“Sakiiittt”
Kurasakan seseorang menyusut airmataku dan mengelus rambutku “Ibuuu” Aku
memanggilnya Ibu, sepertinya dia Ibuku. Setelah lelah menangis aku mengantuk.
“Lo tidur aja” saat Aku mendengar
suaranya lagi aku sadar itu bukan Ibu.
Seperti orang sakit demam biasanya
aku juga tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Aku menggigil kedinginan dan
pusing sekali. Sesekali saat terbangun aku merasakan sapuan tangan dingin
di leherku atau benda basah tapi hangat di keningku. Aku tahu itu bukan Bunda,
mungkin Kak Lio, aku baru ingat kalau aku sedang menginap di rumah Kak Lio.
“Kaaaak” panggilku saat aku
terbangun untuk kesekian kali.
“Apa?” Tanyanya. Memang Kak Lio,
Pikirku.
“Sebentar” Katanya lalu kudengar
bunyi ‘Klek’ tanda pintu dibuka. Beberapa menit kemudian Kak Lio kembali dan
membantuku duduk. Dia menata bantal di belakangku untuk menopang tubuhku. Kak
Lio meminumkan air putih ke mulutku, rasanya pahit. Mungkin karena aku sakit.
Setelah minum aku tidur lagi, kali ini lebih nyenyak.
Aku tidak tahu berapa lama aku
tertidur, tapi aku kembali dibangunkan dengan sapuan tangan di lenganku. Aku
membuka mata.
“Bunda” Suaraku serak karena baru
bangun
“Sayang, makan bubur dulu ya. Baru
minum obat” Tanpa menunggu jawabanku Bunda membantuku bangun. Bunda mulai
menyuapiku bubur, rasanya masih sama, pahit. Aku menyerah menelan bubur pahit
itu, aku menggeleng pada Bunda.
“Satu
kali lagi sayang” Bujuk Bunda, karena aku baru makan 3 sendok bubur.
“Pahit
Bun” Ucapku lemah sambil menggeleng.
“Yaudah,
kamu minum obat aja” Bunda kemudian membukakan tablet obat dan menyerahkannya
padaku beserta air putihnya. Aku meminumnya dengan cepat, kemudian berbaring
sementara Bunda memberesi bekas makanku.
“Kak
Lio mana Bunda?” tanyaku
“Dia
lagi tidur, Dia jagain kamu tadi malam, katanya tadi malem kamu ngigau terus
dan nggak bisa tidur, dia takut demam kamu tambah parah. Untung Lio itu punya
insomnia akut jadinya bisa jagain kamu semalaman, tapi sekarang dia tepar di
kamar tamu” Jelas Bunda “Yaudah, kamu istirahat aja ya, Bunda udah izinin kamu
ke wali kelas” Tambah Bunda lalu mengecup keningku.
“Iya”
jawabku lalu, mungkin karena efek obat, aku mulai mengantuk dan bisa tidur
dengan nyenyak.
Lima
jam kemudian aku bangun dan badanku sudah tidak panas lagi. Rasanya jauh lebih
segar, tapi masih lemas. Aku keluar dari kamar, untuk mencari Bunda, tapi
kemudian aku sadar Bunda pasti sedang bekerja, aku hanya menemukan Mbok Minah
sedang memasak makan siang. Aku melirik jam dinding yang tergantung di dapur,
sekarang sudah pukul 10 lebih, waktunya istirahat sekolah. Aku menelepon Bita,
pada dering ke tiga teleponku diangkat.
“Dindaaaaaaaaa”
Teriakan antusias Bita langsung menyambutku. Aku langsung terduduk tegak di
kursi.
“Bitaa,
pelan-pelan” Jawabku lirih
“Ups
sorry abis gue seneng lo telepon gue”
Ucap Bita cengengesan. Aku hanya bisa menghela napas pasrah. “eh lo nggak
apa-apa kan? Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalo lo sakit? Gue kaget banget tau
pas Pak Burhan (Wali kelas kami) dateng ke kelas buat ngasih tau lo sakit. Lo
sakit apa sih?” Seperti biasa Bita nyerocos tanpa henti, tapi aku senang dengan
suaranya yang cempreng.
“Bitaa”
aku menegurnya sekali lagi dan dia langsung berhenti
“Ups,
hehehe. Lo cerita dong”
“Gue
sakit demam, nggak apa-apa. Gue baik baik aja paling besok atau lusa gue masuk.
Kalau ada tugas SMS gue ya”
“Oke
deh, selamat istirahat. Cepet sembuh yaaa” Kata Bita menyemangati. Aku langsung
menempelkan pipiku ke meja makan, rasanya dingin.
Aku
bosan!!! Tidak sadar aku tertidur di meja makan, mungkin karena pengaruh
badanku yang masih lemas.
Braaaakkkkk
Aku
terlonjak dan langsung bangun, ada apa sih??? Aku menengok kiri kanan dan
menemukan Kak Lio yang ngos-ngosan masuk ke ruang makan.
"Lo???"
Kak Lio berjongkok mengatur napasnya
"Apa
sih Kak?? Dateng-dateng bikin ribut" Ucapku kembali merebahkan kepalaku di
meja. Kak Lio melangkah ke dapur dan kudengar suara gelembung air galon. Kak
Lio kembali dan duduk kursi dengan membawa segelas air putih.
"Lo
kemana aja hari ini?" Tanya Kak Lio tiba-tiba. Aku memandang Kak Lio,
masih di posisi yang sama.
"Di
rumah"
"Lo
nggak pergi ke mana gitu?" Tanya Kak Lio santai, tapi aku dapat merasakan
ketegangan dalam suaranya.
"Nggak!"
"Lo
dapet tamu???"
"Nggak!"
"Lo
keluar rumah hari ini?"
"Nggaaaaaakkk!"
"Maksud
gue tuh lo buang sampah gitu ke depan"
"Nggaaaakk
kaaakk!!?? Kakak kenapa siiiihhh???" Gila aja, lagi sakit ditanyain
aneh-aneh. Ngapain juga aku ke depan buang sampah? Emang di dalam rumah nggak
ada tempat sampah apaa????
"Nggak
apa-apa" Haaah?? Jawabannya ngeselin banget. Aku sudah akan memarahinya
lagi, tapi HP Kak Lio keburu berbunyi. Seperti saat dia di rumahku, wajahnya
keruh. Tapi sekarang wajahnya lebih keruh.
"Mau
apa lagi lo???" Suara Kak Lio tajam, aku baru dua kali melihat ekspresi
seperti itu. Pertama saat aku SMP dan ada cowok yang menggangguku di sekolah,
teman seangkatan Kak Lio. Kak Lio yang waktu itu sudah SMA mendatangi kelas
sebelahnya dan mengahajar cowok itu. Aku yang mendengar ada keributan di Gedung
SMA, berlari menyebrangi lapangan. Deretan kelas Kak Lio yang ada di lantai 1
sudah penuh manusia, aku menyusup dan melihat cowok yang menggangguku dikurung
di dinding. Kak Lio menatap marah dan tajam ke arahnya. Dan kata-kata
berikutnya membuatku tersanjung.
"Siapa lo?? Berani
ganggu Dinda? Kalo lo nyentuh, bukan, kalo lo gue liat lo 10 meter aja jaraknya
sama dia. Lo abis" Ancam Kak Lio lalu pergi menggandengku.
Sekarang
aku melihat ekspresi itu lagi, ada apa???? Kak Lio biasanya tidak pernah
merahasiakan apapun padaku. Dia saja memberitahuku saat dia diskors gara-gara
membantu temannya tawuran. Padahal dia tidak memberitahu Bunda. Kenapa sekarang
Kak Lio berahasia??
"Udah
deh selesaiin aja, lo mau apa? Jangan bawa-bawa dia??" Rahang Kak Lio
mengeras sambil menatapku intens. Tiba-tiba aku merasa aneh, aku sedih.
Aku
berdiri dan mendorong kursi kasar lalu pergi ke kamar. Aku merasa tidak lagi
menjadi bagian Kak Lio. Aku tersingkirkan oleh orang yang menelepon. Aku
langsung menutup pintu kamar dengan keras dan merebahkan diri di kasur. Kak Lio
menyusulku kemudian.
"Kenapa?"
tanyanya sambil duduk di pinggir ranjang. Aku hanya diam menjauhkan diri dari
Kak Lio.
"Ngomong
dong, gue kan bukan pembaca pikiran??" Ucapnya lembut
"Kakak
nggak cerita apa-apa kalo punya masalah?" aku berguling menghadapnya.
Kening
Kak Lio berkerut "Masalah apa?"
"Tadi
Kak Lio marah-marah, berarti ada masalah"
"Ooh,
yang tadi. Nggak apa-apa kok, Gue baik-baik aja. Bener deh" Ugh, aku
kesal. Aku kan bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongi.
"Kakak
kenapa sih? Emang kakak pikir gue anak kecil yang bisa dibohongi??? Gue tahu
kalo kakak ada masalah. Tadi kakak marah sama orang yang nelepon" Kak Lio masih diam.
"Kak
Lio bego! Keluar sana" Aku langsung menutupi tubuhku dengan selimut sampai
kepala. Mengabaikan Kak Lio.
♥♥♥
"Bitaaaaaaa"
untuk kesekian kalinya aku memanggil Bita. Kami sedang ada jam kosong karena
guru kami sedang rapat, nggak tau rapat apaan. Baru pukul 9 pagi, tapi aku udah
galau.
"Jangan
bilang nggak jadi lagi!" Hardik Bita
"Sekarang
gue udah mau cerita kok" karena memang dari tadi aku memanggil Bita ingin membicarakan
masalahku dengan Kak Lio yang kemarin, tapi selalu nggak jadi.
“Apa?”
Tanya Bita sabar, Ah memang Bita sahabat yang baik. Dia bisa sabar menghadapiku
yang manja dan banyak maunya ini. Dia juga bisa buat aku nyaman dan aku juga
berharap Bita merasa nyaman sama aku.
“Kemarin
gue marahan sama Kak Lio” Ucapku sedih
“Ehhh?
Kenapa?” Bita langsung serius menghadapku. Aku pun menceritakan pertengkaranku
kemarin dengan Kak Lio.
“Ohhh,
Jangan gitu dong. Mungkin Kak Lio punya alasan. Dan menurut gue lo harus minta
maaf” Nasihat Bita padaku, menurutku juga begitu. Aku merasa bersalah pada Kak
Lio
“Iya
deh, nanti abis ini gue minta maaf, Makasih ya Bita” Kataku langsung memluknya
“Iya
sama-sama sayang, Besok-besok kalau mau cerita, langsung cerita aja”Ucapnya
sambil tersenyum
SMS,
telepon, atau minta maaf langsung ya? Siapa ya nanti yang akan menjemputku?
Tiba-tiba HP ku bergetar. Ada BBM dari Kak Dimas, dia bilang akan menjemputku.
Tumben?? Aku langsung meneleponnya.
“Halo?”
Sapa Kak Dimas
“Kakak
mau jemput gue?” Tanyaku langsung
“Iyalaahh,
emang kakak nggak boleh jemput adiknya?”
“Tapi
kakak kan udah seminggu nggak pernah jemput gue” Ucapku merajuk
“Iya-iya
maaf deh, Kak Dimas akhir-akhir sibuk sama urusan sendiri, mulai besok sampai
selamanya gue yang bakal jemput lo!!” Ucapnya tandas
“Kok?
Emang Kak Lio dimana? Bukannya dia biasanya gantian jemputnya sama Kakak?” Aku
heran sekali, tiba-tiba Kak Dimas berlaku aneh.
“Nggak
usah ngomong itu deh, udah gue sibuk, pokoknya nanti gue jemput” Kak Dimas
menutup teleponnya. Aneh, kenapa Kak Dimas jadi galak gitu kalo ngomongin Kak
Lio? Mereka kan kompaknya ngalahin anak kembar. Sejak Kak Dimas pulang kemarin,
semuanya jadi aneh. Kak Dimas langsung menjemputku di rumah Kak Lio, terus suka
telepon-telepon rahasia kayak Kak Lio kemarin, sering ngecek gorden ruang tamu
malem-malem. Pas aku tanya jawabnya selalu sama “Nggak apa-apa”.
Ah yaudah deh nanti aku minta maaf sama Kak
Lio pas di rumah aja.
♥♥♥
“Kakaaak”
Teriakku saat melihat Kak Dimas, aku langsung melambaikan tangan penuh semangat
sambil menggandeng Bita.
“Hei,
Ayo balik” Ajaknya begitu aku sampai di hadapannya
“Kenalin
dulu, dia temen sebangku gue, namanya Bita. Bita ini kakak gue namanya Dimas”
Mereka lalu berkenalan. Aku berpisah dengan Bita dan berjalan bergandengan
tangan dengan Kak Dimas. Saat mencapai gerbang aku melihat mobil Kak Lio di
seberang.
“Kakak,
Itu mobil Kak Lio bukan?” Tanyaku menarik-narik tangan Kak Dimas yang ku
gandeng.
“Bukan”
Hah? Orang merk, warna, sama jenisnya sama kok.
“Bukan?”
Aku melihat plat nomornya “Iya tuh, X 1213 XX. Itu punya Kak Lio, kenapa dia di
sini?” Kak Dimas lebih cepat menarikku menuju mobilnya. Kenapa sih Kak Dimas
aneh banget hari ini?
“Kakak
kenapa sih? Marahan sama Kak Lio? Tumben” Aku masuk ke dalam mobil di jok
depan. Kak Dimas dengan cepat duduk di kursi kemudi. Aku masih saja melihat ke
arah mobil Kak Lio, Kak Lio kenapa ada di situ? Lalu aku melihat mobil yang
kemarin ada di depan rumah Kak Lio, mobil merah itu?? Ohh, jadi Kak Lio kesini
karena mau nge date sama ceweknya.
Karena memang di depan sekolahku ada food
court yang ramai sekali. Kenapa Kak Dimas marah sih?
“Lo
nggak usah tau, pokoknya mulai hari ini sampai waktu yang nggak ditentukan lo
nggak boleh deket-deket sama Lio” Tandas Kak Dimas. Sebenarnya ada apa sih ini?
“Kakak
kenapa sih? Kita kan keluarga! Kalo kakak ada masalah ya diselesain, bukannya
menghindar” Aku mencoba menengahi, kenapa harus menghindar kalau memang biusa
diselesaikan?
“Gue
bakal kasih tau lo, tapi nggak sekarang. Please
lo turutin apa kata gue. Jauhin Lio buat sekarang, nggak susah kan? Please demi gue!” Mohon Kak Dimas, aku
terperangah. Aku tidak pernah melihat Kak Dimas yang seperti ini, Kakak Yang
sangat kusayangi belum pernah bertindak begini, walaupun aku masih bingung dan
gelap dengan apa yang terjadi. Akhirnya aku mengangguk.
“Thanks”
Ucap kak Dimas puas “Sekarang kita mau kemana princess??” Tanya kak Dimas sambil mengacak rambutku. Kak Dimas
lagi PMS apa ya? Kelakuannya bisa berubah-ubah begitu.
“Makaaaaannnn,
Gue laper Kak. Bunda belum pulang, jadi nggak ada yang masak” Ucapku manja
“Okee,
mari makaaannn” Ucap Kak Dimas menancap gas
“Aaaaaaaa,
Jangan kenceng-kencenggggg” Aku menepuk bahu Kak Dimas Kuat-kuat.
♥♥♥
Kami
hari ini makan siang di Pizza Hut, Kak Dimas memang baik. Kak Dimas nggak
mengijinkan aku buat minum cola. Tapi nggak apa-apa, yang penting hari ini
pizza. J
“Makasih
Kak, lo udah ngasih makanan terrrrrbaik siang ini, Hahahahaha” Aku mengusap
perutku yang mungkin akan meledak saking kenyangnya.
Kami
akhirnya sampai di rumah, ah capeeekkkkk. Aku turun dari mobil dan berjalan ke
dalam.
“Dindaa” Kak Lio memanggilku dari
luar pagar, aku langsung mendatanginya.
“Eh kakak? Tadi aku liat mobil Kakak
Lio lho di depan sekolahku. Sama mobil pacarnya Kak Lio” Ucapku ceria
“Ehhh? Pacar sia...”
“Dinda!!!” Sebelum Kak Lio
menyelesaikan ucapannya terdengar suara Kak Dimas memanggilku, dan mendekat ke
arah kami.
“Kenapa ...”
“Gue kan udah bilang sama lo, jangan
deket-deket dia dulu sekarang!! Katanya tadi lo ngerti??” Katanya menghardikku,
aku langsung ingin marah, tapi Kak Dimas langsung mengalihkan pandangannya pada
Kak Lio “Gue kan udah peringatin sama lo, Jangan deketin dia kalo lo belum bisa
nyelesain masalah lo sama tuh cewek!!! Selama Lo nggak bisa bikin adek gue
aman, lebih baik lo pergi” Rahang Kak Dimas mengeras
“Oke, Gue janji bakal nyelesain,
tapi sebenarnya gue bisa jagain Dinda sekaligus nyelesain masalah ini” Jawab
Kak Lio menantang. Aku hanya bisa bengong melihat kakak-kakakku yang selalu
akur sekarang malah rusuh begini.
“Lo lupa udah gue kasih kesempatan
itu?? Tapi lo masih aja belum bisa nyelesain. Jadi gue sendiri yang bakal
ngelindungi dia” Kak Dimas langsung menyeretku masuk ke dalam rumah, aku yang
masih linglung menurut saja. Saat sudah ada di dalam rumah aku tersadar dan
bertanya pada Kak Dimas untuk kesekian kalinya.
“Kenapa sih kak?”
“Pokoknya lo nggak usah tau, ini
urusan cowok. Tapi jangan sekali-kali lo ketemu Lio, gue bakal marah”
Arrggghhhhh,
apalagi iniiii????
2 comments:
wenaaak.....
hahaha....
Wenaaak apaaan dekkk????
Post a Comment