendekatkan wajahnya ke telingaku. "Lo nggak mau makan?
Gimana kalo gantinya gue nggak cerita soal tadi siang?" Aku langsung
melepaskan tanganku, cemberut, tapi mulai makan lagi.
♥♥♥
Makan malam sudah berakhir, Ayah dan Kak Dimas juga sudah pulang.
Sekarang Aku, Kak Dimas, dan Kak Lio berbicara di taman. Aku butuh penjelasan.
Mereka pasrah karena aku mengancam akan melapor pada Ibu.
"Kenapa Kak Dimas sama Kak Lio main rahasia-rahasiaan? Emang
gue anak kecil?" Mereka malah tersenyum, menahan tawa.
"Menurut lo gimana?" Tanya Kak Dimas Balik.
"Nggak lah! Gue udah SMA, udah gede, dewasa!" Hahahaha,
mereka malah tertawa-tawa.
"Hahahha, gue tanya dulu deh. 1. Siapa yang nggak pernah
kemana-mana sendiri? 2. Siapa yang susah banget diatur? 3. Siapa yang suka
histeris takut gelap? 4. Siapa yang suka ngambek kalo makanannya nggak cocok?
5. Siapa yang Marah gara-gara ada yang telat jemput? 6. Siapa ya.."
"Stop! Stop! Iya itu gue, terus kenapa? Emang itu ukuran
seseorang dewasa apa nggak?" Aku jadi kesal!
"Iyalah, orang dewasa itu bisa mengurus hidupnya sendiri,
bukannya dilayanin kayak lo, tuan putri" sahut Kak Dimas
"Udah deh! Jangan bahas itu! Sekarang gue mau tahu cerita
lengkapnya!"
"Tuhh kan! Itu salah satu sifat orang nggak dewasa. Menghindar
dari masalah" Aku hanya memelototi Kak Dimas "Iya.. iyaa, Biar Lio
yang cerita" Kak Dimas hanya duduk disamping Kak Lio, aku mengalihkan
pandangan pada Kak Lio.
"Iya, Bita itu adiknya Vei, adik tiri" aku mengangguk
mengerti dan menunggu Kak Lio melanjutkan penjelasannya "Ayahnya Vei nikah
sama Ibunya Bita, setahun lalu. Vei tahu lo sahabatan sama Bita karena dia liat
gue jemput lo dan ketemu Bita pertamakali." Aku ingat saat itu, Bita
mengatakan kalau Kak Lio itu malaikat. "Vei waktu itu udah mulai deketin
gue lagi, maksa-maksa. Tambah gencar setelah tau lo sahabatan sama Bita, dia
ngancem gue. Lo inget malem-malem
kita makan dirumah lo? Ada yang telepon? Itu dia. Dan lo inget nggak pas gue
tanya lo keluar rumah apa nggak pas lo sakit? Abis itu gue ditelepon? Itu Vei
juga"
"Apa hubungannya?" tanyaku tiba-tiba
"Eh?" Kak Lio terlihat salah tingkah dan menggaruk
kepalanya. Kak Dimas terlihat menahan tawa.
"Apa hubungannya gue sahabatnya Bita, sama Vei yang ngancem
Kakak? Kan Gue udah nggak satu sekolah sama Kakak. Gue bingung deh Kak dari
dulu tuh kenapa sih Vei cemburu banget sama gue"
"Hahahaha,,," Tawa Kak Dimas pecah "Apa lo mesti
tanya? Lo nggak bisa liat ya kalo Lio itu.."
"Diem nggak lo!" Ancam Kak Lio, Kak Dimas membuat tanda V
dengan jarinya, tapi tetap tertawa. "Gue nggak bakal jawab bagian itu,
sekarang lo tanya apa lagi?"
Aku akan mengajukan protes, tapi tidak jadi. "Kenapa Kak Lio sama Kak Dimas gak bilang kalo Vei yang
ngelakuin itu semua?"
"Itu jawaban gampang banget, lo pikir apa yang bakal lo lakuin
kalo Bita diancam terus gue diancam juga? Lo pasti ngelakuin hal yang aneh-aneh
kan?" Aku hanya mengangguk lemah, semuanya benar.
"Tapi masak cuma itu sih? Gue nggak percaya, kalian kan bisa
jagain gue. Nggak perlu takutlah sama Vei"
"Lo kok hari ini pinter banget sih?" Aku langsung melotot
pada Kak Lio, aku kan selalu pintar. J "Vei
juga ngancem gue, kalo gue kasih tau lo, deket-deket sama lo, atau bocorin soal
Bita, lo bakal dicelakain. Lo lihat
hasilnya kan? Lo dikunciin di gudang. Makannya Dimas nyuruh lo jauhin gue”
“Terus kenapa Bita takut banget sama Vei?”
“Lo tau Vei kan? Dia itu nekat banget. Bita pernah
ngambil kalungnya dan dia tau itu. Vei ngancem bakal masukin narkoba ke kamar
Bita dan laporin ke orangtua mereka. Terus kalo Bita ngasih tau lo, Bita bakal
dilaporin ke polisi karena pencurian” Aku ternganga, Vei segitunya ya? Ini
semua gara-gara dia terobsesi dengan Kak Lio? Luar biasa.
“Terus foto-foto itu? Itu beneran Kak? Gimana tuh
ceritanya?”
“Bita udah nggak tahan sama Vei dan nggak tahan
hianatin lo terus, Bita telepon gue malem-malem, ngasih tau kalo ada 5 preman
yang disewa Vei buat nyelakain lo. Gue bikin rencana sama Bita, gue yang
ngadepin preman dan dia bakal bawa lo menjauh”
“Jadi...” Aku berdeham “Jadi Bita nggak salah Kak?
Terus Vei sekarang dimana?”
“Dia salah, karena dia adik tiri Vei. Ditambah
lagi dia pake acara nyolong kalungnya Vei. Coba kalo nggak? Nggak bakal begini
ceritanya. Tapi diluar itu dia nggak salah” Ucap Kak Lio final. Aku langsung
merasa bersalah, ternyata Bita menyelamatkanku hari itu. Kak Lio membelai rambutku,
menenangkanku. “Kalo si Vei sih udah gue teleponin Rumah sakit jiwa tadi siang,
kelihatannya dia ada gangguan mental” Tambah Kak Lio santai. Vei di RSJ?
“Udah nggak usah dipikirin, besok minta maaf aja
sama Bita, dia sayang banget sama lo”
“Eheem ehmm eheemm eheem” Kak Dimas langsung
berdehem palsu.
“Apa sih Kak Dimas nih? Kakak juga salah tuh nggak
mau ngasih tau soal Bita, kan aku nggak salah paham begini” Protesku
“Udah deh, masalah yang satu udah selesai kan?
Nah, sekarang selesaiin tuh masalah satunya” Ucap kak Dimas sambil bangkit dan
berjalan ke dalam.
“Masalah apa sih?”
“Hati Din hati...” Kak Dimas berhenti di pintu dan
berbalik
“Hatinya siapa?”
“Lio tuh” Kak Dimas langsung masuk ke dalam
“Hah?” Aku berbalik ke arah Kak Lio “Apa sih kak?”
Kak Lio salah tingkah sambil mengacak rambutnya.
“Arghhhh, gue ucapin sekali aja ya? Gue sayang lo”
“Hah?”
4 comments:
alhamdulillah, akhirnyaaaaa.. :D
aku udah nungguin !! :D
lio suka kan sama Dinda?
*semogaaaaa*
Hehehe,, Maaf ya lama :)
Gimana ya? Kasih tau nggak yaa?
:p
Kelakuannya Lio gimana menurutmu?
iya gpp kak :D
*asal jangan kelamaan aja yg part 8 nyaa *
aaaa,, tpi feeling aku kyaknya lio suka deh :D *sok tu*
Kak Lio?
gilaaa perhatian bgt! rela nurutin Vei cumam bwt lindungin Dinda, *mau deh jadi Dindaa !!*
Hehehe,, besok aku muali ngetik deh, apa malem ini yaaa?? *evil smirk
Aaaaaa,,,,,
Ada dehhh,, simpulkan sendiri :)
Nggak ah, Aku nggak mau yang bekas, Aku mau punyaku sendiri :p
Post a Comment